LXR 49

515 59 0
                                    

•Chapter kali ini sedikit memicu emosi para pembaca, mohon pengertiannya•

"Kau itu bisa tidak sehari tidak membuat masalah? Kali ini kau apakah Rei huh!?"

"Tangannya sampai melepuh begini, kau memiliki dendam dengan adikmu sendiri!?"

"Kau harusnya masih bersyukur bukan Bang Neo yang mengurus masalah hukuman mu! Dengan begitu aku tidak akan kehilangan mainan ku!"

"Berdebah sialan! Apa-apaan nilai mu ini!? 97 bisa apa kau dengan ini hah!? Kau harusnya mencontoh kakakmu itu!"

"Adikku hanya Rei! Yang anak haram itu si sialan itu!"

"Nama Leonardo bahkan terlalu berharga untuk kotoran menjijikkan seperti mu"

"Rei lagi Rei lagi, kau tidak ada kapoknya dengan membuat masalah dengan adikku ya? Kau benar-benar menginginkan kematian mu sendiri"

"Anak haram gak pantes bareng sama kita!"

"Abang Rui bukan anak haram! Dia abang aku!"

"Dia yang sudah membuat adikku dalam masalah! Anak haram itu harus mendapatkan ganjaran nya!"

"Dasarnya dia tidak memiliki orang tua karena mereka tidak ingin menampung anak pembawa sial sepertinya"

"Pantas saja kau tidak memiliki orang tua, di lihat sikap mu yang kasar sudah menjelaskan tak ada seorang pun yang mau merawat mu"

"Dasar kotoran menjijikkan"

"Anak haram"

"Anak pembawa sial"

"Dasar tidak berguna"

Rui menggertak rahangnya dengan kesal saat kilasan kelam itu berputar bak kaset rusak di kepalanya.

'Berhenti bicara sialan'

Set

Grebb!

"...."

Hingga kemudian suara-suara itu menghilang begitu saja ketika ia merasa tubuhnya di peluk seseorang. Lantas ia mendongak ke arah seseorang yang memeluknya itu. Dan sedikit terkejut saat tau itu adalah Leona.

"Pasti berat ya, melewati semuanya sendirian. Tanpa dukungan ataupun pembelaan dari siapapun, rasanya sangat menyakitkan bukan?" Celetuk Leona seraya mengusap kepala Rui yang kini terdiam dalam dekapannya.

"Berhenti mengasihani ku, aku tidak butuh empati kalian"

Gerakan tangan Leona terhenti saat mendengar ucapan Rui yang teredam barusan itu. Mulutnya menjadi kelu untuk mengatakan sesuatu.

Padahal niatnya ia ingin sedikit menghibur Rui saat ia merasa Rui kesepian. Karena saat melihat berbincang dengan suaminya tadi ia bisa melihat tatapan kosong pada mata Rui.

Namun yang ia dengar barusan benar-benar di luar dugaan. Ia sepertinya sudah salah menduga, Rui tidak hanya kesepian. Tapi ia juga menderita selama ini.

Terjatuh dalam lubang penuh hinaan membuatnya menjadi pribadi yang tertutup dan menolak berinteraksi dengan orang lain. Ia sedikit mengerti sekarang kenapa Rui menolak permintaan nya untuk menjadi bagian dari keluarga Arbianka.

Rui tidak ingin merasakan pengkhianatan, kekecewaan dan keputusasaan yang sama untuk kedua kalinya.

Dengan sedikit gemetar, tangan itu ia bawa untuk mendekap Rui lebih erat lagi. Ia tidak mengatakan apapun, tapi ia tau jika sekarang Rui sedang tidak ingin di ajak bicara.

Mau di tenangkan pun percuma, karena hati Rui sudah mati. Ia tidak tertarik dengan kata-kata penenang saja.

Sedangkan Rui yang saat ini masih dalam dekapan Leona terlihat melirik ke arah samping di mana posisi keluarga Wiliam berada.

Dan sedikit mengejutkan ia melihat Aleena juga ikut hadir dalam acara ini bersama kakak dan keluarga nya. Tentunya ia sengaja memakai seragam ketat yang menonjolkan bagian dada dan juga pinggulnya.

Ia bahkan sengaja tidak memakai jas almamater nya untuk menarik perhatian para sarjana lelaki di sana. Yang tentu tindakan tersebut membuat beberapa sarjana lelaki ada yang melirik ke arahnya. Tepatnya tubuhnya.

Rui diam-diam mendengus geli. Ia benar-benar kagum melihat keberanian nya menjajakan tubuhnya secara suka rela. Apalagi melihatnya masih berusaha tetap berdiri tegap setelah di gempur parah semalaman (?) atau mungkin beberapa malam oleh empat orang pria dewasa.

Mengikut pemberitahuan dari pengirim pesan di ponselnya saat itu ia menyadari jika selama ia sakit selama itu juga Aleena di jamah oleh mereka.

'Benar-benar menjijikkan'

Rui perlahan melepaskan dekapan Leona darinya. Hingga kemudian dia terdiam melihat matanya berkaca-kaca.

'Apa lagi sekarang? Apa aku menyakiti perasaan nya?' Rui kalang kabut sendiri melihat Leona yang hampir menangis lagi.

Sudah cukup ia melihatnya menangis saat ia sedang sakit saat itu. Jangan sekarang juga!!

"Maaf jika aku menyinggung perasaan mu, aku tidak tau jika kau sudah terjebak di sana cukup lama"

"Tolong untuk tidak membahas itu lagi, aku ingin melupakan nya"

Leona diam-diam mengangguk setuju seraya menghapus jejak air matanya yang terlanjur lolos dengan sendirinya.

"Jika di perbolehkan, apa aku bisa membantumu keluar dari jurang itu? Mungkin aku tidak sepenuhnya membantu, tapi setidaknya aku bisa menyelamatkan mu dari lubang itu" Celetuk Leona seraya mengulurkan tangannya pada Rui.

Sesaat Rui menatap tangan tersebut dengan tatapan rumit. Meski ragu, tapi ia tetap menerima uluran tangan tersebut.

"Tolong, jangan kecewakan aku" Pinta Rui.

Bukannya menjawab Leona kembali memeluk Rui saking senangnya. Selain karena izin dari Rui yang di setujui, ia merasa senang karena kembali dekat dengannya.

Ia sedikit dejavu karena merasa sedang mengulas masa lalu di mana ia mencoba membuat kesepakatan dengan Zayan di masa mereka sedang bertunangan. Agak lucu juga ia merasa melakukan nya dua kali pada orang yang sama.

"Terimakasih sayang, terimakasih"

Dengan sedikit keraguan, sepasang tangan itu membalas dekapan Leona. Yang kemudian meletakkan kepalanya pada bahu sempit milik Leona.

"Terimakasih, karena mu aku bisa merasakan rasa nya di peluk seorang ibu"

Leona tersenyum senang seraya menoleh untuk menatap suaminya di sana. Mendapat balasan senyuman serupa membuatnya semakin melebarkan senyuman nya.

Sementara Zayan sendiri, sebenarnya dari awal sadar jika apa yang ia bicarakan barusan membuat Rui teringat akan kenangan kelamnya. Itu sebabnya ia mengarahkan istri nya untuk membantu menenangkan Rui.

Tanpa di duga ia ternyata bisa membuat suasana hatinya sedikit membaik dari sebelumnya. Setidaknya itu sudah bagus dari pada diam diam menyimpan perasaan negatif nya seorang diri.

_____________________________
__________________________
_____________________
_____________
________

To be continue...

[Transmigrasi] "Who Am I?"Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang