**Chapter 4: Balik Gantungan Kunci**

210 30 0
                                    

Hinata Hyuuga melangkah menuju kantin dengan langkah ringan. Setelah membeli sebuah onigiri, cinnamon roll favoritnya, dan sebotol air mineral, dia berjalan menuju meja tempat sahabat-sahabatnya sudah menunggu. Di meja tersebut, ada Ino Yamanaka, Tenten, dan Temari. Mereka adalah sahabat-sahabat dekat Hinata yang selalu memperlakukannya seperti adik kecil karena Hinata adalah yang termuda dan paling polos di antara mereka.

Setelah Hinata duduk, percakapan mereka pun dimulai.

“Hinata, bagaimana harimu hari ini?” tanya Tenten sambil tersenyum lembut. “Kamu kelihatan ceria.”

Hinata tersenyum malu, “Baik, Tenten. Kelasnya berjalan lancar.”

“Baguslah,” kata Temari. “Setelah ini, kita ada rencana untuk berbelanja. Kamu ikut, kan?”

Hinata mengangguk dengan semangat, meskipun ada sedikit keraguan. “Aku ikut, kalau tidak merepotkan.”

Ino yang sedari tadi memperhatikan Hinata dengan seksama tiba-tiba menatap tas kecil yang dibawa Hinata. “Hinata, tas kamu imut sekali! Ini hadiah dari siapa?” tanyanya penuh rasa ingin tahu.

Hinata tersenyum lembut, “Ini hadiah dari Neji nii-san. Dia bilang aku butuh tas kecil yang praktis.”

“Oh, pantas saja. Neji nii-san memang selalu perhatian,” ujar Temari sambil memandangi tas tersebut dengan gemas. “Tas ini cocok sekali denganmu, Hinata!”

Sementara itu, Ino yang matanya tajam tidak hanya tertarik pada tas, tapi juga pada gantungan kunci yang tergantung di resleting tas Hinata. Gantungan itu berupa sepasang anting yang dijadikan sebagai keychain. Ino memandangnya dengan cermat dan merasa ada sesuatu yang familiar.

“Hinata, gantungan kunci ini dari mana?” tanya Ino sambil menunjuk gantungan itu. “Kenapa aku merasa pernah melihatnya?”

Hinata tersenyum lembut, sedikit malu. “Ini sebenarnya hadiah dari teman Shikamaru waktu SMA. Karena aku tidak memakai anting, aku jadikan gantungan kunci saja.”

Mendengar hal itu, Temari, Tenten, dan Ino tersenyum geli. Mereka tahu Hinata selalu menghargai setiap hadiah yang diterimanya, bahkan meski ia tidak menggunakan benda itu sesuai fungsinya yang sebenarnya.

“Lucu sekali!” seru Tenten. “Kamu memang selalu punya cara untuk membuat segala sesuatunya lebih manis, Hinata.”

Hinata tersipu malu, tetapi ia merasa senang mendapat pujian dari teman-temannya. Meskipun ia tidak tahu siapa yang memberikan anting itu, Hinata selalu merawatnya dengan baik. Baginya, hadiah itu adalah sesuatu yang istimewa, meskipun misterius.

Di tempat lain, Sasuke Uchiha sedang duduk di sudut kampus, di bawah pohon besar yang rindang, sambil memandangi gelang yang melingkar di pergelangan tangannya. Gelang itu bukanlah gelang biasa; itu adalah pasangan dari anting yang pernah ia berikan kepada Hinata. Meski tidak pernah mengungkapkan perasaannya secara langsung, Sasuke selalu memastikan Hinata menerima sesuatu yang spesial dari dirinya, meski lewat perantara Shikamaru.

“Hinata masih menyimpan anting itu,” gumam Sasuke pelan, namun cukup jelas bagi Shikamaru yang duduk di sampingnya untuk mendengar.

Shikamaru mengangkat alisnya, lalu menoleh ke arah Sasuke. “Oh? Dia masih menyimpannya?”

Sasuke mengangguk pelan, sedikit tidak nyaman, tetapi juga senang. “Aku melihatnya tadi pagi. Dia menggunakannya sebagai gantungan kunci.”

Shikamaru tersenyum simpul. “Berarti dia menghargai pemberianmu, meskipun dia tidak tahu itu darimu.”

Sasuke hanya mengangguk. Rasanya ada kehangatan yang menjalar di hatinya setiap kali memikirkan Hinata. Namun, di balik itu semua, ada kegelisahan yang tak bisa ia jelaskan.

“Kenapa kau tidak pernah memberitahunya langsung?” tanya Shikamaru, suara tenangnya memecah keheningan di antara mereka. “Hinata mungkin tidak tahu siapa yang memberi, tapi aku yakin dia akan menghargai jika tahu itu darimu.”

Sasuke terdiam sejenak, memikirkan pertanyaan Shikamaru. “Aku… tidak tahu. Mungkin aku hanya tidak ingin merusak apa yang sudah ada. Hinata selalu terlihat bahagia dengan apa yang dia miliki. Aku tidak ingin menjadi alasan untuk mengubah itu.”

Shikamaru menghela napas pelan. “Kau terlalu banyak berpikir, Sasuke. Terkadang, hal-hal sederhana seperti mengungkapkan perasaan bisa membawa perubahan yang baik. Lagipula, ini sudah lama sekali. Jika kau terus menunggu, kesempatan itu bisa saja hilang.”

Sasuke merenung sejenak mendengar kata-kata Shikamaru. Ia tahu sahabatnya itu benar. Namun, mengungkapkan perasaan bukanlah hal yang mudah baginya. Terlalu banyak yang dipertaruhkan—perasaan, persahabatan, dan bahkan masa depannya dengan Hinata.

Sasuke kembali memandangi gelang di pergelangan tangannya, lalu menghela napas panjang. “Mungkin… suatu hari nanti.”

Shikamaru tersenyum kecil, merasa puas bahwa setidaknya Sasuke mulai mempertimbangkan hal itu. “Jangan terlalu lama, Sasuke. Hidup ini sudah cukup merepotkan tanpa harus menambah masalah yang tidak perlu.”

Sasuke tersenyum tipis, lalu berdiri dan menepuk bahu Shikamaru. “Terima kasih, Shikamaru. Kau benar… seperti biasanya.”

Shikamaru hanya mengangguk dan mengucapkan kata yang menjadi ciri khasnya, “Merepotkan.”

Sasuke tertawa kecil sebelum beranjak pergi, meninggalkan Shikamaru yang tetap duduk di bawah pohon, menatap langit yang cerah dengan senyum penuh pengertian. Dia tahu bahwa perasaan Sasuke terhadap Hinata adalah sesuatu yang dalam dan tulus. Ia hanya berharap, pada saat yang tepat, Sasuke akan memiliki keberanian untuk mengungkapkan semuanya kepada Hinata.

**To Be Continued...**

-Sasuhina- Campus Love StoryTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang