Please vote before reading! Thank you
Happy reading___________________________
Di kamar Juloan menghembuskan napas gusar. Menemukan Own meringkuk di atas tempat tidur. Juloan melangkah pelan menuju ke tempat tidur duduk di pinggiran. Memperhatikan Own dengan tatapan datar."Own,"panggil Juloan pelan. Own mengangkat kepalanya mengeong pelan. Menyahuti Juloan.
"Aku heran, bagaimana mama bisa tahu kamu ada di sini? Padahal yang bisa melihatmu itu hanya aku," ujar Juloan sambil mengelus Own. Own seketika berubah posisi jadi duduk dengan ujung ekor yang menekuk. Mengeong dengan suara bergetar.
"Apa aku perlu menggores itu lagi?" tanya Juloan mendekatkan dirinya ke Own. Kucing itu hanya mengeong.
"Aku akan mengantarmu kesana," ujar Juloan pelan. Mengangkat Own membawanya ke pangkuan.
Terdengar suara ketukan pintu bersamaan dengan suara teriakan. Juloan memutar bola matanya malas, beranjak turun dari kasur. Bergerak membukakan pintu kamar.
Melihat siapa yang ada di depan kamar, tanpa berkata Juloan langsung menutup pintu dengan kuat hingga menimbulkan suara yang menggema.
Diluar kamar. Helz tertegun melihat Juloan, yang seperti itu. Padahal dirinya belum mengatakan apa tujuannya. Menghembuskan napas pelan.
"Kak Helz," panggil Jave berdiri dibelakang Helz. Helz bedem pelan.
"Juloan, mengurung diri lagi?"
Helz hanya mengangguk berbalik badan menghadap Jave. "Dia menjadi aneh sekarang, sejak... nenek tidak ada," gumam Helz diselingi hembusan napas pelan. Jave hanya mengangguk-angguk, kemudian teringat sesuatu.
"Tadi, Jean, bagaimana?"
"Dia sudah diurus dokter, mungkin akan sedikit lama karena... Taulah Jean seperti apa," sahut Helz tersenyum miring. Kemudian keduanya terkekeh-kekeh.
Pada jam 00.00 suasana panti asuhan begitu hening, semua anak tengah tertidur pulas di kamarnya masing-masing. Menikmati mimpinya yang indah. Sedang Juloan justru malah berkeliaran di sekitar lorong hendak ke ruang tengah yang mengarah langsung ke dapur. melangkah pelan, mengendap-endap di dinding dengan membawa Own ditangannya. Celingak-celinguk kesana kemari.
"Entahlah, Own, tapi... ini bukan saat yang tepat untuk memulai itu," bisik Juloan terus fokus ke kanan. Own mengeong lirih, lalu turun dari tangan Juloan, mulai melangkah jauh sendiri.
"Own, ayo kesini. Kita tidak tahu disana ada Mama atau tidak di sana," bisik Juloan lagi, mulai tegang.
Own tetap melangkah dengan santai seolah tahu tidak akan ada yang terjadi disana. Juloan pun tetap mengikuti Own dengan terus berjalan mengendap-endap di sisi dinding. Terus celingak-celinguk, memastikan. Own berhenti di dekat bingkai pintu ruang tengah, mengeong lirih. Menyuruh Juloan untuk berjalan lebih cepat.
"Aku heran, kenapa aku jadi nurut kepada mu," gumam Juloan, mulai berhenti berjalan mengendap-endap. Berjalan menghampiri Own yang sedang duduk menunggunya.
Sebelum akhirnya masuk, Juloan mengintip dari dekat bingkai pintu ruang tengah. Memunculkan sedikit kepalanya, menyusuri seisi ruangan. Tepat saat melihat ke arah sofa di tengah sana, Juloan melihat Ethel sedang duduk, mengerjakan sesuatu di depannya. Juloan segera berbalik, berdiri tegak bak patung di dinding sisi luar ruang tengah. Jantungnya jadi berdegup karena terlalu tegang.
"Bagaimana mana ini? Mama ada di sana, sebenarnya aku sudah menduga itu," bisik Juloan sedikit gemetaran.
