Bab 3: Sang Bulan

8 0 0
                                    

Malam itu, bulan penuh bersinar terang di atas sebuah hutan lebat yang berada di wilayah netral, jauh dari benteng megah Klan Kim. Tempat ini dipilih dengan hati-hati oleh para pemimpin klan-klan kecil yang kini berkumpul dalam sebuah pertemuan rahasia. Mereka adalah sisa-sisa kekuatan yang bertahan dari kekuasaan Klan Kim yang mencekam. Namun, mereka tahu bahwa waktu mereka semakin menipis.

Di dalam sebuah paviliun kayu sederhana yang terletak di tengah-tengah hutan, suasana tegang terasa. Lilin-lilin besar yang menyala memberikan penerangan, memantulkan bayangan yang tak tenang di dinding. Di ujung meja panjang, duduk seorang pria paruh baya dengan wajah yang tegas dan mata yang tajam, Jong Ki, pemimpin Klan Song. Dia telah memanggil pertemuan ini dengan satu tujuan—mencari cara untuk menghancurkan Klan Kim sebelum mereka sendiri dimusnahkan.

Di sekelilingnya, pemimpin-pemimpin klan lainnya duduk dengan hati-hati, memandang ke arah Jong Ki yang tampak lebih keras dan murung daripada biasanya. Di antara mereka, sosok yang paling mencolok adalah seorang pria yang lebih tua, dengan rambut putih panjang yang diikat rapi, wajahnya penuh dengan kerutan kebijaksanaan dan kekuatan. Dia adalah Jeon Dong Il, pemimpin Klan Jeon dan seorang penyihir tersohor yang kemampuannya dikenal di seluruh negeri.

"Kita semua tahu mengapa kita ada di sini," Jong Ki memulai dengan suara rendah, tetapi penuh ketegasan. "Klan Kim telah menjadi ancaman bagi kita semua. Setiap kali mereka memperluas kekuasaannya, mereka menghancurkan siapa pun yang berani menentang mereka. Kita tidak bisa terus berdiam diri sementara mereka menghancurkan rumah kita, keluarga kita, dan kehidupan kita."

Para pemimpin lainnya mengangguk pelan, wajah mereka menunjukkan kekhawatiran yang sama. Klan Kim telah menjadi momok yang menakutkan, menghancurkan klan-klan kecil tanpa ampun. Mereka tahu bahwa jika tidak melakukan sesuatu sekarang, hanya tinggal menunggu waktu sampai mereka semua menjadi korban berikutnya.

Jeon Dong Il yang sejak tadi diam, akhirnya angkat bicara. Suaranya tenang, tetapi penuh dengan kebijaksanaan yang berasal dari usia dan pengalaman yang panjang. "Klan Kim memang kuat, tidak hanya dalam jumlah pasukan tetapi juga dalam strategi dan ketegasan mereka. Namun, kekuatan itu berasal dari satu orang—Kim Mingyu. Jika kita bisa menyingkirkan dia, kita bisa memecah belah kekuasaan mereka."

Jong Ki memandang Dong Il dengan serius. "Kita semua tahu itu, tetapi mendekati Mingyu bukanlah hal yang mudah. Dia selalu dikelilingi oleh penjaga yang setia, dan dia sendiri dikenal memiliki kekuatan yang menakutkan."

"Betul," jawab Dong Il sambil menatap ke arah bulan yang tampak jelas dari jendela paviliun. "Tetapi setiap orang, bahkan yang paling kuat sekalipun, memiliki kelemahan. Yang perlu kita lakukan adalah menemukannya."

Seorang pemimpin klan yang lebih muda, yang tampak gelisah, akhirnya memberanikan diri berbicara. "Tapi, Tuan Jeon, bagaimana kita bisa menemukan kelemahannya? Dia seperti tidak memiliki cela. Setiap kali seseorang mencoba melawan atau menjatuhkannya, mereka berakhir mati dengan cara yang mengerikan."

Dong Il tersenyum tipis, sebuah senyum yang mencerminkan keyakinannya pada pengetahuan dan kekuatannya sendiri. "Mingyu mungkin tampak tak terkalahkan, tetapi dia adalah manusia, dan setiap manusia memiliki batasannya. Kita hanya perlu menciptakan situasi di mana dia terpaksa menunjukkan kelemahannya."

Suasana di dalam paviliun itu semakin tegang. Para pemimpin saling pandang, mencoba mencerna apa yang baru saja dikatakan oleh Dong Il. Mereka semua memahami risiko yang akan mereka ambil jika mereka memutuskan untuk melawan Mingyu secara langsung.

"Jadi, apa rencanamu, Tuan Jeon?" tanya Jong Ki, suaranya mengandung nada penasaran tetapi juga sedikit ketidakpercayaan. Dia tahu betapa berharganya waktu dalam pertempuran melawan Klan Kim. Setiap detik yang mereka buang bisa berarti kehancuran bagi klan mereka.

Dong Il menarik napas dalam-dalam sebelum menjawab. "Kekuatan terbesar Kim Mingyu adalah ketakutan yang dia sebarkan. Tetapi, kita bisa menggunakan ketakutan itu melawan dirinya. Kita akan menciptakan situasi di mana dia merasa terpojok, di mana dia harus mengambil keputusan yang salah, dan di saat itu kita akan menyerang. Aku akan mempersiapkan mantra yang akan melemahkan pikirannya, membuatnya rentan terhadap serangan."

Semua mata kini tertuju pada Dong Il, mereka menyadari betapa besar taruhan dari rencana ini. "Dan bagaimana kita bisa yakin bahwa mantra itu akan berhasil?" tanya salah satu pemimpin dengan nada skeptis.

Dong Il menatap mereka dengan keyakinan yang tenang. "Aku telah mempelajari keluarga Kim selama bertahun-tahun. Klan mereka memiliki sejarah yang gelap, dengan banyak rahasia yang tersembunyi. Jika kita berhasil membangkitkan trauma-trauma yang tersembunyi di dalam dirinya, dia akan menjadi mangsa yang mudah."

Meskipun kata-kata Dong Il terdengar meyakinkan, mereka semua tahu bahwa rencana ini penuh dengan risiko. Namun, mereka tidak memiliki pilihan lain. Kim Mingyu adalah ancaman yang harus mereka hadapi jika mereka ingin bertahan hidup.

Jong Ki mengangguk pelan, menunjukkan bahwa dia mendukung rencana tersebut. "Kita akan mencoba. Kita tidak punya banyak waktu. Mulai sekarang, kita semua harus bersiap untuk pertempuran ini. Jika kita gagal, tidak akan ada kesempatan kedua."

Para pemimpin lainnya mengangguk setuju, meskipun ketakutan masih menyelimuti hati mereka. Mereka tahu bahwa apa yang mereka hadapi bukanlah pertempuran biasa, tetapi pertempuran melawan seseorang yang telah menguasai seni perang dan kekejaman.

Malam itu, di bawah sinar bulan yang dingin, aliansi kecil mereka terbentuk. Sebuah aliansi yang dipimpin oleh Jong Ki, tetapi yang sebenarnya bergantung pada kebijaksanaan dan kekuatan Jeon Dong Il. Dalam hati mereka, harapan terakhir mereka untuk mengalahkan Kim Mingyu bersandar pada rencana ini—rencana yang akan membawa mereka ke dalam kegelapan yang bahkan lebih dalam dari sebelumnya.

Kim KlanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang