page 3

246 36 3
                                    

Setelah pulang sekolah tadi Jenna langsung pergi menuju tempat kerjanya, ia telat sedikit tetapi untung saja pemilik caffe ini orang nya sangat baik jadi Jenna tidak kena marah.

"Oh iya Jenna hari ini kamu lembur gapapa?" tanya Sana, pemilik dari caffe tempatnya bekerja.

Jenna mengangguk sambil tersenyum lembut, "Gapapa kak" Sana membalas senyumannya. "Terimakasih" ucapnya.

Jenna dengan pemilik caffe ini sudah sangat dekat, mereka terlihat seperti adik kakak, jadi tidak heran jika Jenna memanggil nya kakak.

Tetapi saat awal masuk Jenna agak canggung saat pemilik caffe ini menyuruh dirinya memanggilnya kakak saja, sebenarnya bukan hanya kepada Jenna saja tetapi ke pegawai lainnya juga begitu.

Tapi yang dekat dengan Sana sampai sekarang itu hanya Jenna, yang sangat dekat. Kalau pegawai lainnya itu hanya dekat sebatas bos dan pegawai tetapi kepada Jenna berbeda. Mereka juga suka saling bertukar cerita dan bertemu di luar jam kerja. Meskipun Jenna kadang susah untuk diajak keluar nya.

Dan sekarang Jenna tengah membersihkan beberapa meja yang sudah kosong dan mengelap nya. Sebentar lagi ia akan pulang setelah menyelesaikan semua ini.

Yang lembur hari ini bukan hanya diri nya saja ada beberapa pegawai lainnya dan mereka mengerjakan tuga mereka masing-masing.

Setelah menyelesaikan tugasnya Jenna melirik kearah jam dinding yang menunjukkan pukul sebelas malam, waktunya caffe tutup. Lalu ia meregangkan tubuhnya yang terasa sangat sakit lalu memukulnya pelan.

"Sudah kubilang kalau disuruh lembur tidak usah diambil, kau ini masih anak sekolah yang seharusnya pulang cepat dan belajar"

Jenna menoleh kesamping, disana ada Soya wanita yang lebih tua darinya. Mereka berdua sangat dekat karena rumah mereka hanya terhalang beberapa rumah saja.

"Tidak apa kak, aku bisa membagi waktuku kok!" kata Jenna dengan yakin.

Soya menggeleng pelan, "Aku tahu kau pintar membagi waktumu tapi jangan terlalu memaksan tubuhmu, tubuh kamu itu lemah"

"Tapi kak biaya lembur nya lumayan untuk tambah-tambah, aku janji akan menjaga diriku sendiri!" Jenna tersenyum meyakinkan.

Ah ia paling tidak suka dengan situasi seperti ini membuat orang lain khawatir, ia tidak suka itu.

"Aku pernah bilang aku akan membantumu sebisaku tapi kamu menolaknya" ujar Soya.

"Aku gamau ngerepotin orang lain kak, selagi aku masih bisa sendiri. Sekali lagi makasih karena udah mau bantu aku"

Soya mengangguk sambil mengelus lengan Jenna lembut, "Kalo butuh apa-apa kasih tahu kakak, jangan sungkan. Sekarang ayo pulang, udah malem banget ini"

...

Seperti biasa Jenna hari ini kembali sekolah lagi, ia baru saja tiba di kelasnya lalu menoleh kesamping melihat apa yang tengah Luna lakukan sepagi ini. Seperti menulis surat?

"Lihat kata kamu ini alay ga?" Luna memperlihatkan kepada Jenna surat yang ia tulis.

Jenna membacanya lalu menggeleng, "Engga kok, bagus banget malah. Emang buat siapa?" tanya Jenna.

"Buat Taehyung, kata kamu dia suka ga ya? oh iya aku juga nyiapin paper bag ini isinya beberapa makanan buat dia"

"Suka kok, aku yakin!"

Luna tersenyum bahagia, ia memasukkan surat yang ia tulis itu kedalam paper bag berwarna gold tersebut lalu menyimpan paper bag itu di pinggir.

Jenna melihat Luna yang bahagia pun ikut bahagia, "Eh Taehyung itu yang mana?" tanya Jenna, jujur saja ia sedikit penasaran mengenai pria yang Luna sebutkan namanya itu karena setau Jenna temannya ini sedang kasmaran kepada pria yang kemarin itu tapi kenapa sekarang dia malah memberi paper bag ke pria bernama Taehyung itu.

"Itu loh yang kemarin, yang nemuin gantungan kunci kamu. Jadi aku ngasih ini itu sebagai tanda terimakasih ke dia karena udah nemuin gantungan kuncinya, kan dia tau nya itu punya aku" jawab Luna. Jenna menanggapi nya dengan anggukan.

"Nah nanti anterin aku ngasih ini ya ke kelas dia, mau ga? harus mau!"

"Tapi gapapa?" tanya Jenna dengan ragu.

Luna mengernyit heran, "kenapa nanya gitu? pokoknya harus ya!"

Jenna ingin menolaknya tetapi guru sudah datang, tetapi kalau ia menolak juga ia tidak bisa apalagi ini Luna yang meminta nya.

Mereka sudah melewati jam pelajaran dan sekarang saatnya jam istirahat, dengan semangat Luna mengambil paper bag nya lalu mengandeng lengan Jenna dan menariknya. "Ayo Jen"

Jenna hanya menurut, mengikuti kemana pun Luna membawanya. Ia tidak tahu sebenarnya Luna akan menemaninya di kelas atau dikantin atau dimana pun itu Jenna tidak tahu.

"Kamu mau ngasihnya dimana?" tanya Jenna.

"Di kelas nya lah, kita samperin dia ke kelasnya" jawaban Luna membuat Jenna terkejut, tetapi Jenna akui Luna memang sangat pemberani kalau dirinya jadi Luna ia akan memberikan nya di tempat sepi yang tidak ada seorang pun melihatnya tetapi berbeda dengan Luna dia malah sebaliknya.

Dan sepanjang koridor Jenna melihat mereka memperhatikan nya bukan dirinya lebih tepatnya kearah Luna, dan juga ia melihat bagaimana banyak orang yang menyapa Luna dan Luna membalas nya dengan ramah dan baik.

Jenna jadi iri melihat itu, Luna memiliki banyak teman dan dikenal banyak orang tetapi Jenna temannya disini hanya Luna saja tidak ada lagi selain Luna dan orang-orang disini tidak mengenalnya sebagai dirinya tetapi sebagai bawahan Luna, Jenna selalu mendengar itu.

Tidak terasa sekarang mereka sudah berada di depan kelas sang pria, Jenna hanya berdiri di samping Luna sambil menunduk dengan gugup dan takut karena banyak orang yang menatap dirinya dengan tatapan tajam dan meremehkan.

Jenna mencoba mengangkat wajahnya karena ia tidak enak kepad Luna dan mencoba mengabaikan semua tatapan itu.

"Ada Taehyung ga? bisa tolong panggilin?"

Jenna mendengar Luna tengah berbicara dengan seorang pria, Jenna pernah melihat pria itu. ah benar, dia itu pria kemarin yang bersama Taehyung itu. mereka satu kelas ternyata.

"Taehyung dicariin cewe cantik nih!" teriak pria tersebut.

Luna terlihat tersenyum malu, lalu ia pun melihat Taehyung itu menghampiri mereka dan teman satu kelas nya pun ikut mengintip begitu pun dengan kelas sebelah. Jenna pikir pantas saja banyak melihat dua orang ini sepertinya yang paling populer disini, kalau Luna sudah pasti tetapi kalau Taehyung ia tidak tahu karena Jenna juga baru mendengar nama pria itu selama sekolah disini. Sepertinya dirinya saja yang terlalu berdiam diri dikelas sampai tidak mengenal siapapun selain Luna dan teman sekelasnya.

Taehyung sudah berada di hadapan mereka menatap datar tanpa ekspresi, dan tanpa membuka suara.

Luna terlihat malu-malu sambil tersenyum lalu menyelipkan rambutnyaa ke belakang telinganya. "Emm, ini buat kamu. Sebagai ucapan terimakasih karena udah nemuin gantungan kunci kesayangan aku, kalo gantungan kuncinya hilang kayaknya aku harus keliling sekolah ini nyari sampe ketemu" Luna menyodorkan paper bag yang ia siapkan tadi.

Belum ada tanggapan dari Taehyung, pria itu hanya diam menatap malas Luna lalu melirik kearah wanita yang berada disamaping Luna membuat Jenna yang ditatapnya otomatis langsung menunduk.

Dengan malas Taehyung meninggalkan Luna dan pergi begitu saja membuat wanita tersebut menunduk kecewa. Jenna yang melihat itu tidak tega, ia tidak tahu harus melakukan apa ia berpikir berbagai cara dan ia mendapat ide dengan bermodalkan nekat. "Biar aku aja yang kasih, aku pastiin bakal diambil sama dia" kata Jenna.

Luna menatap Jenna tidak percaya, "Gapapa? pasti bakal ditolak lagi, kalo ga diambil gapapa bawa lagi aja" kata Luna.

"Iya, jadi sekarang jangan sedih dulu ya" Luna mengangguk.


to be continued..

Me Gustas TuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang