Sebelas

1.2K 95 0
                                        

Malam saat Niko datang ke Apartemen Bara

"Beb, ponsel kamu ketinggalan!"

Bara membeku, rasanya dia seperti sedang mendengar suara seseorang yang dia kenal. Bergegas disimpannya spons cuci piring beserta peralatan makan yang belum sempat dia cuci.

"Eh kamu siapa?"

Sialan, beneran Nikolas. Bara menghampiri, hal pertama yang dia lihat adalah seraut wajah Rega yang kurang sedap dipandang. Alisnya menukik tanda marah, ada kerutan di antara alis, ekspresi yang baru bara kenali dari suaminya.

"Gu-Saya Rega ...."

"Siapa, Ga?" Bara mencoba mencairkan suasana, dia lalu lihat Nikolas berdiri dengan anggun di depan pintu. Senyumnya masih sama, menawan.

"Beb, sandinya ganti ya? Ini kamu ceroboh gak ilang-ilang. Untung tadi aku temui dekat piring kotor di restoran. Dia siapa, Beb?"

Degup jantung Bara tidak terkendali. Dahlah habis dia didiamkan Rega. Tahu kalau Niko suka menginap saja Rega sampai tidak mau tidur di kasur yang sama, sampai keesokan harinya Bara membeli seperangkat tempat tidur baru lengkap dengan sprei dan bedcovernya.

"Kok malah pada diem, ini adik sepupu kamu? Atau siapa? Hai manis, kenalin, saya Niko. Saya —"

"Mantannya, kan?" Potong Rega. Smirk menghiasi wajahnya yang imut-imut tapi garang itu. Bara menelan ludah.

"Sebentar lagi balikan kok, iya kan Beb?" Demi apa? Bara beneran gak bisa bicara. Dia mendadak gagu. Sialan Niko!

Rega tersenyum. Dia meraih tangan Niko lalu berkata. "Rega Januar Wijaya."

"Waah beneran saudara kamu ya, keluarga Wijaya emang bibit unggul, ganteng-ganteng."

Bara hendak menyanggah lalu didahului Rega. "Saya bukan keturunan Wijaya, saya dapat nama belakang ini karena pernikahan. Silakan Masuk Kak Niko, Om Bara sepertinya menunggu, sampai dia cengo gak bisa berkata apa-apa."

"Kamu mau ke mana, Ga?" Bara meraih lengan Rega. Mencegah Rega agar tidak pergi. Sayang Rega menepis pelan tangan Bara. Kan benar perang dunia dimulai.

"Tidurlah, ngapain lagi?"

Brak!! Pintu ditutup kencang, terdengar bunyi kunci juga. Ya terima nasib Bara harus tidur di luar kalau begini ceritanya.

"Kok dia tidur di kamar kamu?" tanya Niko penasaran.

"Ya karena di kamar ini cuma ada satu kamar, kamu tahu sendiri, kan kamar sebelah isinya treadmill dan alat olahraga lainnya."

Bara kesal sebenarnya, tapi lidahnya kelu untuk sekadar mengatakan kalau Rega adalah suaminya dan mereka sudah menikah.

"Aku gak diajak masuk, ini, Babe?"

"Udah malam, sebaiknya kamu pulang Nik. Kamu juga kan capek habis ngurusin ini itu."

Niko menunduk, tangannya bertaut, kebiasaan kalau sedang bingung dan takut.

"Kenapa, ada yang salah?" tanya Bara. "Saya minta kamu pulang takut pasanganmu nyariin."

"Kamu tahu gak, aku gak jadi nikah sama Charles. Dia psyco. Dia suka main kasar dan kejam. Aku nyesel ninggalin kamu, Babe. Aku kira gak bakalan ketemu lagi sama kamu."

Niko maju selangkah, Bara mundur dua langkah. Gawat, ada Rega di dalam. Jangan sampai ini semua jadi prahara.

"Kamu pulang saja." tolak Bara.

"Sebenarnya aku mau minta bantuan kamu, kalau gak nginep di sini gimana caranya."

"Tapi itu sudah gak mungkin, Nik. Kita udah gak sama lagi. Lagian kamarnya dipake aku sama Rega."

Chasing Happiness (MPREG) [End]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang