"Itu salah lo sih""Kok gue? Lo yang salah"
"Lo yang ngedorong gue ya Katalio!"
"Gue itu kan cuma ngedorong, yang ngejatuhin itu guci kan lo!"
"Tapi kalo lo ngak ngedorong gue, itu guci gak akan jatuh!"
Samika dan Katalio saling sikut-menyikut menyalahkan. Semua ini bermula dari Katalio yang dengan jahilnya mendorong Samika di saat gadis itu sedang melihat-lihat guci di dalam toko barang antik. Samika yang kaget karna di dorong reflek menjatuhkan guci yang berada di tangannya hingga guci itu pecah.
"Aduh, kalian ini ya! Saya gak mau tau pokoknya kalian harus ganti itu guci yang pecah sekarang juga!" Pemilik toko berkacak pinggang menatap keduanya dengan mata melotot garang.
"Lo sih!" Tuduh Katalio, ia mendorong bahu Samika yang membuat gadis itu hampir saja jatuh terjerembab ke depan.
Samika melotot ke arah Katalio, ia berniat balik mendorong cowok itu tapi terhenti karena seruan dari pemilik toko.
"Heh, Malah lanjut berantem kalian! ini gimana sama pembayaran guci saya yang kalian jatuhin?"
"Gue gak punya uang, nih bapak ambil aja dia nih, mau jadiin pembantu kek, tukang kebun kek atau apa gitu, bapak juga bisa ajak dia berburu ke hutan, jangan lupa kasih tali di lehernya. Di jamin buruannya dapat banyak" ucap Katalio, ia menepuk-nepuk pundak Samika yang membuat gadis itu mengeram ke arahnya.
"Lo pikir gue anjing apa!!" Pekik Samika, ia tendang betis Katalio hingga cowok itu membungkuk untuk mengusap betisnya yang nyut-nyutan.
Pemilik toko memijit pelipisnya pusing "aduh, bisa diam gak kalian! Saya itu pusing ngeliat kalian berantem." Ia menghela nafas kasar dan menatap pasrah pada pasangan di depannya "udah gini aja, untuk kali ini saya maafin tapi kalian harus janji jangan pernah datang ke toko saya lagi. Ngerti!"
Keduanya buru-buru mengangguk mengiyakan. setelah masalah dengan pemilik toko barang antik itu selesai, keduanya berjalan beriringan dengan gurutuan dan caci maki saling hina terlontar dari bibir keduanya.
"Rugi gue ngajakin lo jalan-jalan, kalo tau bakal kayak gini mending gue tinggalin aja lo di rumah, ditambah pintunya bakalan gue kunci takut-takutnya lo bakal keluar dan ngeganggu anak kecil kalo pintunya gak di kunci"
"Setan! Gue bukan orang gila yang suka ngegangguin bocah-bocah ya!"
"Masa? Kemarin gue ngeliat lo hahahihi di pinggir jalan sambil dada dada sama anak orang kok"
Samika melongo, ia menatap Katalio tak percaya "itumah lo kali yang suka dada dada di pinggir jalan"
Katalio mendengus" intinya ini terakhir kali gue ngajakin lo jalan-jalan, kapok gue ngajak lo",
"Gue juga ogah kali jalan-jalan sama lo, mana jalannya jalan kaki lagi, gak punya modal banget lo ngajakin cewek jalan" tunjuk Samika pada Katalio seraya menahan geram.
"Dih, katanya ogah tapi waktu gue ajak lebih excited lo daripada gue yang ngajak" Katalio memutar matanya malas, cowok itu begidik saat melihat Samika yang cemberut.
Bedebah
Kaparat
Dakjal
Pintar sekali Katalio membalas ucapannya. Samika berdecih sinis, kenapa mulut Katalio tajamnya melebihi mulutnya yang notabenya perempuan?
Keduanya pulang dengan diiringi perdebatan-perdebatan kecil yang selalu di menangkan Katalio.
"Lo tidur sana" suruh Katalio datar, cowok itu duduk di sofa ruang tamu untuk merokok. Ia kembali menoleh pada Samika karna tak mendengar suara langkah gadis itu beranjak.
"Lo tunggu apa lagi? Besok mau bangun kesiangan lo?"
"Iya, iya gue tidur" jawab Samika malas, ia menatap sinis katalio setelahnya beranjak dari sana menuju kamarnya dengan perasaan dongkol.
______
"Lio!" Teriak Gilang dari bangkunya.
Katalio yang baru tiba di kelas menyerngit, ia berjalan ke arah bangkunya yang berada di samping Gilang dan mendudukkan dirinya di sana.
"Apa?" Tanya Katalio.
"Lo tau gak sih_" Gilang menoleh kiri kanan sebelum kembali memfokuskan pandangan pada temannya itu "Ilona koma gara gara-gara lo bully di kantin waktu itu"sambungnya berbisik.
"Ya terus?" Tanya Katalio santai, cowok itu terlihat mengeluarkan ponselnya dan masuk kedalam aplikasi game menghiraukan Gilang yang seakan ingin memakannya hidup-hidup.
"Lo gak takut di penjara apa? Lio, itu anak orang sampai koma gara-gara lo. Kalo orang tuanya lapor polisi gimana?"
"Gue gak peduli" Jawab Katalio tanpa mengalihkan pandangan dari game di ponselnya.
Gilang mendengus, cowok itu menatap ke arah pintu dan menemukan Samika yang sedang berbicara dengan Fano di sana, ia menyeringai matanya melirik Katalio yang berada di sampingnya.
"Sebenarnya gak papa sih kalo lo masuk penjara, keinginan gue buat ngeliat bidadari sama Fano jadi couple goals baru kayaknya bakal terkabul"
Gilang melirik Katalio dari ujung matanya saat dirasa ada yang menatap tajam ke arahnya dari samping.
"Coba ulang?" Ujar Katalio, ia menaruh kasar ponselnya ke atas meja hingga menimbulkan bunyi yang membuat beberapa murid mengalihkan perhatian ke arahnya.
Gilang menggaruk kepalanya yang tak gatal, ia menatap Katalio dengan cengiran lebar berharap Katalio bisa luluh akan wajah imut yang di buat-buatnya.
"Ampun lio, gue cuma bercanda kok tadi~" Gilang mengatupkan tangannya di depan dada meminta ampun.
Katalio berdecak, cowok itu bangkit dari duduknya, ia mengambil ponselnya di atas meja dan keluar dari kelas untuk menuju toilet.
Katalio masuk ke salah satu bilik dan menutup pintunya rapat, jemarinya mengotak atik benda pipih di tangannya, hingga akhirnya ia dekatnya benda itu ketelinga.
"Tante, aku udah buat Ilona koma di rumah sakit dan sekarang tante harus bantuin aku biar aku gak masuk penjara kalo sampai keluarganya ngelaporin aku ke polisi" ujarnya langsung ke inti dengan ekspresi datar.
"Bagus, kamu tenang aja tante pasti bakalan bantuin kamu. Tante bak_"
Setelah mendengar ucapan memuaskan di seberang sana, Katalio langsung memutus sambungan telepon tanpa menunggu kalimat lain yang akan di ucapkan tantenya, ia menghela nafas lega. Ia lega karna Samika dan Fano tak akan menjadi couple goals seperti harapan Gilang.
KAMU SEDANG MEMBACA
wrong target
Roman pour Adolescents"gimana hukumannya, enak?" Katalio Abitama. "lo cobain sendiri gih, biar lo tau rasanya gimana." Samika Artara.