BrakkSamika mengebrak kasar meja Katalio, ia menatap tajam cowok yang sedang menelungkupkan kepalanya di atas meja itu dengan mata mengkilat marah. Bagaimana tidak, pagi tadi saat Samika ingin keluar dari rumah untuk berangkat sekolah ia tidak bisa membuka pintu karna telah di kunci oleh Katalio, awalnya Samika tak terlalu panik karna berpikir cowok itu hanya mengunci pintu depan saja dan ia bisa keluar lewat pintu belakang, setelah diperiksa ternyata pintu belakang juga telah Katalio kunci, ia juga sempat mencoba membuka jendela depan tapi ternyata jendela itu sedari awal sudah ditutup mati, karna itu dengan susah payah Samika harus memanjat jendela dapur setinggi dadanya untuk keluar rumah.
"Bangun lo Dajjal!" Pekik Samika, ia menarik kerah belakang Katalio hingga membuat cowok itu mendongak dengan mata sayu, karena baru bangun dari tidurnya.
"Apasih?" Tanya Katalio, mulutnya terbuka lebar karena menguap setelahnya dengan malas ia mengalihkan pandangan pada Samika yang berdiri di sisi mejanya.
"Lo itu bener-bener ya, kenapa semua pintu rumah lo kunci hah!"
"Gue kunci biar gak ada maling yang masuk" jawab Katalio tanpa beban.
Cowok itu mengucek matanya dan kembali menguap "minggir sana ngeganggu tidur orang aja lo" sambungnya dan kembali menelungkupkan kepalanya di atas meja.
Samika menggigit bibirnya kesal, tangannya gatal ingin sekali ia meremas muka cowok menyebalkan itu. Gadis itu menghela nafas pelan dan menyimbak poninya kebelakang setelahnya berlalu pergi setelah sempat menendang meja cowok itu.
"Kaget woi!" Saut Katalio yang kaget akibat mejanya di tendang.
Samika tak merespon, ia duduk di kursinya dan mengeluarkan handset menyumpal telinganya dengan benda itu. Alunan lagu dari salah satu penyanyi kesukaannya meredam suara kelasnya yang tadi cukup berisik. Entah kenapa lama-kelamaan ia merasa mengantuk dengan lagu yang mengalun merdu ditambah cuaca mendung di luar sana sangat mendukung untuk membuatnya memejamkan mata dan tertidur.
Dua puluh menit setelahnya, Katalio bangun dari tidur dan meregangkan lehernya yang terasa keram. Ia menoleh ke meja Samika dan menemukan gadis itu tertidur nyenyak di sana. Hari ini memang para guru tidak akan mengajar hingga istirahat karna kembali melakukan rapat.
"Enak banget kayaknya tidurnya, gangguin ah"
Katalio bangkit dari duduknya membawa langkah menuju meja Samika. Ia terkikik geli saat melihat mulut gadis itu yang terbuka saat tidur.
"Iler lo meleleh" ujarnya tertawa pelan.
Cowok itu menurunkan tatapannya pada rambut hitam Samika, hari ini rambut gadis itu di ikat yang mengakibatkan leher putihnya terekspos bebas. Katalio menatap datar pemandangan di depannya, tangannya terangkat menarik ikat rambut Samika hingga rambut gadis itu tergerai dan sebagian jatuh menutupi wajahnya yang sedang terlelap.
"Gini lebih baik" leganya.
"Acie, cie, cie gak rela ya bang leher bidadarinya ada yang liat" ucap Gilang menggoda.
Katalio tersentak dan menoleh ke belakang, di sana sudah berdiri Gilang dengan senyum konyolnya yang tak pernah ketinggalan. Cowok itu sedikit salah tingkah karna kepergok temannya sedang melakukan sesuatu yang ia anggap cukup memalukan.
"Mau kemana abang sayang? Jangan tinggalin dedek bang"
Katalio berjalan cepat keluar kelas tanpa menatap Gilang, telinganya memerah karna rasa malu akibat godaan teman sebangkunya tadi.
"Gak nyangka lio ternyata udah puber guys!!" Pekik Gilang, ia tertawa kencang saat Katalio menatap ke arahnya dengan tatapan mengancam.
"Bisa diam gak? Gue jorokin ke kloset mampus lo" ujar Katalio.
"Iya deh gue diem, ngomong-ngomong telinga lo kenapa merah bro?"
Katalio tak menjawab, ia mempercepat langkahnya hingga akhirnya hilang di belokan menuju perpus meninggalkan Gilang yang terpingkal-pingkal menertawakan temannya yang sedang salting.
______
Bel pulang telah berbunyi, Samika berjalan riang menghampiri motornya di parkiran.
"Halo bidadari" sapa Gilang gembira.
Samika membalas sapaan Gilang dengan anggukan pelan, ia menatap tajam pada cowok yang berdiri di belakang Gilang. Cowok itu memasukkan kedua tangannya kedalam saku celana, ia menyeringai menatap Samika.
"Eleh, malah tatap-tatapan ini pasutri" ujar gilang tak menyangka.
Masalahnya saat ini, kedua pasutri itu saling tatap seakan yang satu ingin membunuh dan yang satunya seakan ingin menggigit. Gilang menggaruk kepalanya yang tak gatal, lalu berjalan ke arah Katalio dan berdiri di belakangnya. Tangan cowok itu terangkat untuk menutup mata Katalio yang masih bertatapan dengan Samika.
"Udah tatapannya, gak takut apa... Dari matamu-matamu ku mulai jatuh cinta" ucap Gilang setengah bernyanyi.
Katalio yang merasa risih menepis kasar tangan Gilang, ia mengapit kepala temannya itu di ketiak, dan berjalan menghampiri Samika.
"Nih" Katalio menyodorkan tangannya yang terdapat kunci pada gadis di depan sana.
Sedangkan Samika hanya menyerngitkan dahinya bingung, untuk apa cowok itu memberikannya kunci?
Katalio berdecak " itu kunci rumah
o on, cepetan lo ambil atau lo mau duduk di teras karna gak bisa masuk?"Sebuah ucapan yang langsung membuat Samika buru-buru merebut kunci di tangan Katalio.
"Terima kasihnya mana?"
"Buat apa?"
"Karna gue udah ngasih itu kunci sama lo"
"Dih, ngarep banget terima kasih dari gue kayaknya" ucap Samika. Ia bersedekap dada menatap sinis pada cowok didepannya itu.
"Gak juga sih, tapi dari sini bikin
gue sadar kalo lain kali baiknya
lo memang lebih baik duduk
aja di teras sampe gue pulang dan
ngebuka pintu"Ujar Katalio panjang lebar.Gilang yang dari tadi diam di apitan ketiak Katalio mendongak menatap temannya yang juga Tengah menatapnya.
"Jahat banget lo bro, masa tega sih ngegunciin bidadari secantik ini di luar" kata Gilang menunjuk ke arah Samika.
Katalio mengetuk pelan kening Gilang dengan sebelah tangannya yang bebas "lo salah, dia bukan bidadari tapi lebih mirip jin penunggu kloset jongkok"
Setelah berucap demikian, Katalio pergi dari sana masih dengan mengapit kepala Gilang di ketiaknya.
KAMU SEDANG MEMBACA
wrong target
Teen Fiction"gimana hukumannya, enak?" Katalio Abitama. "lo cobain sendiri gih, biar lo tau rasanya gimana." Samika Artara.