page 2

265 39 1
                                    

Dengan canggung Jenna memasuki ruangan kelas nya yang tidak terlalu ramai hanya ada beberapa murid saja. Ia melirik Luna sekilas, wanita itu tengah tersenyum sambil berjalan memasuki kelas dengan percaya diri.

Jenna mengikuti nya dari belakang, lalu ia melihat anak kelas menoleh kearah mereka berdua bukan mereka berdua tetapi hanya kepada Luna saja.

Jenna melirik Luna yang melihat kearah nya memberi kode agar Jenna menghampirinya dan duduk di sampingnya, dengan ragu Jenna menghampiri Luna lalu duduk di samping wanita cantik tersebut.

"Kamu duduk disini gapapa? emm.. maksudnya kalo guru nulis di papan tulis keliatan ga?" tanya Luna karena mereka berdua duduk di kursi ke 3.

Jenna mengangguk pelan. "Keliatan, aku ga minus kok" jawabnya sambil menaruh tas nya diatas meja.

"Oh iya aku lupa, maaf.."

"Gausah minta maaf, wajar kok kamu lupa aku aja tadi sempet lupa sama kamu kalo kamu ga ngingetin" ujar Jenna yang merasa bersalah.

Luna terkekeh pelan, "Jadi kita impas kan sama-sama lupa" Jenna tersenyum membalas nya.

Karena ini hari pertama mereka masuk sekolah lagi jadi tidak ada pembelajaran, guru yang masuk hanya berbincang sebentar lalu setelah itu keluar.

Dan sekarang saatnya jam istirahat, Luna menoleh kearah Jenna yang tengah mengeluarkan sesuatu dari dalam tas nya ia yakin pasti itu bekal.

"Kali ini bekal nya apa?" tanya Luna mengintip bekal yang Jenna keluarkan.

Jenna menoleh sebentar, "Nasi goreng, Luna mau?" tawar Jenna.

Luna menggeleng, "Engga, aku mau ke kantin. Gimana kalo makan di kantin aja? kayak biasa"

Jenna terdiam, ia berpikir bagaimana cara menolaknya dengan cara halus. Ia tidak mau ke kantin karena suatu kejadian yang menimpanya beberapa kali disana. Tetapi kalo ia menolaknya pasti Luna sedih.

"Gamau ya?"

Dengan panik Jenna menoleh sambil menggeleng kencang, "Engga kok! tapi.."

"Takut? gausah takut ada aku, tenang aja" ucap Luna lembut sambil mengusap bahu Jenna membuat sang wanita tersebut terlihat tenang dan tenang.

Sebenarnya hal yang membuat Jenna jarang ke kantin itu karena hal yang terjadi saat ia kelas 11 dahulu, dimana saat itu ia dan Luna tengah makan dengan Jenna yang membawa bekalnya dan Luna yang membeli makanan disana.

Awalnya mereka makan dengan tenang tetapi tidak lama itu sekumpulan para wanita menghampiri meja mereka dan salah satu dari mereka duduk di samping Luna yang berhadapan dengannya. Memperhatikan dirinya yang tengah makan membuat Jenna merasa tidak nyaman begitupun dengan Luna ia tidak nyaman dengan kehadiran wanita disampingnya.

Jenna kira dengan cara mengabaikan nya adalah cara terbaik tetapi tidak, wanita itu terus menatap nya dengan senyuman yang membuat Jenna ketakutan. Lalu wanita tersebut menumpahkan air minum kedalam bekal Jenna membuat Jenna terkejut begitu pula dengan Luna.

Luna menegur wanita tersebut tetapi tidak di dengarkan nya, saat wanita itu menyuruh Jenna memakan makanan yang sudah bercampur dengan air itu Luna marah ia memarahi wanita itu dan ya berhasil wanita itu dan teman-temannya pergi.

Tetapi itu baru awal karena hari ke hari Jenna selalu di ganggu yang membuat dirinya tidak lagi kembali ke kantin, karena menurut nya makan di dalam kelas lebih baik daripada di kantin.

Tetapi hari ini ia harus kembali makan di kantin, ia tidak mau membuat Luna sedih dan kecewa.

