14🐣

22K 1.4K 42
                                    

Enjoy ~

.

.

.






































































Mwehehe ~
Jangan marah~

































































































Sorry sorry ~
Vote sama komennya dulu~














































__•••🐣•••__

Oliv diam duduk di ruang makan sendirian. Semua anggota keluarga belum turun. Mengayunkan kakinya kedepan dan kebelakang untuk mengisi kesunyian.

Dirinya merasa bosan karena mamanya tidak ada sekarang. Apakah sekarang dia harus makan sendiri? Tidak disuapi lagi? Tapi tidak mau dirinya.

Tidur. Bagaimana dengan tidurnya? Apakah Oliv harus sendiri juga? Tidak ada teman? Tidak ada dongeng? Oh sungguh, hidupnya menjadi sangat berat jika tidak ada sang mama disisinya.

Keluarga? Ck, sudahlah, itu tidak akan mungkin terjadi. Mereka tidak menyukainya, yang ada nanti ia dimarahi jika manja.

Ini belum satu hari, tapi dirinya sangat merindukan sang mama. Ternyata dia begitu membutuhkan mamanya kapan dan dimana pun.

"Mikirin apa?" Suara itu, Oliv masih mengingat nya.

"Tidak ada. Oliv lindu mama" jawab Oliv tanpa melihat kearah pemuda tersebut, Max.

Max terdiam saat mendengar perkataan Oliv "dia bukan ibumu" ujarnya dengan datar, segera mendudukkan dirinya pada kursi sebelah kiri Oliv.

"Mama, mamanya Oliv.. mama telsayangnya Oliv!"

"Ck, dia bukan keluarga Lo. Dia cuma pengasuh" ujarnya dengan malas. Jika Oliv terus menerus memanggil pengasuhnya dengan sebutan mama, dirinya yakin mommy nya akan muak dan tanpa rasa kasihan akan membunuhnya. Dia tau jika keluarga nya ini sangatlah gila, apapun harus mereka dapatkan, tidak peduli dengan cara kotor maupun itu juga bisa membuat orang lain sakit.

"Tidak mau pokoknya!" Marah Oliv. Kenapa mereka selalu memaksanya.

"Terserah"

Diam, setelah berdebat, Oliv dan Max diam, tak ada yang mengeluarkan suara. Sunyi, Oliv benci dan tidak suka dengan situasi ini.

"Kamu ken__"

"Kakak"

Oliv bingung, apanya yang kakak? Dia memanggilnya kakak? Kan umur mereka jauh berbeda.

"Kamu manggil Oliv kakak?" Tanyanya polos.

"Ck. Gue bilang panggil gue kakak. Gak sopan banget Lo"

"Tidak sopan Oliv?"

"Ck. Iya!"

"Yasudah kakak, begitu?"

"Halus panggil kakak bial sopan kan?"

Max diam, tapi tidak dengan jantung nya yang berdisko senang. Telinga nya saja sampai memerah karena salting dipanggil kakak.

"Anak pintar~"

"Um Oliv pintal tidak goblok!! Kalian saja yang balu sadal!"

Ya, Oliv memang pintar, namun jika disandingkan dengan seluruh anggota keluarga, maka Oliv tak ada apanya.

.

.

.

"Selamat malam" ucapan itu keluar dari empat orang sekaligus.

Oliv sama sekali tidak memperdulikan mereka. Dia hanya diam memikirkan sang mama. Dia lagi galau, you know.

Belinda langsung saja mendudukkan dirinya disebelah kanan Oliv. Dia yang akan mengurus Oliv mulai malam ini sampai Mia kembali bekerja.

"Oliv sayang lagi mikirin apa hm?" Tanyanya dengan mengelus rambut Oliv.

"Mikilim mamanya Oliv"

Belinda langsung saja mendatarkan wajahnya. "Dia bukan mamamu Oliv!" Ujarnya dengan kesal.

"Mommy menyuruhnya libur selama satu Minggu, jadi mulai malam ini mommy yang akan mengurus mu" ujarnya dengan tersenyum lebar.

"Mulai sekarang, belajarlah mandiri ok.. jangan terlalu manja, kau sudah besar" mengusak kepala Oliv dengan gemas.

"Baiklah, ayo mommy suapi" menyodorkan satu sendok nasi dengan lauk capcay dan daging.

Oliv diam tak merespon, dirinya hanya menatap kearah makanan tersebut tanpa minat.

"Kenapa?"

"Tidak suka sayul Oliv"

"Bukankah sayur enak dan sehat? Kenapa tidak suka?" Oliv diam tak tau harus menjawab apa. Dirinya juga tak tau kenapa tidak menyukai sayur, yang pasti, dirinya tidak suka.

"Tidak suka pokoknya Oliv"

"Jangan banyak bicara. Makanlah" ujar Brian merasa tidak suka saat Oliv pilih pilih makanan.

"Tapi tidak suka Oliv sayul" kesalnya. Kenapa mereka suka sekali memaksa.

"Kau begitu tak tau malu. Bukankah seharusnya kau berterima kasih karena kami mau menampung anak bodoh seperti mu disini?"

"Jadilah anak penurut seperti anak anjing yang pintar" tekan Felix.

"Oliv bukan anjing!! Oliv manusia! Oliv juga tidak bodoh! Kalian selalu bilang Oliv bodoh! Tidak suka Oliv sama kalian.. pemaksaan telus!" Ujarnya dan berlalu dari sana dengan berlari. Apa salahnya jika dirinya manja? Dia bermanja-manja hanya dengan sang mama bukan dengan mereka. Bodoh? Dia tidak bodoh! Dia pintar!

"Ck kalian terlalu kasar dengan nya!" Kesal Belinda. Bagaimana jika Oliv semakin membenci mereka.

"Dia yang terlalu cengeng." Kesal Brian. Padahal mereka hanya bicara apa adanya, apakah itu salah?

.

.

.

"Hiks.. tidak mau meleka hiks.. mau mama hwee.." tangis Oliv setelah sampai didalam kamar.

"Jahat banget meleka.. dasal anjil.. anjil.. dendam.."

"Nanti aduin ke mama.."

"ANJILLL... ANJILLL.. DASAL ANJILLL KAMU YA SEMUA.." teriak Oliv didalam kamarnya. Dirinya sungguh kesal dan marah, apa-apaan mereka, berani sekali dengan Oliv yang cantik ini. Oliv cantik, mereka jelek, dasar anjir!

.

.

.

Ya memang bener keluarga kamu anjir banget Oliv🗿~

Gak vote jahat banget deh💔

Olivia Xavier Helton ||END✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang