"Lo apain itu rambut?" Tanya Katalio, cowok itu menatap tajam Samika yang menyerngitkan dahinya bingung di depan sana."Kenapa emangnya?"
"Lo nya keliatan makin jelek."
"Enak aja!" Pekik Samika tak terima.
"Lepasin cepolan rambut lo." Perintah Katalio, ia berdecak kesal saat perintahnya dibalas gelengan kepala oleh gadis itu.
TOK
TOK
TOK
Katalio dengan panik bangkit dari duduknya, "sial."umpatnya kesal, cowok itu menyorot Samika yang berdiri di dekat meja makan tajam.
"Lepas gak!"
"Apasih gue gak mau, gerah tau!" Samika menggeleng, ia tetap berdiri teguh pada pendiriannya.
Samika tidak ingin mematuhi perintah Katalio. yang benar saja, rambut Samika yang di Cepol kenapa jadi Katalio yang marah?
Sekilas Katalio menoleh ke arah pintu yang di gedor semakin kencang. Dengan cepat ia berjalan ke arah Samika dan menarik cepolan rambut gadis itu dengan paksa.
"Woi, kenapa dari ta_ eh sorry." Gilang menggaruk tengkuknya kikuk. Ia menutup pintu yang tadi dibukanya tanpa izin.
Gilang menyorot bingung pasangan pengantin baru di hadapannya. Mereka berdua lagi berantem kah? Batinnya bertanya-tanya.
Sementara itu Katalio menghembuskan nafas lega, cowok itu menoleh pada Samika yang tengah menatap tajam ke arahnya. Rambut gadis itu terlihat tergerai berantakan, untung saja ia cepat bergerak, jadi sekarang leher gadis itu sudah tidak terlalu terlihat.
"Kenapa dari tadi pintunya gak lo buka? Cape tau gue ngetoknya tapi pintunya gak kebuka-buka, nih liat jari gue jadi merah kan." Sungut Gilang, ia meniup-niup jemarinya pelan.
"Ngetok apaan! Yang lo lakuin tadi itumah gedor namanya." Katalio bersedekap. Ia menatap malas Gilang yang cengengesan di depan sana.
"Sorry deh, sorry."
Gilang beralih pada Samika, "halo bidadari." Sapanya riang. Ia berkedip-kedip genit layaknya tante-tante girang yang sedang mencari mangsa.
"Kenapa mata lo? Sawan?" Tanya Katalio tak suka.
"Gak tau nih, coba sini Abang deketan, bantu tiupin dong bang~" ujar Gilang mendayu.
Katalio menatap Gilang dengan ekspresi ngeri. Ia mundur selangkah dan bersembunyi di belakang Samika.
"Muka lo bikin merinding lang, sumpah."
Gilang terkekeh hambar sembari menutup wajahnya dramatis. Ia menggerakkan bahunya kiri kanan.
"Jahat banget sih! Sakit hati tau." Sungutnya memanyunkan bibir.
Samika berdecak jengkel melihat percakapan dua manusia kurang waras di dekatnya.
"Gue ke kamar." Ujar Samika sebelum melangkah pergi dari sana. Perasaannya sedang dongkol dengan perlakuan semena-mena Katalio tadi.
Apa-apaan cowok itu dengan seenaknya menarik cepolan rambutnya. Di tambah cuaca panas hari ini semakin menambah kedongkolan yang di miliki Samika.
"Dadah bidadari, suaminya abang Gilang pinjam sebentar ya!" Gilang melambaikan tangannya pada Samika yang sedang berjalan ke arah kamarnya.
_____
"Lio."panggil Gilang.
"Eum" Jawab Katalio malas, tatapan cowok itu tidak sedikitpun berpindah dari televisi.
Keduanya saat ini sedang berada di sofa ruang tengah menonton siaran yang menampilkan perlombaan basket.
"Gue denger bakalan ada murid baru yang masuk ke kelas kita."
"Terus?" Tanya Katalio santai.
"Ya gak ada sih, gue cuma mau ngasih info Doang."
"Oh, yaudah."
Sejenak di antara keduanya terlibat keheningan, hingga Gilang tersentak Mengingat tujuannya datang kemari.
"Lio, Katulistiwa bilang bakal serius mau ngelaporin lo ke polisi." Ujar Gilang langsung.
"Biarin aja gue gak peduli."
Gilang tercengang akan sikap santai teman karibnya itu, tak adakah sedikitpun rasa panik kala ia akan di masukkan kedalam penjara? Gilang jadi bertanya-tanya terbuat dari apakah mental temannya itu?
"Lioo, kalo si Katulistiwa ngelaporin lo, lo itu bakal masuk kedalam penjara loh. Penjara lio, penjara. Gak takut lo hah!" Ujar Gilang menggebu-gebu, muka jahilnya yang biasa ditampilkan hilang digantikan raut panik dan khawatir.
Katalio menoleh, "lo tenang aja lang, dia gak bakalan bisa masukin gue ke penjara." Ucap Katalio menenangkan Gilang, ia menepuk belan bahu Gilang agar temannya itu bisa tenang.
"Kenapa tuh? Kok lo bisa yakin banget sih?" Gilang menyerngitkan dahinya bingung. Ia menatap serius Katalio menunggu jawaban.
"Ya karna dia memang gak bakalan bisa ngelakuin itu lang." Katalio tersenyum mengejek, ia menyandarkan punggungnya pada sandaran sofa dan kembali memfokuskan pandangan pada televisi di depan sana.
"Yaudah, Gue percaya sama lo." Pasrah Gilang.
Katalio tertawa mengejek. Katulistiwa ingin membuatnya mendekam di penjara? Tentu saja cowok itu tak akan bisa, walaupun ia memiliki uang dan juga kekuasaan itu belum cukup untuk membuat Katalio mendekam di balik jeruji besi. Katalio memiliki dua orang yang memiliki kekuasaan melebihi Katulistiwa, salah satu dari orang itu adalah tantenya, tapi jika wanita tua itu tak terlalu bisa membantu, ia masih memiliki satu orang lagi yang dapat ia andalkan untuk membuatnya lolos dari berbagai sanksi atas perbuatannya.
____
Sedangkan di sisi lain Samika menatap lamat-lamat foto polaroid yang ditemuinya di gudang tadi pagi. Awalnya ia ingin menaruh kardus berisi baju-baju Samika Asli yang dirasa tidak akan di pakainya kedalam gudang. Saat ia hendak keluar, tatapannya jatuh pada seogok foto di bawah kaki kursi. Karna rasa penasaran Samika mengambil foto itu dan menaruhnya ke dalam saku sebelum menutup kembali pintu gudang.
"Bokapnya kah?" Tanyanya pada diri sendiri. Ia menatap foto anak kecil yang ia perkirakan adalah Katalio bersama dengan seorang pria dewasa yang sedang tersenyum cerah di sana. Keduanya terlihat seperti sepasang ayah dan anak yang terlihat begitu bahagia di foto itu.
"Iya kali ini bokapnya."Samika mengendikkan bahunya, ia menaruh foto itu kedalam laci nakas di samping tempat tidur.
KAMU SEDANG MEMBACA
wrong target
Teen Fiction"gimana hukumannya, enak?" Katalio Abitama. "lo cobain sendiri gih, biar lo tau rasanya gimana." Samika Artara.