chapter 8

196 21 3
                                    


Bugh

Tonjokan keras yang diberikan katulistiwa reflek membuat Katalio melepaskan Samika dari gendongannya.

Dugh

"Agrhh" Samika menatap Katalio tak percaya, tega-teganya cowok itu melepaskan tangannya hingga membuat ia jatuh begini.

"Lo apa-apaan nonjok gue!!" Teriak Katalio marah, ia mendorong bahu katulistiwa hingga cowok itu mundur beberapa langkah.

"Lo kenapa buly Ilona bangsat! Peringatan gue terakhir kali gak mempan sama anjing kayak lo ya?" Umpat Katulistiwa. Ia begitu marah saat melihat Ilona yang dilarikan ke rumah sakit dengan berlumuran darah. Dadanya naik turun menahan gejolak emosi yang akan tumpah.

"Oh lo nonjok gue gara-gara si cupu?" Tanya Katalio sinis, ia menusuk pipi dalamnya dengan lidah disertai tatapan mengejek yang mengarah pada Katulistiwa.

"Lo bilang Ilona cupu? Gak ngaca? Lebih cupu mana sama cowok yang beraninya main kekerasan sama cewek?" Kata Katulistiwa dengan gigi bergemelatuk marah. Ia menatap tajam Katalio yang terkekeh mendengar ucapannya.

"Entah, coba lo tanya google sana" canda Katalio.

Sementara Samika menatap malas pertengkaran dua cowok di depannya.
Pinggang gadis itu serasa encok karna terjatuh dari gendongan Katalio, ia berdecak kesal dengan susah payah berusaha bangkit menahan nyeri di bokong dan juga pinggangnya.

"Bangsat, sial melulu gue perasaan" gumamnya pelan.

Ia menatap sinis katalio dan juga Katulistiwa yang menatap satu sama lain bermusuhan. Setelahnya melenggang pergi dari sana dengan sebelah tangan memegang pinggang yang terasa nyeri.

Katalio yang mendengar suara langkah menjauh menoleh ke belakang, ia menatap Samika yang berjalan miring dengan mata berkedut-kedut lucu, cowok itu terkekeh dan melihat kedua tangannya.

"Sial, gue tadi ngejatuhin dia~" ujar Katalio disertai tawa gemas.

Katalio hendak mengejar gadis yang tadi sempat dilupakannya, tapi niatnya urung kala katulistiwa mengeluarkan kalimat yang membuatnya murka.

"Dia istri lo kan? Kok bisa sih itu cewek bertahan sama sebangsa dakjal kayak lo? Apa dia gak muak ngeliat tampang dakjal lo ini tiap hari"

"Lo beneran ngomong gitu?"desis Katalio.

"Iya, kenapa emangnya?lo Mau marah?"

Katalio menyeringai "lo kali yang dakjal, dilihat dari muka sama kelakuan lo aja gak perlu lagi di tes DNA, mirip banget soalnya" ujar Katalio, Ia geli Mengingat kalimat itu adalah kalimat yang sempat Samika ucapkan padanya. Katalio akui sebenarnya kalimat itu lebih cocok dengan kelakuannya dari pada Katulistiwa si anak baik-baik. Ia hampir menyemburkan tawanya saat melihat katulistiwa yang mengeram  marah.

"Kelakuan gue yang mana yang mirip dakjal?" Tanya katulistiwa tak terima, ia mengepalkan tangannya mengumpulkan kekuatan untuk menonjok muka songong Katalio.

"Dih marah baperan banget lo, Persis kek cewek lo yang cupu itu sama-sama baperan" ejek Katalio.

Bugh

Katulistiwa kembali menonjok Katalio dengan sekuat tenaga, ia sangat emosi saat cowok itu menjelek-jelekkan Ilona di hadapannya. Katulistiwa maju menarik kerah seragam Katalio.

"Kalo terjadi apa-apa sama Ilona, habis lo ditangan gue kali ini" ancam katulistiwa.

Katalio berdecak jengkel, ia menghempaskan tangan katulistiwa dari kerah seragamnya.

"Dih, pergi lo sana ngejenguk cewek lo, kalo perlu perginya sampai ke neraka sekalian, muak banget lama-lama gue ngeliat tampang jelek lo ini" dengus Katalio.

Katulistiwa pergi dari hadapan Katalio dengan muka memerah marah, ia sebenarnya cukup heran dengan sifat Katalio yang berubah-ubah begitu cepat. Kadang cowok itu marah dan dalam sekejap menjadi tengil, kadang ia cuek dan berubah dalam sekejap menjadi marah. Katulistiwa cukup sulit menebak jalan pikiran seorang Katalio Abitama. Dan dia dengan sadar mengakui itu.

_____

Katalio mengedarkan pandangan pada penjuru kelas mencari keberadaan Samika.

"Samika mana?" Tanyanya pada Fano.

"Gak tau, mungkin di uks kali tadi katanya pinggangnya sakit" Jawab Fano dengan tatapan fokus pada game di ponselnya.

"Bidadari gue sakit pinggang!!" Teriak Gilang di pojok kelas.

Katalio menatap datar temannya itu, sepertinya ia baru saja bangun tidur dilihat dari Gilang yang mengusap sudut bibirnya membersihkan iler.

Katalio keluar dari kelas hendak menuju uks dengan Gilang yang mengekor di belakangnya seraya merapikan rambut.

"Gue udah ganteng gak?"tanya Gilang antusias.

"Gak, malahan lo tambah jelek" jawab Katalio asal.

"Bilang aja lo iri sama kegantengan gue kan? Gue tau kok level kegantengan kita itu beda jauh, kalo misal level kegantengan gue ada di level seratus berarti level lo ada di level sembilan puluh sembilan koma sembilan" ujar Gilang membusungkan dadanya bangga.

"Jangan kebanyakan makan kecubung lang, jadi goblok kan" timpal Katalio, ia mengetuk kening Gilang pelan " gue tau lo itu miskin, tapi masa beli nasi aja gak mampu sampai harus makan kecubung gitu" sambung Katalio penuh hinaan.

"Gue gak semiskin itu bro, perputaran universe di otak lo kayaknya udah hampir berhenti deh, masa seorang Gilang arzan anak dari dokter dan pilot terkenal di kasih makan kecubung, itu gak mungkin lah bro, gue malah curiga lo yang dikasih makan tuba tikus makanya otak lo miring gini" ujar gilang panjang lebar.

"Kalo gue dikasih makan tuba tikus udah mati kali" Katalio memutar matanya malas.

"Ya kan siapa tau, lo nya kan udah berteman sama yang namanya tuba tikus, rondap, pupuk kompos mungkin lo nya udah kebal kan?" Ucap gilang diakhiri cengiran polos.

"Gilang!!" Pekik Katalio kesal.

Sedangkan Gilang tertawa terbahak-bahak melihat Katalio yang mendelik kesal ke arahnya.













wrong target Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang