06 : First Kiss?

53 12 2
                                    

Annyeong, apa kabar?
Semoga suka sama chapter ini, happy reading guys ✨🦋

***

”Lo kerja di toko es krim itu?” Mahen bertanya sambil melirik gadis yang berada di sampingnya. Gadis cantik dengan rambut ikal, mempunyai bulu mata lentik, serta pipi chubby yang tak pernah berubah dari jaman mereka SMP dulu.

”Heem, paruh waktu.” Airin tersenyum canggung, keduanya saat ini berjalan secara berdampingan hingga memperlihatkan jarak tinggi badan mereka. Airin terlihat kecil dan mungil saat berdiri di samping Mahen.

Mahen mengangguk setelah mendengarkan jawaban dari Airin. Beberapa detik kemudian, keduanya membisu, menciptakan suasana yang sulit untuk dijelaskan.

”Apa kabar?”

“Apa kabar?”

Keduanya sempat terkejut saat melontarkan pertanyaan yang sama, kemudian tertawa kecil saat merasa lucu. Entahlah, suasana benar-benar terasa canggung saat ini.

”Aku baik, kalau kamu?” Airin bertanya sambil menatap Mahen dengan matanya yang indah, sangat indah hingga membuat cowo itu kembali tenggelam ke dalam netranya yang pekat.

”Hen?” tangan cantiknya melambai di depan wajah Mahen yang kelihatan tidak bergeming sedikitpun. tampaknya, Mahen benar-benar tidak bisa melupakan cinta pertamanya itu.

”Eh-eh, ya?” Mahen terlihat salah tingkah.

”Hahaha, kabar kamu gimana, baik?”

”A-h iya, ba-baik.” untuk menetralkan kegugupannya, cowo itu menggaruk tengkuknya yang tak gatal.

Keduanya jalan melewati lorong. Membicarakan banyak hal, seperti menanyakan kabar, mengulang cerita masa-masa indah disekolah, dan juga tentang bagaimana Mona—adik Airin tumbuh menjadi gadis yang cantik. Tapi sayangnya percakapan itu harus berakhir saat mereka berhenti di depan sebuah rumah sederhana yang dipenuhi dengan bunga warna-warni didepannya.

”Ini rumah aku. Makasih ya udah mau nganterin. Maaf juga kalau dulu aku sering ngehindar dari kamu.” Airin mengucapkan terima kasih sekaligus meminta maaf pada Mahen.

”Nggak usah minta maaf. Gue tau di balik itu pasti ada sesuatu makanya lo ngehindar dari gue.” Mahen tersenyum tipis, memancing seribu ketampanan hingga membuat bulan malu-malu melihat itu.

”Makasih Hen, kamu emang orang baik.. aku nggak nyangka bakal dipertemukan sama kamu.” cewe itu berkata dengan tulus.

Lagi dan lagi, kembali membuat jantung Mahen berdebar, mengikuti irama cinta hingga mengiringi sebuah urat merah ke pipinya untuk bermekaran.

”Ah.. it-tu, kayaknya lo terlalu berlebihan. Pada kenyataannya gue nggak sebaik itu kok, setiap manusia pasti punya kekurangan dan keburukannya masing-masing. Cuman gue belum nunjukin aja.” Mahen tersenyum canggung dan cowo itu hanya bisa menggaruk tengkuknya, lagi.

”Kalau gitu aku masuk dulu ya, kamu mau mampir?” tawarnya.

”Hmm, kayaknya nggak dulu deh, Ai. Soalnya ada sesuatu yang harus gue urus di rumah.” urusan yang dimaksud adalah seperti memastikan apakah Nara sudah pulang ke rumah atau belum, sudah makan atau belum, dan lain-lain.

”Oke.. dadah!”

”Dah!” Mahen tersenyum sambil melambaikan tangan pada Airin yang juga melambaikan tangan padanya. Di satu sisi, Mahen kembali merasakan apa itu yang namanya jatuh cinta, bahkan pada orang yang sama. Apakah cintanya benar-benar habis pada Airin?

COUSIN'S WEDDING | NI-KI ENHYPEN Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang