18 : SAH!

17 3 0
                                    


Bzirr udah jam tiga:) gapapa demi readers tercinta💋
Happy reading, jangan lupa follow akun author, hoamm😪

***


”Sudah siap?” tanya pengacara yang menjadi wali nikah Mahen dan Nara. Seperti yang tertulis dalam surat perjanjian, pengacara yang bernama Zahir Nathaniel itu diwasiatkan oleh kakek dari Nara untuk menikahkan keduanya jika waktu pernikahan telah tiba.

Mau tak mau Mahen harus siap. Tidak ada jalan lain selain menerima semua ini. Lagi pula, Nara memang harus menjadi tanggung jawabnya karna tidak ada lagi kerabat dekat selain dirinya.

Cowo itu mengangguk pelan, kemudian sang pengacara menatap sang penghulu sambil menganggukkan kepala. Mahen juga sempat melirik ke arah Nara yang masih terbaring koma di atas brankar, yang saat ini berada di sampingnya.

”Bisa kita mulai?” tanya pak penghulu yang diangguki oleh semua saksi, termasuk inti 7V yang masih syok karna tiba-tiba Mahen mengundang mereka untuk menjadi saksi pernikahannya dengan Nara.

”Saudara Mahen Aftagar bin Afrizal Ahmad Dhani, saya nikahkan dan saya kawinkan engkau dengan Nara Mikayla binti Zahir Syakir yang walinya telah mewakilkan kepada saya untuk menikahkannya dengan engkau dengan maskawin uang seratus juta rupiah dan seperangkat alat sholat dibayar tunai!” satu kalimat panjang, yang dilontarkan secara menyeluruh tanpa jeda itu membuat jantung Mahen berdetak sangat cepat.

Keringat dingin mulai membasahi keningnya. Saat tiba pada gilirannya, Mahen mengambil nafas panjang dan mulai mengeluarkan sederet kalimat panjang yang akan mengubah status setelah ini.

Sa—saya terima nikah dan kawinnya Nara Mikayla binti Zahir Syakir dengan maskawin uang seratus juta dan seperangkat alat sholat dibayar tunai!” ucapnya lantang yang membuat semua orang kagum, dan rasa lega sedikit memenuhi dadanya saat sudah selesai menyebutkan ijab qobul.

”Gimana para saksi? Sah?” penghulu melihat ke arah semua saksi untuk meminta kesaksian atas sah atau tidak sahnya pernikahan ini.

”SAH!” ucap semua saksi secara bersamaan.

Kemudian dilanjutkan dengan membaca doa sehabis akad. Semuanya mengikuti penghulu yang komat-kamit membaca doa. Dan sekarang status Mahen benar-benar berubah total. Dirinya telah menjadi seorang suami, dari sepupunya—Nara Mikayla. Mahen melirik ke samping, menatap Nara dengan tatapan yang sulit diartikan.

’Mulai sekarang om Satria dan tante Vio udah nitipin lo sama gue. Kira-kira hubungan kita bakal gimana ya? Gue nggak nyangka bakal jadi suami dari sepupu gue sendiri, ck.’ monolognya.

***

”Pasien sudah dibolehkan pulang. Untuk sementara waktu harap jaga kesehatan meski pasien sudah sehat sepenuhnya, ya.” dokter tersenyum tipis, kemudian menyerahkan surat yang harus ditandatangani pada Mahen. Dengan pelan tangan Mahen meraih kertas itu dan menandatanganinya.

”Terima kasih, dok. Kalau begitu saya permisi,” ucap Mahen kemudian mendorong kembali surat itu kepada sang dokter.

”Sama-sama. Silahkan.” paruh baya itu menganggukkan kepalanya dan membaca ulang surat yang baru saja ditandatangani oleh Mahen. Merasa sudah boleh pergi, Mahen bangkit dari duduknya. Berniat untuk keluar dari ruangan itu.

”Eh, suami?” kaget dokter itu secara tiba-tiba saat melihat siapa status Mahen bagi Nara. Ia kira Mahen adik atau kakaknya, eh dia malah tidak menyangka kalau kedua muda-mudi itu adalah pasangan suami istri.

COUSIN'S WEDDING | NI-KI ENHYPEN Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang