10. I'll Be Waiting

2.1K 524 147
                                    

Ini adalah pertama kalinya Jisoo memilih membolos dari kegiatan perkuliahannya. Bahkan, jika gadis itu jatuh sakit ia akan tetap pergi dan mengikuti pelajaran yang berlangsung.

Bagi orang lain, mungkin ini hanyalah masalah sepele. Namun berbeda untuk Jisoo yang selalu melakukan segalanya dengan sempurna. Tak pernah ia biarkan hal sekecil apa pun mempengaruhi nilai semesternya.

Sembari menghembuskan napas berat, Jisoo keluar dari mobil sedan berwarna hitam itu. Sejenak ia terdiam menatap bangunan mansion yang amat megah. Bangunan yang mulai hari ini akan menjadi tempat tinggalnya.

Berbeda dengan kebanyakan orang yang memandang bangunan itu dengan tatapan mengagumkan, Jisoo justru menatapnya dengan sendu.

Rumah sebesar ini, selama hampir 20 tahun Lisa berada di dalamnya. Menahan rasa sepi yang Jisoo dan kedua adiknya tak pernah rasakan.

Jisoo kira, ia yang paling mengetahui tentang kehidupan Lisa. Tapi ternyata, Jisoo hanya tahu sebagian kecil tentang adiknya ketika Jinhyuk banyak bercerita malam tadi di rumah lamanya.

"Jisoo-ya, kenapa berdiri disini? Ayo masuk." Suara berat itu membuat Jisoo tersentak.

Dia menatap sosok sang ayah yang tersenyum lembut padanya. Tampak dari pakaian pria itu, Jinhyuk baru saja meninggalkan pekerjaan kantornya. Pasti karena masalah keluarga mereka yang terekspose oleh media.

"Appa, gomawo. Sudah menyuruh sopir untuk menjemputku." Jisoo menunduk sebentar sembari mengucapkan terima kasih.

Jika bukan karena kedatangan sopir itu, Jisoo harus berada lebih lama di kampusnya untuk menunggu Jennie dan Chaeyoung menjemput. Menunggu dengan diiringi tatapan menusuk dari banyaknya orang-orang di kampus itu.

"Mwoga? Appa tidak menyuruh sopir untuk menjemputmu karena Jennie bilang akan melakukannya." Jawaban yang terlontar dari Jinhyuk membuat dahi Jisoo mengerut. Dia hendak kembali bersuara, sebelum akhirnya dering ponsel Jinhyuk berbunyi.

"Ayo masuk. Appa ingin membicarakan sesuatu." Sang ayah tampak mengabaikan panggilan itu, dan memilih merangkul bahu Jisoo untuk menggiringnya masuk ke dalam rumah.

Sejak kedatangannya tadi pagi, tak banyak waktu Jisoo untuk memandangi sekitar. Saat ia kini melakukan itu, Jisoo mulai menyadari jika rumah megah itu terasa kosong.

Disana hanya ada barang-barang mahal terpajang. Berbeda dengan rumah lamanya yang dipenuhi oleh foto keluarga, rumah besar itu hanya memiliki beberapa bingkai foto Lisa yang sedang sendirian serta 1 bingkai foto besar berisikan Jinhyuk, Dahee, dan Lisa di masa kecil.

"Apakah foto itu mengganggumu, Nak?" Jisoo terkesiap dan segera menggeleng.

"Appa akan menyingkirkannya nanti agar kau merasa nyaman disini." Mendengar keputusan Jinhyuk, kedua mata Jisoo melotot kaget.

Dia hanya berusaha melihat-lihat sekitar. Padahal pandangannya sama sekali tidak mencerminkan ketidak sukaan. Namun mengapa Jinhyuk langsung menyimpulkannya begitu saja?

"Aniya---"

"Jisoo-ya, gwenchana? Kau tidak terluka kan?" Belum sempat Jisoo menyelesaikan kalimatnya, Nara datang dengan wajah panik. Disusul oleh Jennie dan Chaeyoung.

Tampaknya dua adik Jisoo juga baru sampai. Terlihat dari sepatu dan tas yang masih menempel di tubuh mereka. Serta wajah lelah yang sangat keantara.

"Naneun gwencana." Jisoo berkata dengan jujur. Setidaknya, dia meninggalkan kampusnya dalam keadaan baik. Karena jika terlalu lama berada disana, Jisoo mungkin akan mendapatkan hal buruk.

LabyrinthTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang