Setelah menerima panggilan telepon dari sang ayah, Jisoo bergegas mencari Lisa ke seluruh penjuru kampus. Tak memperdulikan bahwa sebagian mahasiswa disana tak suka padanya, Jisoo bertanya pada mereka.
Jawaban dari orang-orang yang Jisoo temui beragam. Ada yang masih menjawabnya dengan ramah, ada pula yang ketus padanya. Padahal sebelum berita itu muncul, semua orang sangat baik padanya.
"Chogi, kau melihat adik--- Maksudku Choi Lisa?" Melihat satu sosok yang Jisoo tahu sebagai teman 1 jurusan Lisa, tanpa ragu Jisoo langsung menghampirinya.
Dari raut wajah pria itu, Jisoo menangkap ketidaksukaan terhadap kemunculannya. Namun siapa yang peduli? Jisoo hanya ingin menemukan adiknya sekarang.
"Tidak cukup kau mengusiknya di rumah? Kini di kampus pun dengan tak tahu dirinya kau terus melakukan itu?" Kalimat lelaki di hadapannya mampu menghunus tepat di hati Jisoo.
Lelaki ini sangat sering Jisoo temui selalu bersama Lisa. Jisoo pun ingat bahwa lelaki ini ada ketika Lisa memberikannya bangku kosong di Cafeterian beberapa waktu lalu. Kemungkinan besar dia adalah teman dekat Lisa dan mengetahui banyak hal tentang adiknya itu. Apalagi dari kalimatnya, seakan sangat tahu bagaimana perasaan Lisa sekarang.
"Dia ada di halaman belakang. Kau bisa menemuinya." Namun sosok laki-laki lain menjawab pertanyaan dengan tenang.
"Ya! Eunwoo-ya! Kenapa kau beritahu?" Jungkook berbisik dengan kesal.
"Masalah mereka bukan ranah kita. Biarkan mereka menyelesaikannya." Membalas bisikan Jungkook, Eunwoo yang semula berniat menyusul Lisa ke halaman belakang mengurungkan diri dan memilih membawa Jungkook pergi dari hadapan Jisoo.
Tak mau membuang waktu, Jisoo segera melangkah menuju halaman belakang kampus. Sejenak ia mengagumi betapa sunyinya tempat itu. Apakah Lisa sering berada disana untuk menenangkan diri?
Mulai mengedarkan pandangannya ke setiap bagian halaman belakang itu, Jisoo tertegun sejenak ketika kedua matanya menemukan sosok Lisa yang duduk di pinggir kolam ikan.
Jisoo tidak bisa memungkiri bahwa ia merasa sangat terkejut melihat Lisa tengah menyesap rokoknya dalam diam. Sebenarnya berapa banyak hal yang Jisoo tak ketahui dari sosok adik bungsunya itu?
Melangkah dengan cepat, tanpa kata Jisoo langsung merebut rokok yang masih ada di bibir Lisa. Membuang benda itu ke tanah dan menginjaknya hingga hancur.
"Michyeosseo?" Lisa bangkut berdiri, dengan tatapan yang memerah menahan amarah.
Apakah Jisoo tidak sadar? Kehadirannya saja akan membuat Lisa sangat marah. Kini gadis itu dengan berani mengusik kesenangan Lisa, yang bahkan siapa pun tak pernah melakukan itu padanya.
"Aku tidak melarangmu membenciku, Lisa-ya. Benci aku sebesar mungkin! Tapi tolong, jangan sakiti dirimu sendiri!" Jisoo rasanya tidak pernah semarah ini.
Dia adalah sosok yang sangat lembut dan tidak pernah mengungkankan rasa marahnya secara langsung. Hanya saja melihat sosok Lisa yang lain membuat Jisoo seperti tidak berguna untuk menjadi kakak. Dia merasa gagal.
"Teruslah beromong kosong." Enggan menghadapi Jisoo, gadis berponi itu meraih tas ranselnya. Hendak pergi dari sana namun Jisoo dengan cepat menghalangi.
"Kau ingin kemana? Kau melupakan hari ini?" Lisa menghembuskan napas kasar melihat Jisoo yang berdiri di hadapannya.
"Jisoo-ssi, aku berhak melakukan apa yang ingin ku lakukan. Jadi, jangan pernah berani menghalangiku." Tidak ingin mengalah, Lisa kembali melangkah.
Jisoo pun demikian. Dia pun tak membiarkan Lisa pergi. Dia menahan lengan Lisa amat erat.
"Tidak. Kau harus pergi bersamaku---""Aku bilang, jangan melewati batas!"
KAMU SEDANG MEMBACA
Labyrinth
FanfictionDia sangat rumit. Dia tidak bisa dimengerti. Dia sulit untuk digapai. Layaknya labirin.