Chapter 27

36 2 0
                                    

CERITA INI HANYA UNTUK DINIKMATI
DON'T COPY MY STORY!!

Instagram;
@astihr_ [Author]
@hryntibooks_

Jangan lupa untuk selalu tekan vote bintang di pojok bawah ya.
Terimakasih🫶🏻

──── .❀˖

Dua hari berlalu sejak malam panas keduanya. Hari ini, Kaia memulai hari pertamanya bekerja di sebuah restoran kecil yang tak jauh dari tempat tinggal barunya. Kaia akhirnya meninggalkan apartemen mewah yang dulu ditinggali atas kemurahan hati Galen dan pindah ke sebuah kamar studio yang sederhana. Meskipun tempat baru ini jauh dari kemewahan, Kaia merasa lebih nyaman dan tenang.

Arvand sudah berkali-kali menawarkan untuk tinggal bersamanya di rumah mewahnya, namun Kaia selalu menolak dengan alasan ingin mandiri. Ia ingin belajar untuk berdiri di atas kakinya sendiri, tanpa bergantung pada orang lain. Meski begitu, Kaia berjanji bahwa jika dia butuh bantuan, Arvand akan menjadi orang pertama yang ia hubungi.

Saat sibuk menguleni adonan di dapur, rekan kerjanya, Adel, menghampiri dengan wajah penasaran. "Kaia, seorang wanita mencarimu di luar," katanya, suara berbisik seolah membawa berita penting.

Kaia menghentikan kegiatannya, keningnya berkerut. "Siapa?" tanyanya dengan nada penuh tanya.

Di kota ini, hanya ada tiga orang yang ia kenal dengan baik. Arvand, Galen, dan Louisa. Siapa lagi yang bisa mencarinya?

Adel mengangkat bahu, tampak tak tahu banyak. "Aku juga tidak tahu. Wanita itu datang dan meminta bertemu denganmu. Aku sudah bilang kalau kau sedang sibuk di dapur, tapi dia bersikeras, bahkan bersedia membayar lebih untuk bicara denganmu."

Rasa ingin tahu Kaia semakin memuncak. Ia membersihkan sisa tepung dari tangannya dan berjalan keluar menuju ruang depan restoran.

Matanya segera menangkap sosok seorang wanita yang duduk di ujung meja, punggungnya menghadap Kaia. Dari belakang, wanita itu tampak anggun dan elegan, namun sosoknya asing bagi Kaia.

"Permisi, Nyonya. Ada yang bisa saya bantu?" suara Kaia terdengar lembut.

Wanita itu menoleh perlahan, menatap Kaia dengan pandangan tajam dari ujung kepala hingga kaki. Senyum tipis yang jelas dipaksakan menghiasi wajahnya. Meski tak mengenalinya, Kaia dapat merasakan aura dingin dan otoritas yang terpancar dari wanita tersebut.

"Duduklah," perintah wanita itu dengan suara yang tenang. "Ada beberapa hal yang perlu kita bicarakan."

Kaia menurut, duduk di kursi di seberang wanita itu. Detik-detik berlalu dengan sunyi sebelum wanita itu menghela napas panjang, membuka tas tangannya dan mengeluarkan sebuah amplop coklat tebal. Dengan gerakan yang lambat, dia menaruh amplop itu di atas meja di antara mereka.

"Sepuluh juta dolar," kata wanita itu dengan nada yang sangat tenang namun tegas. "Tinggalkan putraku, Arvand."

Kaia merasa seolah waktu berhenti sejenak. Matanya terpaku pada amplop yang ada di depannya, otaknya mencoba mencerna apa yang baru saja terjadi. Hatinya berkecamuk, antara marah, bingung dan tidak percaya.

Wanita di hadapannya ini, Catherine, ibu Arvand, tampak siap melakukan apapun untuk memisahkan mereka. Tetapi, Kaia bukanlah seseorang yang bisa dibeli dengan uang, terlebih lagi hatinya bukanlah barang yang bisa diperdagangkan.

FRACTURED VOWSTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang