24🐣

11.5K 884 97
                                    

Enjoy ~

.

.

.

Bruk

HWEEEEE...

Tangisan Oliv menggelegar di mansion besar itu. Dia terjatuh. Akibat berlari dengan begitu kencang saat memakai kaus kaki, kakinya terasa licin dan tersandung.

Mereka yang melihat itu diam membeku karena kaget. Mereka masih mencerna apa yang barusan terjadi, ini terlalu tiba-tiba.

"Sakit.. hiks.."

Mendengar perkataan Oliv, mereka segera tersadar dan mendekat. Memandang khawatir kearah bawah yang terdapat Oliv sedang tengkurap dengan tangisan.

Brian langsung mengangkat Oliv kedalam gendongan nya. Matanya melebar sempurna saat melihat darah yang keluar dari hidung mungil itu.

"Cepat panggil dokter!" Teriak Brian pada mereka yang juga masih terlihat shock.

Sinta mengangguk, dengan segera dia menghubungi dokter.  Tapi, tangannya ditahan oleh sang suami, Riki.

Belinda mendekat dengan sapu tangan di tangannya. Menekan kepala Oliv kedepan dan mencondongkan nya. Mengelap darah yang masih keluar dengan derasnya.

"Hiks.. sakit~" menutup wajahnya dengan kedua tangan mungilnya. Dia malu, wajahnya pasti terlihat jelek sekarang.

Dahi Oliv benjol dan berwarna ungu. Hidung yang masih mengeluarkan darah dengan derasnya. Mata sembab karena menangis. Rambutnya yang sudah berantakan dan lepek akibat keringat. Dan, jangan lupakan wajah memerah nya.

"Jangan ditutup sayang~" Belinda mengambil tangan mungil itu dan menggenggamnya. Mengelus benjolan di dahi Oliv dengan pelan.

"Hwee.. sakit.. hiks.. jangan pegang!!" Tangis Oliv dengan menyentak tangan Belinda dari dahinya. Rasanya sungguh sakit, kepalanya seakan ingin meledak. Tapi kenapa mommy nya malah memegang dahi benjolannya ini.

"Kalian bodoh atau bagaimana! Cepat bawa ke kamar!" Sentak Megan merasa gemas dengan mereka. Apa yang sedang mereka lakukan, diam berdiri di dekat tangga, tanpa ada pergerakan sedikitpun.

Mereka langsung mengangguk dan bergegas menuju kamar. Mereka terlalu panik dan khawatir, sehingga tanpa sadar mereka menjadi seperti orang bodoh disini.

"Jangan menangis~" Brian mencium mata Oliv yang masih mengeluarkan air dengan derasnya. Menepuk-nepuk punggung sempit sang anak sembari berjalan kearah kamarnya berada.

"Maafkan Daddy"

Saat Brian ingin merebahkan Oliv di atas kasur, Oliv segera menggeleng dan memeluk erat leher sang Daddy.

"Tidak mau hiks.." menatap melas kearah sang Daddy, menelusupkan wajahnya pada dada bidang Daddy nya.

"HWEEE... Sakit~ sakit.. hiks.." tangis nya. Dia lupa, jika dahinya masih sakit. Saat dia menelusupkan wajahnya, tanpa sengaja dahinya yang benjol bergesekan dengan dada bidang itu. Rasanya sungguh ngilu dan perih.

Mendongak dengan tangan menutup dahi "ini sakit hiks.." adunya pada Brian yang terlihat khawatir.

"Biar aku periksa" decak Riki. Padahal dia adalah dokter disini, tapi kenapa mereka malah menelpon dokter. Dia juga tadi hampir lupa jika dirinya adalah dokter. Untung saja, kepanikannya berkurang, sehingga dia bisa berfikir jernih.

"Apa maksud mu!" Marah Brian. Sepertinya dia masih belum sadar.

"Aku dokter kak!" Kesal Riki. Mengambil paksa Oliv dan menggendongnya.

Olivia Xavier Helton ||END✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang