***Oma membuka laci lemari kamar yang berada di samping kasur. Dengan pelan ia mengeluarkan sebuah buku yang terlihat sudah usang dari sana. Sebuah gembok berbentuk bingkai love terdapat pada kuncian buku yang masih tertutup rapi.
Ia duduk, memperhatikan, kemudian mencoba mencocokkan kunci berkedok liontin milik Asoka yang ia terima dari pihak kepolisian.
"Cocok."
Tek
Gemboknya terbuka.
Dengan penuh kehati-hatian paruh baya itu membuka lembaran usang yang sangat tipis jika dibandingkan dengan lembar buku lain. Lembar pertama, terdapat sebuah kata-kata yang tak ia mengerti.
"Bahkan kupu-kupu pernah menjadi ulat yang sangat dibenci dan ditakuti."
Oma lanjut membuka lembar kedua, di situ keningnya berkerut saat membaca sebuah tulisan panjang hingga mencapai bait terakhir.
[Dear Mama]
[Maaf... Mama. Saya tidak bisa meninggalkan anakmu. Saya tidak bisa meninggalkannya hingga saya rela melakukan segala cara untuk bisa bersama dengannya. Saya tahu, saya tidak sempurna. Tapi apakah seorang wanita tak sempurna seperti saya tidak pantas untuk merasa dicintai?]
[Tahun lalu, setelah anak Mama—Mas Arhan mengenalkan saya kepadamu, dan kamu menolak hubungan kami karna saya adalah seorang mantan pelacur, kami tidak sengaja melakukan kesalahan besar hingga menghadirkan seorang malaikat kecil tak bersalah. Dialah yang kami beri nama-Valery Asoka.]
[Saat itu, Mas Arhan tidak mengetahui apapun tentang anaknya. Saya merahasiakannya setelah dia memutuskan hubungan kami karna keegoisan Mama. Karna tidak tahu akan melakukan apa pada malaikat kecil kami, akhirnya saya memutuskan untuk meninggalkannya di depan gerbang sebuah panti asuhan.]
[Beberapa tahun kemudian, saya melakukan operasi plastik pada wajah dengan tujuan agar tidak dikenali, dan bisa kembali bertemu dengan Mas Arhan, serta datang sebagai orang baru yang bisa menggantikan diri saya yang lama.]
[Saya datang dengan identitas baru, mengganti nama, dan juga mengganti semua yang berhubungan dengan kehidupan masa lalu saya.]
[Setelah mendapatkan restu darimu, kami menikah, dan hidup bersama setelah itu. Tapi sialnya, Tuhan memberikan pelajaran untuk saya karna pada akhirnya saya tidak bisa hamil akibat kanker rahim yang saya derita. Kami frustasi, dan akhirnya memutuskan untuk mengangkat anak dari panti asuhan.]
[Saat sampai di depan pintu panti asuhan, seorang remaja laki-laki tersenyum ramah pada saat menyambut tamu yang berkunjung ke rumahnya. Matanya indah, hitam mengkilap, dan netra itu... sangat mirip dengan mata Mas Arhan.]
["Namanya Valery Asoka. Di antara anak-anak yang lain, dia yang paling pinter, dan hobinya membuat cerita seperti dongeng dan novel," ucap seorang wanita paruh baya, yang kami kenal sebagai pengurus rumah panti asuhan itu.]
[Kemudian saya menyadari, bahwa anak kecil berwajah tampan itu... adalah darah daging saya sendiri.]
[Ma.. saya hanya bisa mencurahkan kisah ini pada selembar kertas tak bernyawa. Saya terlalu takut. Sangat takut jika ada orang lain yang mengetahui aib ini selain diri saya sendiri.]
[Kunci untuk membuka gembok ini ada dua. Satunya ada pada saya, dan satunya lagi ada di tangan Asoka. Jadi, mustahil jika kamu bisa melihat semua ini jika tidak menemukan kunci untuk membukanya.]
Tertanda, Calista Amelia, yakni Adelia Rasyani.
Waktu melambat, dada Oma terasa sesak, nafasnya memburu, air matanya keluar tanpa disadari. Tangan ringkih itu bergetar hebat. Buku yang sedang dipegangnya terjatuh begitu saja. Tak lama kemudian, tubuh itu ikut merosot ke bawah, wajahnya menunjukkan ekspresi keterkejutan yang luar biasa.
Jadi selama ini?
Cucu angkat yang ia benci adalah cucu lelaki pertama di keluarganya?
”Tidak... cucuku.. cucuku..”
Suara isak tangis terdengar. Wanita itu—menantunya sudah lama menyimpan kenyataan ini hingga membuatnya melakukan dosa terbesar pada Asoka—cucunya sendiri.
”Tidak... tidak mungkin..”
Mendapatkan kenyataan ini, membuat Oma menangis keras. Tangan yang ia kepal dipukulkan ke dada saat merasakan sakit yang sangat-sangat menyiksa. Tidak.. tidak. Andai Asoka tau, pasti anak itu akan lebih sakit, kan? Tapi Tuhan lebih dulu memanggilnya sebelum dia mengetahui fakta mengejutkan dan menyakitkan itu.
”Asoka.. cucuku.”
***
”Asoka.. maafkan Oma.”
Oma lelah, sangat lelah. Dia sudah tua, tak mampu menahan semuanya sendiri. Paruh baya itu menatap sendu pada batu nisan yang bertuliskan nama ’Valery Asoka.’ batinnya tertekan. Karna dirinya, Asoka hanya bisa merasakan kesengsaraan di bawah kesalahan orang tuanya sendiri.
”Oma tau orang tua kandung Asoka?”
”Tidak, saya tidak pernah tau apa pun tentang kamu selain kamu yang notabenenya adalah anak angkat dari anak saya.”
”Papa sama mama tau?”
”Mereka tidak tahu. Kamu diangkat dari sebuah panti asuhan. Lagian tidak usah berharap bertemu dengan mereka karna mereka tidak menginginkanmu.”
Oma kembali terisak mengingat itu. Sudah banyak kata-kata tajam yang ia keluarkan dari mulut hingga membuat hati Asoka terluka. Tidak bisa ia bayangkan penderitaan cucunya itu.
Dari arah belakang, terlihat seorang cowo sedang menuju ke makam yang sama. Dia adalah Alan. Cowo itu datang untuk menjenguk sahabat terbaiknya. Saat melihat seseorang yang ia kenal, tangan Alan mengepal, raut wajahnya berubah menjadi raut wajah tak senang.
”Ngapain anda di sini?” tanyanya berang. Menatap orang yang dianggapnya tidak tahu diri itu.
”Kamu siapa?” Oma menaikkan satu alisnya, menatap remaja SMA yang datang secara tiba-tiba, kemudian bertanya dengan nada tidak sopan.
”Saya temennya Asoka. Anda kenapa berada di sini?”
”Saya Omanya, dan dia adalah cucu saya. Jadi tidak ada salahnya jika saya berada di sini.”
”Ck, cucu? Omanya? Oma yang tidak hadir di hari pemakamannya karna menganggap itu adalah hal yang tidak penting. Oma yang itu maksudnya?” Alan tertawa sumbang. Merasa lucu. Kenapa dunia ini terasa begitu lucu sekarang?
”Saya tau. Saya bersalah. Bahkan mungkin tidak ada hal yang bisa saya lakukan untuk menembus semuanya. Tapi semua sudah terlambat, dan saya mengakui, itu semua terjadi karna kesalahan saya.” Oma menatap Alan lekat. Merasa bersalah saat melihat raut kemarahan pada wajah remaja itu.
”Semudah itu? Mengatakan maaf setelah semuanya berakhir? Anda kira Asoka nggak sakit nanggung semuanya?!” dada Alan naik turun, emosi bercampur dengan rasa bersalah karna sudah berani berteriak pada orang tua.
”Saya tahu! Saya tahu.. maaf.. dan setelah semua ini, saya benar-benar menyesal.” Oma menyerahkan sebuah buku diary pada Alan setelah mengeluarkannya dari dalam tas.
”Baca buku ini jika ingin tahu.” Paruh baya itu berlalu dari sana, meninggalkan Alan sendirian di tempat peristirahatan terakhir sahabat baiknya. Alan menatap penasaran pada buku usang yang ada ditangannya.
”Buku apa?”
***
Makacii udah bacaaa><
KAMU SEDANG MEMBACA
COUSIN'S WEDDING | NI-KI ENHYPEN
Fanfic"Kita bersatu karna sebuah perjanjian pernikahan, bukan karna perasaaan." *** Sequel dari DAFFODILS: Valery Asoka Mahendra Aftagar. Salah satu anggota 7V yang baru. Menggantikan kedudukan ketua pertahanan yang telah meninggal dunia karna diserang o...