page 8

103 22 2
                                    

Pagi hari ini Jenna berangkat sekolah menggunakan angkutan umum kembali, karena ia merasa tidak enak untuk memakai sepeda pemberian Taehyung.

Dan untuk ibu nya, Jenna memberitahu kalau ia baru membenarkan sepedanya dan untung saja sang ibunda percaya dengan apa yang anaknya ini katakan.

Sekarang Jenna turun dari angkot lalu berjalan sedikit dan sampai, untung hari ini ia tidak telat, karena memang Jenna dari rumah itu pagi-pagi.

Saat memasuki area sekolah tatapan siswa-siswi disini sudah berbeda terhadap nya membuat Jenna menunduk.

"Jalan jangan nunduk nanti jatuh"

Suara itu membuat Jenna sontak mendongak, ia melihat Luna yang berada disampingnya tengah tersenyum kearahnya.

"Kalo jalan tuh jangan nunduk terus nanti nabrak tembok sakit" ucap Luna yang diakhiri dengan kekehannya.

Jenna tidak menjawab ia hanya diam saat ditarik oleh Luna menuju kelas mereka.

Tidak lama pun bel masuk berbunyi dan berjam-jam lamanya mereka belajar akhirnya bel istirahat berbunyi membuat guru yang mengajar pun langsung mengakhiri sesi belajar-mengajarnya lalu keluar kelas.

"Mau ke kantin lagi ga?" tanya Luna.

Jenna menggeleng pelan membuat Luna paham, ia tidak mau memaksa kali ini. "Yasudah aku ke kantin ya, kamu tinggal sendiri disini gapapa?" tanya Luna memastikan.

"Iya gapapa" setelah mendengar jawaban Jenna ia langsung keluar kelas, di dalam kelas itu hanya tersisa Jenna saja. Sendiri.

Jenna hari ini berniat memakan bekalnya di taman belakang sekolah, karena disana itu murid jarang kesana, jadi ia nyaman-nyaman saja.

Yang tidak nyaman tuh saat melewati berbagai kelas di koridor ini, sangat-sangat tidak nyaman. Bahkan sekarang semua tatapan tertuju padanya, bukan tatapan memuji melainkan kebalikannya. jijik?

Jenna menunduk sambil memeluk bekal beserta bukunya erat, ia tidak bisa kalau seperti ini. Tidak suka.

Brak!

Suara bekal dan buku miliknya terjatuh, begitupun dengan dirinya akibat tabrakan dari seseorang. Tidak ada permintaan maaf atau membantunya, perempuan yang tadi menabraknya hanya melengos pergi begitu saja. Bahkan orang-orang yang berada di koridor ini hanya menontonnya saja tanpa berniat membantunya juga.

Nasinya berceceran, dan buku miliknya pun terkena nasi bekal miliknya. Tidak ada tersisa sedikitpun, semua nasi tumpah ke lantai. Jenna memungutinya dengan tangannya memasukkan nasi-nasi itu ke dalam kotak bekalnya dengan mata berair.

Ia benci saat dirinya seperti ini, tidak bisa berbuat apa-apa dan hanya menangis.

Setelah selesai Jenna lantas pergi ke tempat yang tadi ia rencanakan, taman belakang. Tangannya bergetar membuka kotak bekal miliknya, ia lapar tetapi nasi nya sudah kotor.

Sepertinya kali ini ia harus menahannya.

Tiba-tiba tepat di depan matanya terdapat satu kotak susu dan juga roti, Jenna mendongak melihat siapa pelakunya dan lagi-lagi Taehyung. Pria itu ada disini setiap kali Jenna dalam masa sulit.

"Makan, gue kelebihan beli nya"

Jenna hanya menatapnya membuat Taehyung yang melihat itu jengah, "Cepet! tangan gue pegel" sentak Taehyung membuat Jenna dengan cepat mengambil nya.

"Makasih.." Setelah itu Taehyung pergi begitu saja.

Jenna masih bingung, dan tanpa pikir panjang ia memakan pemberian Taehyung tadi karena perutnya sudah berbunyi sejak tadi.

Lalu ditengah memakan roti itu Jenna baru ingat kalau dia belum memberikan jaket Taehyung, jadi ia berniat akan memberikan nya nanti setelah pulang sekolah.

Dan untuk kerja part time Jenna yang di caffe itu ia sudah keluar, bukan keluar sih lebih tepatnya di keluarin soalnya Jenna jarang masuk. Karena berbagai masalah akhir-akhir ini membuatnya jarang masuk dan berakhir di keluarkan.

Dan untuk yang interview saat itu juga batal, tidak jadi. Kali ini ia harus mencari-cari pekerjaan kembali. Sebenarnya semalam kak Soya mengirim pesan mengajak Jenna bertemu setelah pulang sekolah katanya ingin membicarakan seputar pekerjaan, dan Jenna mengiyakan nya karena sudah lama juga ia tidak bertemu kak Soya.

Ia segera mengambil buku miliknya lalu pergi dari taman, meskipun bel masuk tinggal sekitar 15 menit lagi tetapi ia memutuskan untuk kembali ke kelas.

Dan terjadi lagi hal yang sama tetapi kali ini lebih banyak murid yang berada di lorong kelas ini membuat ketakutan Jenna semakin meningkat, ia menunduk karena tidak berani menatap satu persatu.

Dan, terjadi lagi. Kali ini Jenna yang terjatuh akibat kaki seseorang, Jenna rasa itu di sengaja tetapi ia tidak mempermasalahkan nya. Ia segera bangun tapi ada sepasang sepatu di depannya makin mendekat dan itu sekarang sangat dekat dengan wajah Jenna. Itu sepatu wanita jenna tau.

"Kalo jalan tuh perhatiin jalan jangan nunduk terus, emang cari apaan sih? uang receh? gaada disini!" mereka semua yang menonton tertawa padahal tidak ada hal yang perlu di tertawakan.

Jenna meringis saat wanita tersebut menarik rambutnya, Jenna bisa lihat wajah itu salah satu wajah yang pernah merusak sepeda Jenna. Jenna melihat nametag namanya, Hana? dia tidak tahu wanita ini kelas berapa, jurusan apa ia tidak tahu.

"Punya mulut ga lo?! Kalo punya mulut di pake! Apa mau gue bantuin biar mulut lo ga berfungsi?!" bentak Hana membuat Jenna tersentak.

Ia menangis, kepalanya pusing. lututnya sakit, seluruh badannya sakit.

"Cengeng! baru gitu aja nangis!"

Baru saja Hana akan menampar Jenna dia lebih dulu merasakan rambutnya ditarik, lalu meringis dan melepaskan tarikannya di rambut Jenna.

"Sialan, siapa sih?!"

Disana di belakangnya ada Luna dengan mata tajamnya, "Minggir! Biar sepadan sama yang kamu lakuin ke Jenna!" Luna mendorong tubuh Hana menjauh lalu mendekati Jenna dan membantu temannya.

Hana tidak memberontak atau membalas, anak-anak disana diam dan memilih masuk. Karena tidak ada yang berani kepada Luna, anak sang donatur sekolah.


to be continued...

Me Gustas TuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang