chapter 4

226 18 0
                                    


Sembilan hari yang lalu.

"Tante udah nyiapin rencana agar gadis udik itu hancur nanti malam"

"Rencana apa?" Ucap Katalio heran, ia menyerngit bingung atas rencana yang akan tantenya itu lakukan.

Lisa menyeringai keji "kamu lecehin Ilona"

"Aku gak mau!" Tolak Katalio mentah-mentah.

Lisa mendatarkan ekspresi nya saat mendengar penolakan dari keponakannya itu. Ia menunjuk ke arah wajah Katalio marah.

"Kamu harus mau, hutang budi sedikit kamu sama saya, saya yang udah ngebesarin kamu sampai bisa jadi sebesar ini!"

"Tapi tan_"

"Kamunya juga gak usah sampai setubuhin dia kok" lisa bersedekap "kamu cukup buat seakan-akan kalian sedang berbuat mesum saja, mudah bukan?"

Katalio berpikir sejenak, hingga akhirnya ia mengangguk pasrah. Helaan nafas kasar ia keluarkan untuk meredam emosi yang hampir saja meledak, rencana tantenya kali ini begitu buruk, ia sangat terpaksa melakukan perintah wanita tua itu.

"Okay, aku bakal lakuin"

"Bagus" puji lisa, tangan keriputnya menepuk-nepuk pelan pundak Katalio yang baru saja menyutujui rencananya.

"Tante udah bayar seseorang yang nantinya bakal ngarahin guru sampai akhirnya mergokin kalian berdua. Dan boom, gadis itu akan hancur karna rasa malu dan cemoohan dari orang-orang di sana karna kepergok mesum"

katalio mengusap kasar wajahnya, ia tak menyangka akibat rencana tantenya itu membuatnya harus menikah dengan Samika atas paksaan para guru. Di satu sisi Katalio bersyukur karena malam itu ia kepergok bukan dengan Ilona tapi dengan Samika, tak bisa Katalio bayangkan bila yang dinikahinya adalah Ilona, gadis yang menjadi bullyannya selama dua tahun ini. Walaupun Katalio tidak mencintai Samika tapi menurutnya gadis itu tidak terlalu menjijikkan seperti Ilona.

"Ngelamunin apa sih lo dari tadi?" Tanya Gilang penasaran.

Katalio menoleh ke arah Gilang yang duduk tepat di sampingnya, ia menggeleng "gue gak ngelamunin apa-apa"

"Jangan kebanyakan ngelamun, hati-hati aja nanti bisa kesambet setan" bisik Gilang pada Katalio, teman sebangkunya.

Sedangkan Katalio tak lagi menjawab, tatapannya terpaku pada Samika yang sedang tertawa bersama Fano Rekasa, cowok yang menjabat sebagai ketua kelas dua belas c².

Fano yang duduk di samping Samika asik dengan tawanya, ia tak menyadari tatapan tajam yang mengarah padanya dari bangku Katalio.

"Natapnya biasa aja dong, itu bidadari lo gak bakalan di ambil si fano kok" ucap Gilang berniat bercanda, cowok itu menyengir saat Katalio menonjok bahunya lumayan kencang.

"Apasih" decak Katalio.

"Apacih, itu bidadari lo gak bakal di rebut Fano, jadi lo natap dia biasa aja gak usah kayak orang cemburu gitu lah" ejek Gilang dengan raut jahil seperti biasanya.

Katalio membeku saat mendengar ucapan Gilang, ia terlihat seperti  orang yang sedang cemburu? Dan itu pada Samika? Yang benar saja, mana mungkin seorang Katalio Abitama cemburu pada Samika Artara.

"Mimpi kali gue cemburu sama dia" sentak Katalio kesal.

"Biasa aja dong gak usah teriak-teriak gitu, nyembur tau air ludah lo ke muka paripurna gue" ujar Gilang, ia merenggut sambil mengusap wajahnya yang terkena semburan malapetaka dari mulut Katalio.

"Dih, gak usah di usap, asal lo tau ludah gue itu bawa berkah, siapa tau aja setelah kena ludah gue lo nya jadi kaya raya kan?"

"Bukan bawa berkah tapi bawa petaka kali"

"Itumah ludah lo yang bawa petaka" Katalio berucap sinis.

Tak lama bel pertanda datangnya jam istirahat berbunyi, dari tadi memang di kelas Katalio tidak ada guru yang mengajar karena adanya rapat dadakan.

Gilang dengan gembira keluar dari bangkunya untuk menuju kantin, baru tiga langkah ia berjalan, cowok itu terjatuh akibat menginjak tali sepatunya sendiri.

Brugh

Gilang terdiam sejenak mencerna situasi, hingga akhirnya ia mengangkat pandangan ke arah Katalio masih dengan ia yang terduduk mengenaskan di lantai.

"Tuh kan bener ludah lo memang bawa petaka!!" Teriaknya yang mengagetkan seisi kelas.

______

"Masak sana gue laper" ucap Katalio yang melihat Samika berjalan menuju dapur.

"Ogah" balas Samika malas.

"Durhaka banget lo ngebiarin suami kelaparan kayak gini"

"Lo kali yang durhaka karna gak pernah ngasih nafkah buat istri" saut Samika dari arah dapur.

Tak lama ia keluar dan hendak menuju kamar dengan segelas air putih di tangannya.

"Bapak lo kan kaya, lo minta lah sama dia"

"Dih, intinya itu bilang aja kalo lo itu kere"

Katalio meledakkan tawanya setelah mendengar ucapan Samika. "Gue kere? Seorang Abitama kere? Samika, Samika sini lo ngomong sama gue lo itu minta apa biar nanti gue kabulin lewat mimpi"

"Beneran kere rupanya" ejek Samika, ia melenggang pergi menuju kamarnya tanpa menghiraukan Katalio di sofa yang menggurutu kesal.

"Apaan kere, gue itu bukan kere tapi lagi gak punya duit aja"

Katalio dengan kesal menekan remote mengganti acak siaran televisi " huh, sabar, sabar kayaknya mulai sekarang lo harus lebih banyak sabar katalio" ia mengelus dadanya, disertai helaan nafas pelan yang mengiringi nasib cowok itu kedepannya.



wrong target Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang