Baru saja menginjakkan kaki di gedung perkuliahan itu, semua orang tampak meliriknya dengan tatapan tak suka. Chaeyoung berusaha menunduk untuk menghindari semua pasang mata yang seakan menusuknya.
Chaeyoung tidak tahu, jika saat ini namanya tengah naik dan mendapat perhatian dari banyak orang di Seoul. Jika saja dia melihat ponselnya lebih awal, Chaeyoung mungkin tidak akan pergi ke kampus.
Terlebih dia lupa untuk harus menghindar dari Ahn Yebin. Seperti dugaannya, gadis itu pasti tak akan diam ketika melihat berita Chaeyoung. Terbukti ketika gadis itu menariknya hingga sampai pada halaman belakang kampus yang sepi.
"Kau sudah muak memberiku uang hingga memilih mengumbar status menjijikanmu itu, Chaeyoung-ah?" Bahu itu di dorong hingga ia mundur beberapa langkah.
Chaeyoung tidak mengerti dengan situasi ini. Bukankah seharusnya ia yang tak terima karena kehidupan pribadinya harus menjadi konsumsi publik? Namun kenapa Yebin seakan lebih marah dari pada dirinya?
"Kau pikir aku ingin, Yebin-ah?" Suara Chaeyoung sudah bergetar ketika mengatakan itu.
Hal yang selama ini ia hindari, kini harus terjadi. Chaeyoung sendiri tidak tahu harus meresponnya seperti apa. Yang pasti, Chaeyoung tahu jika kehidupannya nanti akan terasa berbeda. Semua mata disana akan memandangnya sebagai sosok yang menjijikan.
"Dibandingkan dirimu, aku lebih membenci diriku yang terlahir seperti ini!" Suara Chaeyoung meninggi. Kedua matanya memerah, dan wajahnya sudah mulai basah.
Amarah yang selama ini ia tahan, kini mulai meledak. Hari pertamanya sebagai seorang kakak, harus menjadi hari terburuk di hidupnya. Chaeyoung sangat tidak terima.
Ia sudah menyiapkan banyak hal untuk sosok bernama Choi Lisa itu. Ia sudah berusaha menyisihkan rasa sayang untuk adiknya. Tapi baru ingin memulai, hatinya sudah dipatahkan ketika melihat respon sang adik pagi tadi.
Belum selesai dengan rasa kecewanya, kini Chaeyoung harus menghadapi masalah baru. Ingin sekali gadis itu menghilang sejenak agar mereka tak bisa terus mengolok-olok dirinya.
"Jika boleh memilih, aku lebih baik tidak dilahirkan!" Tangis Chaeyoung mulai menyeruak keluar karena rasa sakit di hatinya yang tak tertahankan.
"Apakah itu urusanku?" Ahn Eunbin terkekeh hambar.
Sial sekali untuknya karena tak bisa lagi mendapatkan uang dari Chaeyoung. Satu-satunya kelemahan gadis itu selalu menjadi keuntungan untuk Yebin sudah terpampang pada publik hingga Yebin tak bisa dapat menggunakannya lagi.
"Memang bukan. Untuk apa urusanku menjadi masalah bagi orang tak berguna sepertimu?" Chaeyoung mulai terpancing oleh emosi yang meledak.
Dia sesungguhnya tidak penah berbicara kasar bahkan pada Yebin yang selalu menyakitinya. Tapi dalam keadaan seperti ini, Chaeyoung hendak mencari pelampiasan untuk amarahnya.
"Mwo?" Namun tampaknya Chaeyoung salah jika harus melampiaskan amarahnya pada Yebin.
Gadis itu merasa tak terima jika Chaeyoung mengatakan bahwa ia adalah orang yang tidak berguna. Dengan kedua mata yang memerah, Yebin berjalan mendekat pada Chaeyoung. Hendak melayangkan tangannya pada wajah putih itu.
Beberapa centimeter lagi ia bisa menyentuh Chaeyoung, sebuah tangan menghentikannya. Kedua mata Yebin yang semula penuh amarah mendadak bergetar.
"Berani kau menyakiti adikku?" Suara tajam itu membuat Chaeyoung membuka matanya.
Napasnya sendiri tercekat melihat keberadaan Jennie yang tiba-tiba ada di hadapannya. Menghalang Yebin agar tidak sampai menyakitinya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Labyrinth
FanfictionDia sangat rumit. Dia tidak bisa dimengerti. Dia sulit untuk digapai. Layaknya labirin.