【 02 - THE DAY 】

130 40 19
                                    

Please vote before reading! Thank you
Happy reading

Please vote before reading! Thank you Happy reading

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

___________________________

Sudah sepuluh tahun sejak saat itu. Panti asuhan yang awalnya hanya tujuh anak sekarang sudah sebanyak empat puluh anak. Diantaranya 20 anak perempuan dan 20 anak laki-laki, bersama Ethel, ibu pengasuh mereka.

Di ruangan sempit yang memanjang, tujuh pintu berjejeran saling berhadapan. Empat di kanan dan tiga di kiri. Masing-masing pintu terdapat papan nama dari penghuninya. Satu pintu dari paling ujung di sebelah kanan, terbuka perlahan. Lalu, keluarlah Helz. Sudah rapi dengan mengenakan kemeja baju putih dengan rompi hitam rajut dan celana hitam selutut, serta mengenakan kaus kaki abu-abu tua dan bersepatu hitam.

Sekarang Helz sudah besar, jauh lebih tinggi daripada sepuluh tahun yang lalu. Tentu saja terlihat tampan, dan gagah dengan tubuh jakung nya.

Helz celingak-celinguk melihat keenam pintu kamar lainnya secara bergantian, lalu menghampiri pintu-pintu itu satu persatu dan mengetuk-ngetuknya. Beberapa ada yang menyahuti, tapi seterusnya tidak ada. Seolah tidak berpenghuni.

Helz berjalan kembali ke kamar hanya untuk melihat jam dinding. Sesuai yang diperkirakan, waktu sudah menunjukkan jam 06.00 dan lima menit lagi masuk waktu sarapan. Dia sedikit heran kenapa tidak ada satupun yang keluar dari kamar, apakah masih tidur? Mungkin, tapi yang bener saja.

Helz lagi-lagi mengetuk pintu kamar adik-adiknya sambil berteriak memanggil namanya.

Helz tidak berhenti-henti memanggil mereka, tapi tetap saja tidak ada yang menyahut. Tidak lama kemudian pintu kamar yang berada di sebelah kiri kamarnya terbuka. Keluar lah Jave yang juga rapi sama seperti Helz, untuk beberapa saat yang lalu. Sekarang Helz sudah terlihat sedikit lusuh karena frustasi tidak ada yang menyahut panggilannya. Bersandar pada dinding dan luruh ke lantai.

"Kak Helz? Kenapa kau masih disini? Bukannya di ruang makan? apa di sana tidak ada orang?" Tanya Jave beruntun. Sekaligus heran kenapa Helz malah duduk di lantai. Menggaruk tengkuknya.

"Aku belum kesana dan aku yakin belum ada yang kesana. Dari tadi aku sudah berteriak memanggil kalian semua, tapi tidak ada yang menyahut. Ada tadi yang menyahut, tapi setelah itu tidak ada lagi.." Helz menjawabnya dengan suara lemah. Selain pakaian yang sedikit lusuh dirinya juga kehabisan tenaga.

"Aku minta maaf. Saat kau memanggilku, aku sedang di kamar mandi. Makanya aku tidak langsung keluar," ungkap Jave. Mengaitkan kedua jari telunjuknya.

Kemudian Jave mengulurkan tangannya kepada Helz. Helz menerima uluran tangan Jave dan segera berdiri. Mengibaskan celana dan lengan bajunya.

"Kalian sedang apa?" Tanya Jean tiba-tiba, sambil menepuk bahu Jave.

Seketika Jave terperanjat, lalu memeluk Helz. Dadanya kembang kempis dan jantung jadi berdegup kencang. Helz tidak bergeming sedikitpun. Menunjukkan ekspresi datarnya sekaligus rasa tidak peduli atas hal konyol yang sedang terjadi di hadapannya.

✓INSIDE HOUSE 【 Open PO 】Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang