**Chapter 6: Tumpangan, Belanja, dan Momen di Kafe**

198 30 0
                                    

Setelah keluar dari gedung fakultas, Sasuke dan Hinata berjalan berdampingan menuju parkiran. Suasana senja mulai terasa, langit berubah menjadi oranye lembut, menciptakan suasana yang tenang. Sasuke merasa ini adalah kesempatan bagus untuk lebih mengenal Hinata, dan tanpa pikir panjang, ia menawarkan sebuah tumpangan pulang.

"Hinata, bagaimana kalau aku antar pulang?" tawar Sasuke, suaranya lembut namun tegas.

Hinata sedikit terkejut dengan tawaran tersebut. “Ah, tidak usah, Sasuke-kun. Aku bisa pulang sendiri. Tidak ingin merepotkanmu.”

Namun, Sasuke tidak menyerah begitu saja. Dengan senyum tipis yang jarang muncul di wajahnya, ia membujuk lagi. "Tidak merepotkan sama sekali. Lagi pula, rumahmu searah dengan tempatku tinggal. Akan lebih cepat dan nyaman jika kau ikut denganku."

Hinata ragu sejenak, tetapi akhirnya mengangguk pelan. “Baiklah, kalau begitu. Terima kasih, Sasuke-kun.”

Mereka berjalan menuju mobil Sasuke, sebuah sedan mewah berwarna hitam yang berkilau di bawah cahaya senja. Sasuke membuka pintu penumpang untuk Hinata, membuatnya merasa sedikit canggung namun tersentuh oleh sikap sopan Sasuke. Setelah duduk di dalam mobil, mereka mulai berkendara menyusuri jalanan kota yang mulai ramai dengan kendaraan pulang kerja.

Di dalam mobil, percakapan di antara mereka berlangsung ringan dan nyaman. Sasuke sesekali mencuri pandang ke arah Hinata, merasa senang melihatnya duduk di sampingnya. Hinata, meski awalnya sedikit canggung, mulai merasa rileks dengan suasana yang ada. Mereka membicarakan hal-hal sederhana—tentang kuliah, teman-teman, dan kegiatan sehari-hari.

Namun, keheningan mereka tiba-tiba terpecah ketika ponsel Sasuke berdering. Nama Mikoto tertera di layar, membuat Sasuke segera menjawab panggilan tersebut.

“Halo, Bunda,” sapa Sasuke dengan nada hormat.

“Halo, Sasuke. Kau sedang apa?” tanya Mikoto, suaranya terdengar ceria seperti biasa.

“Aku sedang mengantar Hinata pulang,” jawab Sasuke tanpa ragu.

Mikoto yang awalnya tenang, tiba-tiba terdengar terkejut di seberang sana. “Apa? Hinata ada di mobilmu sekarang? Oh, Sasuke, kau memang tidak pernah cerita hal penting seperti ini pada Bunda!”

Sasuke terdiam sejenak, bingung dengan reaksi ibunya yang terdengar begitu antusias. “Bunda, tenang saja. Aku hanya mengantarnya pulang,” ujarnya dengan nada mencoba menenangkan.

Namun, Mikoto adalah sosok yang selalu penuh rencana, dan otaknya dengan cepat mencari cara untuk memanfaatkan situasi ini. Ia tidak ingin melewatkan kesempatan agar putranya bisa lebih dekat dengan Hinata. “Sasuke, sebelum pulang, Bunda butuh kau belikan beberapa bahan makanan di supermarket. Dan bawa Hinata bersamamu agar kau tidak salah membeli.”

Sasuke mengerutkan kening, merasa ada sesuatu yang direncanakan oleh ibunya. Namun, ia tidak punya alasan untuk menolak. “Baik, Bunda. Kami akan pergi sekarang.”

Setelah menutup telepon, Sasuke melirik ke arah Hinata yang terlihat bingung. “Maaf, Hinata. Bunda memintaku untuk belanja bahan makanan. Bolehkan kita mampir ke mall sebentar?”

Hinata tersenyum lembut, merasa tidak enak jika menolak. “Tentu, Sasuke-kun. Tidak masalah.”

Sasuke mengarahkan mobil menuju mall terdekat. Sesampainya di sana, mereka berjalan bersama menuju supermarket yang ada di dalam mall. Sasuke yang biasanya dingin dan pendiam, kini terlihat lebih terbuka saat bersama Hinata. Ia bahkan membiarkan Hinata yang memimpin dalam memilih barang-barang yang dibutuhkan.

“Bagaimana kalau yang ini, Sasuke-kun?” tanya Hinata sambil menunjukkan satu jenis sayuran.

Sasuke mengangguk, mengikuti pilihan Hinata tanpa banyak protes. “Ya, itu sepertinya bagus. Bunda pasti suka.”

Setelah selesai berbelanja, mereka berjalan melewati berbagai toko dan gerai makanan. Sasuke yang menyadari kesempatan ini tidak ingin melewatkannya begitu saja. Ia memutuskan untuk mengajak Hinata mampir ke sebuah kafe terkenal di mall tersebut yang dikenal dengan sajian makanan manisnya.

“Hinata, bagaimana kalau kita mampir ke kafe itu? Aku dengar mereka punya kue-kue yang enak,” tawar Sasuke dengan nada tenang.

Hinata, yang memang menyukai makanan manis, tampak tertarik namun ragu. “Eh, tapi aku sudah merepotkanmu, Sasuke-kun…”

“Tidak merepotkan sama sekali,” potong Sasuke cepat. “Aku juga ingin mencoba. Yuk, kita mampir sebentar.”

Akhirnya, mereka pun masuk ke kafe tersebut. Kafe itu memiliki suasana yang nyaman dengan aroma manis yang menggoda dari berbagai macam kue dan pastry yang dipajang. Setelah duduk di salah satu sudut yang tenang, mereka memesan beberapa kue dan minuman. Sasuke memilihkan kue yang paling terkenal di kafe itu untuk Hinata.

Saat pesanan mereka datang, Hinata terlihat senang melihat berbagai kue cantik yang tersaji di hadapannya. “Kue-kue ini kelihatan enak sekali,” ujar Hinata sambil tersenyum ceria.

Sasuke merasa puas melihat Hinata begitu bahagia. “Aku senang kau menyukainya. Silakan coba, Hinata.”

Hinata mengambil sepotong kue cokelat yang terlihat menggoda dan memakannya dengan perlahan. Rasa manis dan lembut langsung meledak di mulutnya, membuatnya tersenyum lebar. “Enak sekali, Sasuke-kun. Terima kasih sudah mengajakku ke sini.”

Sasuke hanya mengangguk, menikmati momen ini dengan diam-diam. Melihat Hinata bahagia membuat hatinya terasa lebih hangat dari biasanya. Sambil menikmati kue-kue tersebut, mereka kembali berbincang, kali ini dengan lebih santai dan tanpa rasa canggung.

Di dalam hati, Sasuke merasa bahwa ini adalah salah satu hari terbaiknya. Hari di mana ia bisa menghabiskan waktu bersama Hinata, tanpa terganggu oleh orang lain atau situasi yang canggung. Dan meskipun ia belum mengungkapkan perasaannya, Sasuke tahu bahwa momen-momen kecil seperti ini adalah langkah penting menuju sesuatu yang lebih besar.

**To Be Continued...**

-Sasuhina- Campus Love StoryTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang