**Chapter 1: Mencari Alasan**

412 45 6
                                    

Di salah satu kampus ternama di negaranya, Sasuke Uchiha, putra bungsu dari klan Uchiha yang terkenal, telah menjadi pusat perhatian. Bukan hanya karena ketampanan dan kehebatannya, tetapi juga karena ia adalah putra dari Mikoto Uchiha, seorang mantan Menteri Keuangan Jepang yang sekarang mengajar di fakultas ekonomi. Setiap hari, puluhan mahasiswi berharap bisa melihat Sasuke dari dekat, dan tidak jarang mereka mencari alasan untuk berada di dekatnya.

Namun, pada hari itu, sesuatu yang tidak biasa terjadi. Sasuke yang biasanya jarang terlihat di kelas ekonomi, tiba-tiba muncul di kelas yang diajar oleh ibunya sendiri, Mikoto Uchiha. Lebih aneh lagi, Sasuke memilih untuk mengikuti kelas Ekonomi Pembangunan, sebuah mata kuliah yang jelas-jelas di luar minat utamanya di bidang bisnis dan administrasi.

Ketika Mikoto memasuki ruang kelas, dia terkejut melihat bahwa kursi-kursi di kelasnya yang biasanya sepi kini penuh sesak. Seluruh 70 kursi di dalam ruangan terisi, sebuah pemandangan yang tidak pernah terjadi sebelumnya. Ia mengernyitkan keningnya saat melihat Sasuke duduk di baris kedua, tempat yang strategis untuk memperhatikan materi pelajaran—atau mungkin seseorang di sekitarnya.

Mikoto berjalan menuju meja dosennya dengan senyum tipis di wajahnya. Ia memulai perkuliahan dengan membahas topik hari itu, tetapi pikirannya tak lepas dari kehadiran Sasuke. "Apa yang anak ini lakukan di sini?" batinnya. Tapi, saat pandangannya mengarah ke arah Sasuke, sesuatu yang lain menarik perhatiannya. Di sebelah Sasuke, duduk dengan tenang, adalah Hyuuga Hinata, salah satu mahasiswinya yang paling cerdas dan berbakat.

Mikoto menahan senyumnya saat menyadari apa yang mungkin sedang terjadi. “Jadi ini alasannya,” pikirnya, “Sasuke tertarik pada Hinata.”

Setelah memperhatikan situasi lebih lanjut, Mikoto semakin yakin dengan dugaannya. Sasuke yang biasanya dingin dan tak banyak bicara, kali ini terlihat sesekali melirik ke arah Hinata, mencoba membaca ekspresi gadis itu, dan terkadang terpaku menatap wajahnya yang lembut. Mikoto merasakan kebahagiaan yang mendalam. Mungkinkah ini pertanda baik bahwa anak bungsunya yang selama ini sulit dijangkau secara emosional akhirnya menemukan seseorang yang mampu menarik perhatiannya?

Di saat yang sama, Hinata tetap seperti biasanya—fokus pada pelajaran. Ia dengan penuh perhatian mendengarkan penjelasan Mikoto, sesekali mencatat, dan bahkan tidak terlihat sedikitpun terganggu oleh kehadiran Sasuke di sebelahnya atau oleh keramaian kelas yang luar biasa pada hari itu.

Setelah hampir setengah jam, Mikoto memutuskan untuk memberikan jeda dengan mengajukan sebuah pertanyaan kepada kelas.

“Kalian tahu, pembangunan ekonomi tidak hanya berkaitan dengan peningkatan pendapatan, tapi juga bagaimana kita membangun kualitas hidup secara keseluruhan,” ujar Mikoto dengan tegas. “Sekarang, adakah yang bisa menjelaskan hubungan antara pembangunan ekonomi dengan kesejahteraan sosial?”

Kelas hening sesaat. Namun, tidak lama kemudian, sebuah tangan terangkat. Tangan yang sudah sangat dikenal oleh Mikoto—tangan Hinata.

“Silakan, Hinata,” kata Mikoto, dengan senyum bangga.

Hinata berdiri dengan tenang, “Menurut saya, pembangunan ekonomi sangat berkaitan erat dengan kesejahteraan sosial karena ketika suatu negara mengalami peningkatan ekonomi, seharusnya hal itu juga berkontribusi terhadap peningkatan kualitas hidup masyarakatnya. Ini bisa dilihat dari peningkatan akses terhadap pendidikan, kesehatan, dan infrastruktur yang lebih baik.”

Mikoto mengangguk puas. Jawaban Hinata memang sempurna, seperti yang dia harapkan. Namun, yang lebih menarik baginya adalah bagaimana Sasuke tampak terpesona mendengarkan setiap kata yang keluar dari mulut Hinata. Setelah Hinata duduk kembali, Mikoto melihat Sasuke menatap Hinata dengan pandangan yang berbeda—lebih lembut, lebih dalam.

Mikoto merasa hatinya dipenuhi dengan kebahagiaan. Di sela-sela perkuliahan, dia beberapa kali mencuri pandang ke arah putranya, mengamati bagaimana interaksinya dengan Hinata. Meskipun Sasuke tetap irit bicara, namun jelas terlihat ada ketertarikan yang kuat dalam cara dia memperhatikan Hinata. Mikoto mulai membayangkan, mungkin suatu hari nanti, Hinata akan menjadi menantunya. Seorang menantu yang manis, cantik, sopan, dan pintar—semua kualitas yang sangat diinginkan oleh Mikoto untuk keluarga Uchiha.

Seiring waktu berlalu, Mikoto semakin yakin bahwa kehadiran Sasuke di kelasnya bukan sekadar kebetulan. Dia menantikan perkembangan lebih lanjut dari interaksi ini, berharap sesuatu yang indah akan terjadi.

**To Be Continued...**

-Sasuhina- Campus Love StoryTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang