Impian adalah bagian dari hidup seseorang. Namun sudah sejak lama, sosok itu berjalan tanpa menggandeng impiannya. Karena sejak lama, ia tak memiliki hal itu. Ia tak memiliki sesuatu yang hendak dicapai.
Katakan saja, kini dia menjalani hari-harinya seperti air yang mengalir tenang. Tidak memilih tujuan untuk hidup, juga tidak memiliki tujuan untuk mati.
Teman-temannya sering berkata, jika Choi Lisa sangat beruntung menjadi anak dari pasangan chaebol terkenal. Choi Jinhyuk dan Lee Dahee yang pernikahannya sangat meriah pada masa lalu.
Lisa berusaha terlihat seperti apa yang teman-temannya katakan. Ia berusaha menikmati kehidupannya sebagai Choi Lisa yang bermandikan uang.
Tapi bukankah mereka hanya melihat sebuah apel yang cantik, namun tak tahu jika ternyata di dalam apel itu terdapat bagian yang busuk. Kalau saja mereka tidak membukanya, maka yang terlihat hanya keindahan dari buah itu semata.
"Mingyu marah padamu. Dia bilang semalam kau mengambil mangsanya." Seseorang tiba-tiba berada di samping Lisa dan menyejajarkan langkahnya.
Menatap pria itu sekilas, Lisa mulai mengeluarkan kunci motornya dari saku jaket. Hari ini, dia hanya memiliki satu kelas di siang hari. Ketika kelas itu selesai, Lisa tentu tak ingin berlama-lama di gedung kampus. Ia bukan seseorang yang gila akan nilai. Sebaliknya, Lisa menjalani kuliah hanya untuk mengisi waktu luang.
Ketika kuliahnya kosong, Lisa tentu akan memilih bersenang-senang. Untuk apa juga ia khawatir dengan masa depannya? Harta kedua orang tuanya sudah menjamin bagaimana kehidupan Lisa kelak sekalipun dia tidak belajar dengan baik.
"Malam nanti siapa yang menjadi lawanku?" Lisa enggan membahas sikap Mingyu semalam, karena Lisa pikir ada hal yang lebih penting untuknya.
"Dia juga seorang gadis. Setahuku belum lama ia tergabung dalam club motor milik Hong Mino. Namanya Bae Miyeon." Penjelasan dari Han Eunwoo itu membuat Lisa mengangguk paham.
Malam nanti, ia akan melakukan balap liar yang diadakan hampir setiap malam di pinggir kota. Mereka tentu memilih lokasi yang sepi karena tak mau polisi mengetahuinya.
Tak lama, langkah kedua manusia itu sampai pada area parkir khusus motor. Baru saja Lisa hendak meraih helmnya, kedua mata hazel itu menangkap sesuatu di atas speedometer motor.
"Cokelat dari penggemarmu lagi?" tanya Eunwoo yang melirik sekilas cokelat di motor Lisa.
Sudah 1 tahun lamanya mereka berkuliah disana. Eunwoo yang selalu bersama Lisa pun tak jarang menjadi saksi, bagaimana selama 1 tahun Lisa terus mendapatkan cokelat yang sengaja diletakkan pada motornya ketika hendak pulang.
"Penggemar siapa? Dia hanya orang iseng." Lisa menggerutu sembari meraih cokelat dengan sticky note berwarna kuning.
Selamat hari senin, Lisa!
Hari ini sangat terik. Setelah selesai, kau harus pulang dan langsung beristirahat. Arraseo?Lisa berdecak membaca note itu. Mengapa sosok yang tidak jelas asal-usul dan rupanya berani memerintah Lisa? Sosok itu harus tahu bahkan tak ada seorang pun yang bisa mengatur Lisa. Termasuk ayahnya sendiri.
Memilih memasukkan cokelat itu ke dalam tasnya, Lisa mulai mengenakan helm dan menyalakan motornya. Karena masih terlalu siang, Lisa dan Eunwoo memilih pergi ke apartenent pria itu karena teman-teman yang lain juga ada disana.
..........
"Jennie-ssi, ini pesanan untuk meja nomor 13."
"Nde!"
Sosok dengan seragam khas waitress tampak begitu sibuk mengantarkan makanan ke beberapa meja restaurant. Pekerjaan yang sudah Jennie lakukan sejak menginjak Senior High School.
KAMU SEDANG MEMBACA
Labyrinth
FanfictionDia sangat rumit. Dia tidak bisa dimengerti. Dia sulit untuk digapai. Layaknya labirin.