Own tidak menyahut lagi, terus melangkah santai masuk ke ruang tengah. Melihat itu, mata Juloan membulat lebar. Jantungnya berdegup semakin kencang, membuatnya nyaris sesak. Memberangkang mengikuti Own di belakang.
Tiba-tiba Ethel menoleh kebelakang, menyadari ada sesuatu di belakangnya. Menengok kesana kemari, namun dia tidak melihat apa-apa. Kembali fokus mengulik lembar-lembar kertas di atas meja.
Di belakang sofa tempat Ethel duduk. Juloan bernapas lega, untung saja dirinya sempat bersembunyi meskipun tempat persembunyiannya terlalu terang-terangan. Beruntung juga Ethel tidak mengintip belakang Sofa. Cepat-cepat Own dan Juloan segera berjalan masuk ke dapur.
Di dapur, ruangan begitu gelap hanya diterangi sedikit cahaya rembulan yang masuk dari ventilasi, terpasang di sebelah kiri ruangan. Juloan dan Own berjalan-jalan di sana, meskipun gelap tapi mereka tetap bisa melihat dengan baik. Tidak disangka, dapur yang diluar terlihat kecil dan sempit ternyata cukup besar dan luas. Banyak sekali kotak-kotak kayu yang bertumpuk-tumpuk di pojok.
"Kapan ya terakhir kali aku kesini? Rasanya sudah banyak yang berubah," terus berjalan melihat sekeliling sedikit tabjuk dengan apa yang baru dia lihat.
Own naik ke atas meja di dekat kulkas. Mengeong sambil menjilat kaki kanannya. Juloan pun berhenti tepat di depan Own. Sambil menggaruk kepalanya, menatap Own bingung.
"Kali ini apa?"
Own mengeong, kaki kirinya terangkat menyentuh dinding kanan kulkas. Juloan hanya menatap Own lalu mengangguk paham. Tangannya bergerak membuka pintu kulkas.
Juloan segera menutup mata dengan lengan kirinya karena cahaya lampu yang menyala terang, terpasang di dinding belakang bagian dalam kulkas. Membuat matanya silau sejenak, kemudian menurunkan lengannya.
Hawa dingin dari kulkas berhembus keluar, berterbangan ke sana kemari. Menerpa wajah, kulit, baju Juloan, dan juga bulu-bulu Own yang perlahan berubah menjadi bulir-bulir embun yang sangat kecil, bahkan tidak terlihat sama sekali saking kecilnya.
"Sebenarnya aku masih tidak mengerti maksudmu itu apa, aku hanya bergerak sesuai naluri ku," ujar Juloan mengangkat bahu, melipat kedua tangannya ke depan dada.
Own tiba-tiba melompat dari meja ke Juloan, dengan cepat Juloan langsung menangkap Own lalu mengangkatnya setinggi kepala. Sedikit Juloan memiringkan kepalanya, menatap Own bingung.
"Ada sesuatu dengan Kulkasnya?"
Own mengeong, menunjuk tombol di sebelah kanan dinding bagian dalam kulkas dengan kaki kanannya. Mata Juloan langsung tertuju pada tombol yang ditunjuk itu, tanpa berlama-lama Juloan menekan tombol itu.
Beberapa saat kemudian, dinding belakang bagian dalam kulkas membentuk celah kecil yang perlahan-lahan melebar. Menampilkan sebuah lorong yang terlihat gelap dan panjang di balik sana.
Mata Juloan menatap tabjuk lorong di seberang sana. Hingga dia tidak sadar Own melompat dari tangan berjalan masuk ke lorong itu lebih dulu. Kemudian, Juloan menggelengkan kepala cepat lalu menyusul Own masuk ke lorong.
---------- To be continued ----------
22 . 09 . 24
First version: 21 . 04 . 24
KAMU SEDANG MEMBACA
✓INSIDE HOUSE 【 Open PO 】
TerrorTerbit melalui event Pensi TEORI KATA PUBLISHING Vol 14. Kisah dimulai dengan kehidupan ketujuh laki-laki yang tinggal bersama seorang wanita tua bernama Lenny, disebuah rumah kecil sederhana, sebelum akhirnya tinggal di panti asuhan bersama Ethel...