Pekerjaannya adala model. Bukan simpanan apalagi pelacur. Dia mengenakan pakaian rancangan perancang busana ternama dan berjalan di runaway. Bukan menggoda pria milik wanita lain. Dia bergaya saat melakukan pemotretan. Bukan melayani laki-laki di atas ranjang.
Emosinya sudah berada di ubun-ubun. Telapak tangannya terkepal erat. Dia menggigit bibir untuk menahan amarah yang sudah mendidih.
"Dasar perempuan murahan. Biar aku beli harga dirimu. Kau butuh uang berapa?!"
Oke. Dia tidak sanggup lagi. Maka dalam sekali ayunan tangannya, dia berhasil menampar wajah Karin dengan sangat kuat.
Plak!
Suara tamparan itu menggema. Bahkan Ino yang dari tadi menahannya agar tidak membalas Karin tidak bisa menghentikannya.
"Kau! Berani sekali kau menamparku?! Dasar jalang!" Karin akan membalas tamparannya, namun dia cepat menangkis tangan perempuan itu dan sekali lagi memberinya tamparan di pipi yang sama dengan tak kalah kerasnya.
Plak!
"Sakura, sudahlah. Ayo kita pergi dari sini." Ino masih memainkan peran sebagai ibu peri. Namun Sakura tidak berniat menjadi anak penurut saat ini.
"Siapa yang kau katakan jalang?! Sekali lagi kau menampakkan diri di hadapanku, bukan hanya tamparan yang bisa aku berikan padamu!" Ancam Sakura lalu mendorong tubuh Karin hingga jatuh ke belakang.
Wanita itu meraung-raung seperti orang kesetanan. Meneriakinya dengan cacian dan ancaman. Tetapi Sakura menulikan telinga. Dia berjalan melewati Karin begitu saja diikuti Ino di belakangnya.
***
Dia sedang tidak ingin bertemu dengan siapapun sekarang. Semenjak pertemuannya dengan Karin yang berakhir buruk itu, dia sudah mengurung diri di dalam apartemen dan menyuruh Ino untuk pulang saja.
Tapi Sasuke selalu datang di saat yang tak tepat. Kedatangan pria itu bisa jadi disebabkan oleh dua hal. Aduan Karin atau aduan Ino.
Dan sepertinya aduan Karin adalah yang paling masuk akal karena begitu Sasuke masuk ke apartemennya dengan raut wajah kusut, hal pertama yang ditanyakannya adalah bertanya apa yang telah dia lakukan pada tunangannya.
"Kau pasti sudah tahu kan? Kenapa repot-repot bertanya padaku?" Jawab Sakura malas. Dia sama sekali tidak memandang wajah Sasuke saat menjawab. Pandangannya fokus pada layar televisi yang sedang menampilkan adegan romantis dari film percintaan populer.
Helaan nafas berat Sasuke terdengar. "Aku tidak akan menyalahkanmu, Sakura. Tapi aku perlu tahu kenapa kau sampai perlu menampar dan mendorongnya? Apalagi itu tempat umum. Beruntung tidak ada yang melihat kalian." Sasuke terdengar sedikit melunak. Strategi yang biasa dia lakukan saat mereka bertengkar.
Sakura berdiri dan menatap langsung pada kedua mata gelap Sasuke. "Aku ingin kita selesai. Jangan hubungi aku lagi. Jangan pernah datang kemari. Jangan pernah temui aku lagi. Kau dan tunanganmu merusak hidupku!"
"Sakura!" Sasuke membentak. "Apa kau sudah gila?!"
Daripada merasa takut, Sakura malah merasa sangat kesal. Dia mengerlingkan matanya dan menghela nafas berat melalui mulutnya. Dia berdiri tepat di hadapan Sasuke dengan kedua tangan berada di pinggang.
"Aku bilang, kita selesai. Kau keluar dari rumahku sekarang!" Balas Sakura membentak. "Jangan libatkan aku dalam kehidupan kalian lagi. Ini terakhir kalinya aku mau melihat wajah sialanmu. Bilang pada tunanganmu untuk tidak mengusikku lagi." Dia menunjuk-nunjuk wajah Sasuke tanpa rasa takut sebelum menunjuk tepat pada arah pintu. "Keluar!"