If Ever You're In My Arms Again

656 89 6
                                    

Di ujung jalan depan toko es krim itu, Sasuke masih ingat dengan jelas kejadian pada hari saat matahari bersinar terik di usianya yang ke 18. Saat Haruno Sakura berteriak dengan lantang hanya untuk mengatakan kalau dia menyukai Sasuke.

"Uchiha Sasuke! Aku suka kamu! Sangat suka!"

***

Menjadi guru olahraga untuk anak SD tidak pernah menjadi pekerjaan impiannya. Dia lelah jiwa dan raga serta merasa stress tiap kali harus menghadapi para bocah kelas 1 yang menangis kencang hanya karena kalah lomba lari atau tidak mau diatur. Sementara dirinya dilarang keras untuk berteriak apalagi membentak dan memarahi anak-anak nakal itu.

Jelas sekali bahwa menahan diri dan bersikap sabar bukan keahliannya. Sesuatu yang tidak mengalir di darahnya. Jadi, memasang wajah datar yang sebenarnya sangat penuh emosi di dalam sambil berpura-pura baik-baik saja adalah satu-satunya cara tiap kali harus mengahapi mereka. Para kumpulan bocah nakal yang tentu saja tidak menetapkan hari tertentu sebagai hari untuk menjengkelkan para orangtua hingga mereka kelelahan.

Hari ini adalah salah satu dari hari melelahkan itu. Empat hari setelah tahun ajaran baru dimulai dan para wajah-wajah imut namum menyebalkan kembali menghiasi hari-harinya.

Kumpulan anak-anak yang masih menggendong tas ransel berbentuk kotak besar di punggung dan selalu memanggilnya dengan suara melengking sebagai 'Pak Guru Uchiha'.

Sasuke pikir dia hebat. Tapi nasib adalah hal yang berbeda. Hidup yang semula mudah tiba-tiba sulit saat ibunya jatuh sakit sementara usaha ayahnya merosot tajam. Untuk itulah dia yang semula sudah memimpikan bisa masuk universitas ternama dan mengambil jurusan bisnis terpaksa putar arah lalu mengambil jurusan pendidikan SD di universitas swasta yang jauh lebih murah.

Meski kecewa dan bersedih dengan keadaan, tapi Sasuke rasa dia tidak bisa diam saja sambil terus menyalahkan takdir. Apalagi seseorang pernah mengatakan padanya kalau dia keren sekali.

Kalau Sasuke ingat orang itu, senyum di wajahnya akan seketika terbentuk. Mengingatnya saja bisa membuatnya merasa bahagia. Apalagi jika bisa bertemu dengannya.

Sekitar jam 10, setelah selesai mengajar dua kelas sekaligus -yang sungguh melelahkan-, Sasuke kembali ke ruang guru. Para rekan kerjanya itu sedang heboh berkumpul membelakanginya dan karena terhalang punggung mereka, Sasuke jadi tidak bisa melihat apa pusat perhatian semua orang itu.

Dia mencolek salah satu guru laki-laki yang paling dekat dengannya. "Ada apa?"

"Guru baru yang kemarin dibicarakan sudah datang." Jawab rekannya yang bernama Lee. Si guru olahraga untuk anak-anak kelas 5 dan 6 yang membuat Sasuke iri karena pekerjaannya jauh lebih mudah.

Sasuke mengerutkan alis. Dia tidak ingat pernah mendengar mereka akan kedatangan guru baru. "Pelajaran apa?" Tanyanya lagi. Mulai penasaran kenapa hanya sekedar kedatangan guru baru bisa membuat heboh seisi ruang guru yang biasanya hanya ramai jika seseorang di antara mereka datang membawa makanan.

"Bahasa Inggris untuk anak kelas 4,5,dan 6. Pengganti Bu Terumi yang mengundurkan diri. Guru ini sangat cantik. Dia juga lulusan luar negeri." Jelas Lee panjang lebar. Dia menjawab pertanyaan dengan jawaban yang lebih panjang daripada yang seharusnya. Matanya berbinar penuh pengharapan yang Sasuke artikan kalau rekannya ini sudah naksir pada si guru baru.

Sasuke hanya 'ber-oo' ria lalu duduk di bangkunya. Tidak peduli dengan si guru baru yang nanti pasti juga akan dilihatnya saat kerumunan itu mereda. Sekarang dia hanya ingin bersandar di kursi sambil memejamkan mata. Tubuhnya terasa pegal setelah menjadi mainan para murid. Sepagi ini fungsinya tidak hanya sebagai pengajar. Tetapi juga tiang gantung, tiang panjat, sampai kuda-kudaan yang dinaiki anak laki-laki gendut di punggung.

HEART OF BLUE - ONESHOT VOL. VIITempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang