[let's eat soba together] 🍜✨️

73 12 4
                                    

SPOILER ALERT ❗️

Setelah aku hiatus dari dunia per animean, tiba-tiba dapat kabar kalau ternyata MHA sudah tamat.

And then i found out.
I cant stand with this anymoree (cryin out loud)
Dan setelah menyaksikan kejadian tragis itu aku langsung terilhami untuk melanjutkan FF ini yang sudah terbengkalai, ayo kita jalani bersama, mari berdamai dengan keadaan kita saat ini, di book ini aku akan membuat keluarga Todoroki versi keluarga cemara.

Chapter ini akan didedikasikan untuk abang kesayangan kita Toya, he deserve the love and happiness ♡

let's enjoy the rest.

___________________________________________

Hujan deras mengguyur kota sepanjang hari ini, Toya sedang mood berjalan jalan berpayung merah polkadot milik ibunya. Berjalan mengantongi tangan kirinya bersitatap dengan gejolak air sungai dibawah jembatan tempat Toya berdiri.

"Gua heran lu kok bisa kabur dari rumah segede ini, hidup lu enak, kurang apa coba."

"huh..." Toya menarik napas, tanpa sadar dia hanyut didalam pikirannya sendiri.

"Kurang apa gue? gue kurang apa biar bisa jadi kebanggaan lu pak..."

Trauma dimasa lalu memang sulit disembuhkan, ini sangat membekas diingatan Toya, mengetahui bahwa dia mengalami oldest child trauma. Yah kita semua tau apa yang terjadi pada lelaki satu ini.

Beberapa waktu lalu terjadi konflik besar, emosi Toya sudah tidak bisa terbendung lagi sehingga semua orang harus turun tangan menangani ketantruman Toya yang sudah tidak tertolong.

"Ngelamun ae payung polkadot." Hawks mengahampiri seketika membuyarkan lamunan Toya.

Toya memberikan tatapan side eye, "Lah elu ponco kuning, cosplay pikachu lu? ."

"Lah gw bawa motor anjir, yakali gue bawa payung." Hawks membersamai lelaki senja ini yang sedang mempertanyakan arti hidupnya sendiri.

Hujan masih lebat kala itu walaupun tanpa badai, aliran sungai sepertinya cukup untuk menyeret tubuh manusia jika seseorang nekat melompat kesana.

"Waktu itu harusnya gue dibiarin mati aja sih." Ucap Toya masih menatap kosong kebawah jembatan.

"Coba aja! coba lu lompat noh sekarang gue liatin," Balas Hawks menciptakan keheningan seketika.

"Sekarang misal lu mati nih, terus kira kira keluarga lu bakal gimana? yang udah ancur malah makin ancur nyett! udah lu mending gausah aneh aneh lagi dah, kalo lu berulah lagi gue lagi yang repot ntar."

Otak Toya kembali me recall memori

"Maaf... maaf... maafin papa Toya jangan lakuin ini lagi."

"Toya udah ya, pulang yuk nak..."

"Bang cukup bang, jangan bikin masalah lagi kita semua capek..."

"Aku gak bisa kehilangan abang lagi."

"... makanan favorit abang apa?."

Hawks menepuk pundak Toya, "Udah jangan pikirin lagi, susah ya? gue ngerti kok. Gausah maksain, pelan pelan aja nerimanya."

Hujan sedikit mulai sedikit sudah mulai mereda, pria berpayung merah polkadot itu telah melipat payungnya.

"Anterin gue pulang." Ujar Toya seraya naik ke jok belakang motor Hawks tanpa permisi.

Hawks merespon dengan tersenyum bangga berjalan menuju motornya yang masih terparkir.

"Nih lu yang bawa!." Hawks melempar kunci motornya.

Todoroki FamilyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang