11. Kebucinan Dua Setan

36 16 49
                                    

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

.
.
.
.
.



Seharusnya Senja tak mengiyakan ajakan Miranda untuk hadir di acara makan malam keluarga mereka. Seharusnya Senja bisa menolak baik-baik ajakan itu. Seharusnya ia tak perlu masuk cukup jauh ke dalam kehidupan Saga sampai mengenal orang tua laki-laki itu yang membuatnya kini berakhir seperti ini. Kata seharusnya mengiringi langkah kaki Senja keluar dari rumah yang sudah beberapa kali ia datangi ini.

"Senja, tunggu!" Saga menahan tangan Senja membuat langkah sang gadis terhenti.

"Maaf, untuk semua perkataan keluarga gue tadi. Mereka pasti udah nyakitin hati lo, kan? Maaf Senja, gue bener-bener nggak tau kejadiannya akan seperti ini," sesal Saga.

Senja melepas tangannya dari Saga. "Yang mereka katakan benar. Mungkin aku memang pembawa sial. Orang tua aku membuang aku karena mereka nggak menginginkan aku lahir."

"Mereka salah, Senja." Miranda datang menyangkal ucapan Senja. Wanita itu mendekat, meraih tangan Senja dan menggenggamnya.

"Senja itu pencipta bahagia. Banyak orang yang menyukai senja sampai menantikan datangnya senja. Bahkan ada saja orang yang sengaja datang ke tempat tertentu untuk mendapatkan senja terindah." Tangan kanan Miranda mengelus tangan Senja yang berada dalam genggaman tangan kirinya.

"Sama halnya dengan Senja di hadapan Tante. Kamu membawa kebahagiaan untuk Bu Fatma, adik-adik kamu di panti bahkan untuk Tante," lanjut Miranda.

Senja yang mendengar perkataan Miranda tak bisa menahan tetes air mata yang kini mulai mengalir membasahi pipinya.

"Tante senang kenal sama kamu, Senja. Dulu tante ingin sekali punya anak perempuan namun rejekinya tante justru punya anak laki-laki. Sekarang Tante udah nggak bisa hamil lagi. Makanya Tante senang waktu Saga bawa kamu ke rumah, terus Tante ingin kamu sering main di sini," ucap Miranda tulus.

"Jangan pernah berfikir kamu pembawa sial, ya sayang. Setiap anak adalah anugrah dari Tuhan. Jika ada orang tua yang tidak menerima anugrah itu, biarlah menjadi urusannya dengan Tuhan. Kamu masih memiliki Bu Fatma dan adik-adik yang sangat menyayangimu. Dan sekarang kamu juga punya Tante yang udah menganggap kamu seperti anak Tante sendiri."

Saga merasa terharu dengan rangkaian kata yang terucap dari sang ibu, namun ia mendadak merasa terusik dengan kalimat terakhir yang Miranda ucapkan. Saga mendekatkan diri untuk berbisik pada sang Ibu.

"Mama nggak ada niatan buat adopsi Senja, kan?"

Miranda menaikkan alisnya, membalas Saga juga dengan berbisik. "Kenapa emangnya kalau mama mau adopsi Senja? Kamu keberatan?"

"Y--yaa bukan gitu cuma--"

"Udah-udah, ngerti Mama tuh!" potong Miranda cepat. Dalam hati Saga bertanya, tahu apa Ibunya itu?

"Kamu jadi pulang sekarang?" tanya Miranda memastikan meski jika dilihat dari keadaan Senja, rasanya gadis itu enggan berada lebih lama di sini.

"Iya Tante."

Senja dan RahasianyaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang