Pukul empat dini hari, waktu di mana sebagian orang masih terlelap dalam tidurnya. Seorang gadis justru sedang berkutat dengan peralatan dapur.
Lembayung Senja, nama lengkap gadis itu. Senja gadis pendiam yang saat ini masih duduk di bangku kelas 2 SMA. Gadis dengan rambut terikat itu saat ini sedang membuat beberapa panganan untuk ia jual di warung depan sekolahnya.
Senja bukanlah gadis yang berasal dari keluarga kaya raya atau keluarga cemara seperti kebanyakan tokoh dalam sebuah cerita. Sejak lahir ia sudah menjadi bagian dari panti asuhan Kasih Bunda. Nama yang Senja miliki sekarang juga pemberian dari Ibu panti.
"Senja, mau ibu bantu?"
Senja yang masih membuat nasi kuning menoleh ke arah di mana ibu panti berdiri.
"Nggak usah, Bu. Nanti Ibu capek." Senja menolak halus tawaran wanita itu.
Fatmawati, wanita yang belasan tahun lalu menemukan Senja dalam balutan selimut di dalam kardus tepat di depan Panti Asuhan. Ia tersenyum melihat Senja yang kini sudah tumbuh dewasa menjadi gadis manis dan penuh perhatian.
"Nggak capek kok. Sini biar Ibu aduk nasinya, kamu siapin kering tempe saja." Fatma mengambil alih pekerjaan Senja.
"Makasih, Bu."
Selesai membuat nasi kuning, Senja bersiap untuk ke sekolah. Tak lupa ia kembali mengikat rambutnya seperti biasa. Keranjang berisi nasi kuningpun dibawa. Sebelum benar-benar berangkat, Senja lebih dulu memberikan sedikit uang yang ia miliki untuk adik-adik pantinya yang masih kecil.
Fatma sudah mengatakan pada Senja untuk menyimpan saja uang Senja, namun gadis itu lebih mementingkan orang lain dibanding dirinya sendiri. Hati Senja tak tega melihat adik Pantinya terkadang hanya menelan ludah saat teman sebaya mereka di luar Panti membeli jajanan enak. Sebagai yang paling dewasa Senja merasa memiliki tanggung jawab untuk turut andil mencukupi kebutuhan adik-adik Pantinya.
Panti Asuhan Kasih Bunda tidak hanya mengandalkan uang dari donatur. Fatma memiliki usaha catering. Dari sanalah Senja mendapat ide untuk menjual makanan berat seperti nasi kuning juga makanan ringan seperti donat.
Senja menghentikan angkot sebagai kendaraan yang biasa ia gunakan untuk berangkat ke tempat ia menuntut ilmu. Saat lampu lalu lintas berubah warna menjadi merah, tak sengaja mata Senja menangkap beberapa anak kecil di kolong jembatan tengah menghitung uang. Satu anak yang lebih kecil dari anak yang sedang menghitung uang mengelus perut menunggu kapan uang itu selesai dihitung. Padahal uang di tangan sang anak tidaklah banyak.
Melihat lampu merah yang masih cukup lama, Senja bergegas turun menghampiri sekumpulan anak itu.
"Dek!" panggil Senja pada salah satu anak.
KAMU SEDANG MEMBACA
Senja dan Rahasianya
Fiksi RemajaBagaimana rasanya menjalani hidup namun orang di sekitar menjauhi kalian? Hal itu dialami oleh Lembayung Senja. Gadis itu harus merasakan dijauhi teman satu sekolahnya karena sebuah rumor yang beredar. Rumor seperti apa dan bagaimana itu bisa ter...