"Jen?"

Jenna tersadar dari lamunannya lalu tersenyum kearah Luna, "Yaudah ayo" kata Jenna sambil memasukkan bekalnya kedalam paper bag.

Luna mengambil alih paper bag itu, "Biar aku aja yang bawa" kata Luna, Jenna hendak mengambil nya kembali tetapi Luna sudah lebih dulu berlari kecil.

...

Saat bel pulang berbunyi Jenna dengan cepat memasukkan barang-barangnya ke dalam tas. Dan soal tadi makan siang, tidak terjadi hal apapun. Jenna dan Luna makan siang dengan tenang. Sepertinya mereka sudah tidak lagi menganggunya pikir Jenna.

"Mau pulang bareng?" tawar Luna.

Jenna menggeleng kecil, "Aku bawa sepeda, kalo nanti pulang barenga kamu sepeda aku dikemanain?"

"Simpen aja disini, gabakal ada yang nyuri kok" balas Luna.

"Engga usah aku naik sepeda aja, makasih atas tawarannya" timpal Jenna dengan senyumannya, ia lalu berjalan keluar kelas.

Luna menyusulnya dan menggandeng lengan Jenna. Lalu tiba-tiba Luna memberhentikan langkahnya membuat Jenna keheranan.

"Kenapa?" tanya Jenna.

"Jen di depan kita ada pangeran, liat dia jalan kesini. aduh gimana nih, aku udah cantik belum?" Luna heboh sendiri.

Jenna terkekeh, ia menelisik wajah Luna sambil membenarkan rambut wanita tersebut, "Udah cantik kok. emang mana pangerannya?' tanya Jenna.

Sambil berjalan dan masih menggandeng lengan Jenna, Luna melirik kearah dua pria tersebut lebih tepatnya kearah pria tinggi yang tengah berjalan kearah mereka ah bukan kearah mereka sih lebih tepatnya lewat saja.

Jenna lihat pria itu auranya dingin, memiliki tatapannya tajam yang menusuk. Saat berjalan pun pandangannya lurus berbeda dengan temannya yang sibuk tebar pesona.

"Yang itu?" Luna mengangguk, ia sibuk mencuri pandang.

Saat mereka papasan Luna tidak bisa diam terus memandang nya, Jenna yang melihat itu tersenyum. Lucu pikirnya, melihat temannya tengah kasmaran seperti ini.

Saat pria itu sudah lewat Luna kembali menyuruh nya berhenti, lalu Luna menoleh kebelakang melihat punggung sang pria yang membuatnya jatuh cinta seperti orang gila.

Tetapi Luna terkejut saat melihat sang pria berhenti, otomatis ia langsung berbalik badan dan berjalan pelan membuat Jenna bingung karena ia ditarik.

"Kenapa lagi?" tanya Jenna yang di balas dengan gelengan oleh Luna.

"Permisi?"

Mereka berdua sontak memberhentikan langkahnya. Luna mematung dengan jantung yang berdebar kencang, ia tahu suara siapa ini. berbeda dengan Jenna yang kembali dibuat bingung, ia bingung siapa pria di belakang mereka ini.

Dengan cepat Luna berbalik, ia mencoba biasa saja melihat sang pujaan hati berada di hadapannya sekarang. Jenna pun ikut berbalik tetapi ia bingung harus apa.

"ini punya lo?" pria itu menyodorkan sebuah gantungan kunci beruang, yang ternyata itu milik Jenna.

Jenna hendak mengambil nya tetapi sudah lebih dulu diambil oleh Luna, "Oh iya ini punya aku, makasih ya" ujar Luna dengan senyumannya.

Jenna mengernyit bingung, ia tidak tahu harus bereaksi seperti apa, tetapi ia turut senang karena Luna bisa berbincang dengan pujaan hatinya.

Sang pria pun mengernyit sama hal nya dengan Jenna. "Bukannya punya temen lo" setelah mengucapkan hal tersebut pria itu pergi diikuti dengan temannya yang mengintil di belakangnya.



to be continued...

Me Gustas TuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang