Enjoy ~
.
.
.
Seperti biasa... Ngerti lah~
.
.
.
__•••🐣•••__
Udah belum??!
Sekarang Oliv sedang duduk di sofa ruang keluarga. Soal dirinya yang katanya ingin tidur saat pulang sekolah? Dirinya merasa malas dan tidak mengantuk, dan berakhir lah sekarang dia disini.
Untuk Adrian, Oliv tidak tau, yang pasti tadi kakaknya itu langsung pergi setelah mengganti pakaian.
Memperhatikan tv yang menyala menyiarkan kartun sponge kuning di bawah laut kesukaannya. Mulutnya tak henti dalam menyesap susu di dalam dot kesayangannya.
Tak
Tak
TakSuara langkah kaki menggema, Oliv sama sekali tidak menyadari bahwa sekarang ada seorang pemuda yang sedang duduk diam disampingnya dengan mata terus tertuju kearahnya.
Pemuda itu diam, memperhatikan betapa semangat nya Oliv dalam menyesap susu dalam dot. Pipi bulat itu ikut bergerak naik turun seirama dengan mulutnya yang sedang menyesap dot.
Mata indah milik Oliv sedang memperhatikan tv tanpa berkedip. Mulut berwarna peach itu terlihat mengkilap karena basah akibat susu.
Harum susu dengan bayi bercampur aduk membuat siapa saja merasa mabuk dibuatnya, termasuk dirinya. Dia sangat menyukai aroma ini, bayi dan susu, sangat menenangkan.
Tanpa sadar dirinya mengangkat Oliv agar duduk dipangkuannya. Mencium pucuk kepala Oliv dengan mengendus bau strawberry yang sangat manis saat mencium rambut tersebut.
'ini menenangkan, aku menyukainya'
"Kenapa cium lambut Oliv?"
"Lambut Oliv bau ya?"
Felix diam, dirinya segera mengangkat wajahnya dan kembali menatap kearah Oliv yang sekarang sedang mendongak untuk melihat kearahnya.
"Tidak, kau begitu wangi" jawab Felix dan kembali mencium pucuk kepala Oliv.
"Coba panggil kakak" dia tidak ingin kalah dengan mommy dan Adrian yang sudah selangkah lebih jauh untuk mendekati Oliv. Dirinya juga ingin lebih dekat atau sangat dekat dengan Oliv. Ya, memang mereka tidak tau malu karena sekarang dengan tiba-tiba mereka mendekati Oliv tanpa kata maaf terlebih dahulu.
Tapi bukankah orang sama sekali tidak membutuhkan kata-kata yang sama sekali tidak penting itu? Mereka hanya menginginkan orang itu berubah, bukan.
Oliv menggeleng "kenapa suluh suluh?"
"Karena aku kakak mu"
"Kenapa kakak? Kemalin tidak suka Oliv tuh" ujarnya dengan cuek.
"Aku menyukaimu, siapa bilang tidak?"
"Kemalin malah malah telus kaliannya. Jadi Oliv tau tidak suka kalian sama Oliv tuh~"
"Cepat panggil kakak. Kakak akan belikan mainan untuk mu" paksa Felix. Adrian sudah di panggil dengan sebutan kakak, kenapa dirinya belum.
Oliv berbalik dan mengangguk semangat"mau.. mau.. Oliv mainan kakak" ujarnya dengan semangat. Ah, adiknya ini sungguh polos, sepertinya jika nanti diluar rumah pasti Oliv cepat diculik.
"Pintar " mencuri satu kecupan pada pipi bulat tersebut, mengacak rambut Oliv dengan gemas. Dia suka sebutan kakak yang keluar dari bibir mungil itu.
Tak
Tak
TakSuara langkah kaki yang begitu ramai menggema di depan mansion. Jiwa ke kepoan Oliv meronta-ronta. Dengan sekali loncat, dirinya berlari keluar mansion untuk melihat siapa yang ada diluar.
Felix yang melihat itu langsung menatap kearah Oliv dengan tajam. Berdiri dan ikut melangkah keluar.
Oliv terdiam di depan pintu mansion, menganga lebar saat melihat begitu banyak orang disana. Disana, ada kakak nya Adrian dan tiga pemuda yang entah siapa, dirinya tak tau, yang pasti mereka tampan dan tinggi.
Felix yang sudah berada di belakang Oliv, segera mengangkatnya kedalam gendongan. "Nakal" ujarnya dengan datar. Menatap kearah adiknya dan ketiga temannya.
"Masuklah" berlalu dari sana menghiraukan guncangan dari kaki Oliv yang ingin turun.
"Tulun.. tulun.. kakak Oliv mau tulun dulu. Mau kenalan sama kakak tampan itu"
"Kakak lebih tampan"
Oliv mengangguk "iya kakak tampan, tapi meleka juga tampan kok" Oliv memang sangatlah jujur, jadi tidak boleh membuat rahasia dengannya:)
Felix langsung saja mencubit mulut Oliv dengan jari telunjuk dan jempolnya, berharap Oliv diam. Kenapa adiknya ini sangatlah jujur, tidak bisakah Oliv berbohong untuk menyenangkan hati orang.
.
.
.
"Apa yang Lo liat?" Tanya Adrian datar, dirinya tidak suka ketika temannya memperhatikan Oliv dengan pandangan lapar.
"Itu adek Lo?" Tanya pemuda yang berkacamata kotak, Febrian.
"Hm"
"Kok gue baru tau Lo punya adek" ujar pemuda dengan surai pirang, Leon.
"Mana imut banget lagi.. ya gak" lanjut pemuda yang paling pendek, Delano.
"Diem deh! Kalo mau main ya ayo masuk, gak usah liatin adek gue" ujarnya posesif.
"Dih posesif amat bang.." canda Delano, tak tau saja jika sekarang Adrian sedang menatapnya tajam.
Bugh
Satu tendangan mendarat pada kaki Delano. Ya, Adrian lah pelakunya. Dirinya sangat tidak suka dengan orang yang banyak bicara, diajak bercanda yang menurutnya sangat tidak bermutu, benar-benar memuakkan.
"Masuk" ujarnya dengan datar, berjalan masuk dengan pandangan datar.
"Shh, sakit banget bego!" Kesal Delano, mengusap kakinya yang terasa ngilu akibat tendangan kuat dari Adrian.
"Lo yang bego. Udah tau Adrian orangnya kek mana" kesal Febrian, kenapa satu orang ini sangatlah bodoh.
"Kita kesini mau main malah buat tuan rumah jadi kesel. Gara-gara Lo nih" kesal Leon, pergi meninggalkan Delano yang sedang menggerutu kesal.
"Anjir lah, gue mulu dah yang disalahin"
.
.
.
Cek?
Udah vote sama komen??
Aku bikin part nya dikit-dikit aja lah..
Vote nya gak banyak banyak di awal, cuman di part 9-11 ae yang nambah ;( 🥀
Balik dulu sana ke awal🗿
KAMU SEDANG MEMBACA
Olivia Xavier Helton ||END✓
Short Story"Ugh ini dimana?" Dirinya langsung saja terduduk dan meneliti sekitar. "Ini bukan lumah Oliv" "Ini kamal bukan milik Oliv bukan lumah Oliv sama mama sama papa" "Hiks mama papa~" tangis nya, apakah kedua orang tuanya membuangnya? "Hiks jangan buang...