Chapter 32

36 3 0
                                    

CERITA INI HANYA UNTUK DINIKMATI
DON'T COPY MY STORY!!

Instagram;
@astihr_ [Author]
@hryntibooks_

Jangan lupa untuk selalu tekan vote bintang di pojok bawah ya.
Terimakasih🫶🏻

──── .❀˖

"Bukankah seharusnya kata-kata itu kau ucapkan pada Louisa, calon istrimu?" Kaia mengangkat alisnya, mencoba menyembunyikan rasa sakit di balik tanyaannya.

Arvand tertegun, keterkejutannya jelas terlihat. Ia tak pernah membahas soal pernikahannya dengan Louisa kepada Kaia, jadi bagaimana wanita itu mengetahuinya? Pikirannya berputar, mencari tahu siapa yang bisa memberitahunya.

"Bagaimana kau bisa tahu?" Arvand akhirnya bertanya, suaranya serak dan tegang.

Kaia hanya terkekeh, nada tawanya dingin. "Jangan tegang begitu, aku hanya bertanya."

Namun sebelum Kaia sempat menambahkan apapun, Arvand dengan cepat meraih tangannya, menggenggamnya erat seolah takut Kaia akan menghilang dari sisinya. "Tidak, Kaia, tidak seperti itu. Tolong percayalah padaku," ucapnya, suaranya penuh dengan ketulusan yang mendalam.

Kaia menatapnya, matanya mencari jawaban dalam keheningan yang seolah menebal di antara mereka.

"Aku tidak akan menikah dengannya," Arvand berkata dengan cepat, seolah kata-kata itu perlu keluar secepat mungkin. "Sumpah demi Tuhan, aku tidak akan. Kaia, aku hanya ingin bersamamu. Aku ingin menikah denganmu, membangun keluarga denganmu, dan menua bersamamu. Hanya kau."

"Benarkah?" Kaia menjawab, nadanya penuh  ketenangan. "Lalu, bagaimana dengan pandangan orang tuamu? Mereka pasti punya rencana besar untukmu, bukan?"

"Persetan dengan mereka, Kaia," jawab Arvand, suaranya meninggi dengan intensitas yang hampir putus asa. "Ini hidupku, dan hanya aku yang berhak memutuskan. Jika yang kuinginkan adalah kau, maka hanya kau yang akan menjadi bagian dari hidupku, selamanya."

Keheningan kembali menyelimuti mereka. Kaia tahu Arvand tulus, tapi di hatinya, ada keraguan yang tak bisa begitu saja hilang. Arvand mungkin bisa melawan dunia demi dirinya, tapi apakah dunia akan membiarkan mereka bersatu tanpa perlawanan?

Kaia terkekeh, tawa lembutnya memenuhi ruangan, seolah tak terpengaruh oleh ketegangan yang melingkupi mereka. "Wajahmu tegang sekali," ujarnya dengan nada santai.

Arvand mengerutkan dahinya, kebingungan menguasai pikirannya. Emosi Kaia begitu tenang, hampir seolah dia tak peduli. "Kaia—"

"Kau tahu, Arvand," Kaia memotong. "Jika kita diibaratkan sebagai semesta, kau adalah angkasa luas, sementara aku hanyalah bumi kecil yang rapuh. Kita benar-benar jauh berbeda dalam segala hal."

"Jangan membandingkan seperti itu, Kaia. Di hadapan Tuhan, segalanya sama," jawab Arvand dengan nada tegas, mencoba menghapus jarak yang dirasakan Kaia.

"Tapi tidak di hadapan orang tuamu," Kaia membalas, suaranya menjadi dingin. "Di mata mereka, aku hanyalah seorang pianis gagal. Anak dari seorang ayah yang kini dipenjara karena kekerasan dalam rumah tangga, dan seorang ibu yang tewas karena overdosis alkohol. Apa yang bisa mereka lihat dari diriku selain kehancuran?"

Arvand terkejut, hatinya mencelos mendengar pengakuan Kaia. "Mereka menemuimu?"

"Dua kali." Kaia mengangguk pelan. "Dua kali mereka menawarkan uang, puluhan juta dolar, hanya demi memintaku meninggalkanmu."

FRACTURED VOWSTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang