Sore hari setelah menunaikan ibadah sholat Maghrib berjamaah, Senja tengah membantu menyiapkan makan malam bersama Sari, salah satu sukarelawan yang mengurus panti. Usianya hampir kepala tiga. Tak hanya dirinya yang menjadi sukarelawan di sini namun ada juga Ani, usianya hanya lebih muda satu tahun dari Sari.
Sementara Senja dan Sari sibuk menata makanan di meja makan, Ani memanggil anak-anak panti.
"Tadi Mbak liat waktu kamu pulang sekolah. Dia temen kamu?" tanya Sari penasaran.
"Iya, Mbak." Senja mengangguk membenarkan.
"Kenapa nggak disuruh mampir?"
"Udah sore, Mbak," jawab Senja.
"Teman Senja? Kok Ibu nggak kenal?" Fatma baru tiba. Wanita itu baru selesai mengaji.
"Iya, Bu. Tadi Sari liat Senja diantar temennya naik mobil, ganteng banget tau, Bu!" Dengan heboh Sari memberi tahu Fatma. Rupanya perempuan itu melihat kepulangan Senja bersama Saga tadi.
"Kamu ini kalau ada yang ganteng langsung semangat," kekeh Fatma.
"Normal dong, Bu." Sari menampilkan cengirannya.
Tak lama Ani datang bersama anak panti yang lain. Untuk saat ini rata-rata usia mereka adalah tujuh hingga sembilan tahun dengan latar belakang berbeda-beda. Ada yang sama seperti Senja, dibuang begitu saja di depan panti, ada juga yang dititipkan baik-baik oleh orang tua kandungnya lantaran malu memiliki anak di luar nikah.
Sebelumnya dua anak yang usianya sudah di atas delapan belas tahun memilih untuk bekerja dan hidup mandiri. Sesekali mereka datang berkunjung untuk menengok keadaan panti.
Setelah mengambil makanan masing-masing mereka makan dengan tenang. Anak-anak terlihat lahap menikmati makanan yang disajikan. Ayam kecap dan tumis buncis. Menu yang mewah untuk mereka malam ini.
Di lain tempat Saga terus mengekor pada sang Ayah sejak selesai makan malam tadi. Laki-laki itu bahkan menggantikan Miranda yang hendak mengantarkan kopi pesanan sang suami di ruang kerjanya.
Tok tok tok!
"Masuk, Ma. Tumben banget ngetuk pintu," heran Dewa merasa aneh.
"Papa!"
"Astaga!" kaget Dewa saat melihat seseorang yang masuk ke dalam ruang kerjanya. Bukannya sang istri melainkan sang putra.
"Kenapa kamu yang bawa kopi Papa? Mana Mama kamu?" tanya Dewa.
Saga meletakkan secangkir kopi hitam di atas meja kerja Dewa. "Mama di kamar mungkin."
"Terus kenapa bukan Mama yang mengantar kopi Papa?" kesal Dewa. Padahal kan ia ingin sekalian bermanja pada sang istri.
KAMU SEDANG MEMBACA
Senja dan Rahasianya
Teen FictionBagaimana rasanya menjalani hidup namun orang di sekitar menjauhi kalian? Hal itu dialami oleh Lembayung Senja. Gadis itu harus merasakan dijauhi teman satu sekolahnya karena sebuah rumor yang beredar. Rumor seperti apa dan bagaimana itu bisa ter...