Malam ini Samika menatap Katalio yang terus memperhatikan ponselnya. Sedari tadi cowok itu tak sedikitpun mengalihkan pandangan dari ponselnya yang menampilkan ruang chat cowok itu bersama Tantenya."Kali ini apa yang tante lo rencanain?"
Tanya Samika, ia menatap tajam pada Katalio yang masih menunduk memperhatikan ponsel."Bukan urusan lo" jawab Katalio.
"Gue harap rencana lo sama tante lo kali ini gak bakalan ngerugiin gue" ujar Samika, ia memiliki firasat bahwa rencana dua iblis itu kali ini akan melibatkannya.
"Gak janji" Katalio mendongak menatap sinis Samika. "Kayaknya seru juga kalo gue ngelibatin lo" sambungnya mencemooh.
"Gue serius, udah cukup kesialan gue karna nikah sama lo. Jadi gue mohon dengan sangat, lo sama Tante lo itu jangan buat gue tambah sial"
"Lo ngerasa sial karena nikah sama gue?" Tanya Katalio tak suka.
"Iya, sial banget malahan"
"Jadi mau lo sekarang apa?" Remeh Katalio.
Samika beranggapan bahwa Katalio tak menyukainya, di lihat dari sikap cowok itu dan juga di novel tak ada sedikitpun penjelasan bahwa Katalio menyukai Samika si figuran, ia langsung meyakini bahwa memang kenyataannya lebih baik mereka berpisah saja. Samika ingin bebas dari kerangkeng jahanam Katalio dan setelahnya ia akan menjauh sejauh-jauhnya dari jangkauan cowok itu.
"Cerai" jawab Samika singkat.
Katalio terpaku beberapa saat. Saat ini Samika menatap tepat di manik mata cowok itu.
Katalio terkekeh geram "mimpi" ucap Katalio penuh penekanan pada Samika. Cowok itu menggepalkan tangannya kuat, entah kenapa ia merasa tak terima atas ucapan gadis itu.
"Gue gak mau kejebak terus-terusan sama iblis kayak lo!!" Sentak Samika marah.
Katalio tak menjawab, ia menatap Samika dengan mata mengkilat tajam, gigi-giginya terdengar bergemelatuk setelahnya pergi dari sana dengan langkah lebar.
Samika menatap kepergian Katalio dalam diam, bulu kuduknya berdiri saat sekilas ia melihat kilatan amarah di mata cowok itu.
_______
Katalio duduk di taman belakang sekolah sendirian, Di tangannya terdapat sebatang rokok utuh belum ia bakar. Tatapannya lurus kedepan dengan pikiran yang memutar pada kejadian tadi malam.
Gue gak mau kejebak terus-terusan sama iblis kayak lo!
Kalimat itu terus berputar berulang-ulang kali di otaknya. Cowok itu terkekeh "iblis ya?" Tatapannya beralih pada rokok yang terapit di jemarinya. "Bakal gue tunjukin apa itu iblis sebenarnya sama lo Samika~" sambungnya datar.
Katalio beranjak dari duduknya menuju kantin, mata cowok itu terlihat mengedar mencari keberadaan seseorang untuk ia jadikan Samsak pelampiasan amarahnya. Tatapannya terhenti pada meja di pojok kantin, gadis berkacamata sedang duduk sendirian di sana menyantap makanannya sambil menunduk.
Ia menyeringai "ketemu" desis Katalio disertai tatapannya yang menajam.
Secepat kilat Katalio berjalan ke sana dan langsung menjambak rambut gadis berkacamata itu hingga membuatnya jatuh ke lantai. Sebelah tangannya terangkat menampar kiri kanan pipi gadis itu hingga sudut bibirnya terluka.
Sedangkan Ilona yang ditampar tak sempat memberontak akibat rasa sakit yang menyerang kepala dan pipinya tiba-tiba. Ia tersentak saat Katalio menyeretnya ke tengah-tengah kantin dengan rambut yang masih dalam jambakan cowok itu.
"Anjing Sialan!" maki Katalio, ia menghempaskan kepala Ilona kasar, cowok itu berjongkok dan mendekatkan wajahnya ke telinga Ilona.
"Ada yang bilang gue iblis, dan sekarang gue bakalan nunjukin sama dia kalo apa yang udah dia bilang bakalan gue jadiin kenyataan" ujar Katalio pelan di dekat telinga Ilona "dan lo yang bakalan jadi korban pertama dari iblis ini"
Katalio bangkit dari posisi berjongkok, cowok itu menatap jijik Ilona yang terlihat begitu menyedihkan di bawah sana. Ia menoleh ke meja sampingnya, di sana terdapat botol minum bergambar kelinci yang terbuat dari kaca.
"Izin ambil botol lo" ujarnya yang diangguki cepat-cepat oleh si pemilik botol.
Katalio menimang-nimang botol di tangannya dengan senyum menawan yang ia tampilkan, ia menatap Ilona yang terduduk di bawah dengan tubuhnya yang mulai bergetar ketakutan.
"Lo mau botol ini?" Tanya Katalio pada Ilona.
Tak ada respon apapun dari Ilona membuat cowok itu mengertakkan giginya geram.
"Lo harus ngangguk sialan!!" Teriaknya murka, kakinya menendang pinggang Ilona hingga kepala gadis itu hampir saja terantuk kaki meja.
Ilona mengangguk dalam keadaan ketakutan. Tubuhnya bergetar hebat tak siap menanti apa yang akan Katalio lakukan beberapa detik kedepan.
"Bagus" Katalio mengangguk puas.
Cowok itu tersenyum manis dengan tangannya yang terangkat memukulkan botol kaca di genggamannya ke kepala Ilona hingga botol itu pecah dalam sekali pukulan.
Prangg
Ilona jatuh ke lantai dengan kepalanya yang mengalihkan darah, teriakan histeris dari para siswi mengiringi matanya yang mulai memberat. Suara teriakan beberapa siswa yang menyuruh memanggil guru terdengar makin mengecil di telinganya, tatapannya beralih pada cowok yang berdiri angkuh tanpa rasa bersalah di hadapannya, Katalio yang menyeringai menjadi pemandangan terakhir sebelum gadis itu memejamkan matanya rapat-rapat.
Samika berdiri mematung di antara gerombolan murid yang membentuk lingkaran mengelilingi Ilona, Darah terlihat mengenang di dekat kepala gadis yang sedang terpejam itu. Tadinya Samika berada di perpus dan buru-buru keluar saat mendengar kericuhan akibat murid-murid yang berlarian menuju kantin. Rasa penasaran akan apa yang sedang terjadi membawa langkahnya ke tempat sumber kericuhan itu berasal, dan sekarang Samika menyesali rasa penasarannya itu.
Samika menatap Katalio yang berjalan ke arahnya dengan mata bergetar. Ia begitu ketakutan setelah melihat kebrutalan cowok itu tadi.
"Lo senang?" Katalio mengelus pipi Samika lembut "tadi malam lo bilang gue iblis kan? Dan sekarang gue cuma ngelakuin apa yang iblis lakuin" ujarnya pelan.
Katalio mendekatkan wajahnya pada Samika dan mengecup kening gadis itu.
"Gue bakal ngelakuin apapun yang lo bilang, kecuali ngelepas lo"tegas Katalio.
Samika jatuh terduduk ke lantai tak sanggup menahan beban tubuhnya sendiri, Ia begitu shok dan ketakutan saat ini.
"Kita pergi" Katalio menggendong Samika dan dengan santainya pergi dari sana.
KAMU SEDANG MEMBACA
wrong target
Teen Fiction"gimana hukumannya, enak?" Katalio Abitama. "lo cobain sendiri gih, biar lo tau rasanya gimana." Samika Artara.