7. farewell

209 47 12
                                    

Saat ini Gito berjalan pulang bersama Marsha, tapi bukannya pulang mereka mampir dulu di lapangan yang biasa buat main.

Disana mereka duduk, sambil menikmati camilan yang tadi Mereka beli di mamang lewat.

"Kak Git!" Panggil Marsha membuat Gito menoleh ke Marsha, dan membuat raut wajah 'kenapa?'

"Besok aku mau pindah" cicit Marsha, membuat mata Gito membulat.

"Pindah kemana?" Tanya Gito dengan nada sedih.

"Ke jakarta, karena papa aku di pindahin tugas nya disana" jawab Marsha dengan nada sedih juga.

Gito pun mengambil tangan Marsha, lalu ia menggenggam nya dengan erat dan sangat erat. Setelahnya Gito menatap lurus kedepan.

"Sampe kapan?" Tanya Gito lagi.

"Aku juga gak tau kak" jawab Marsha sambil melihat ke atas, agar air matanya tidak jatuh.

Dengan sigap Gito memeluk erat Marsha dari samping, Marsha yang di peluk tentu saja awalnya kaget, tapi kemudian Marsha membalas pelukan tersebut.

"Kakak sebenarnya gak mau jauh dari kamu meng.. tapi kalo gini keadaannya, kakak gak bisa apa apa" ucap Gito lirih, tak sadari tetes air bening keluar dari kedua matanya.

"Meng juga gak mau pisah sama kakak.." ucap Marsha sambil terisak, Marsha kini sudah tidak kuat lagi menahan tangisannya yang akan berpisah dengan Gito.

"Kamu baik baik ya di Jakarta, temenan sama orang yang baik baik.... Jangan Sampe salah pilih temen, kalo ada yang bully kamu.. kamu lawan aja jangan takut oke" ucap Gito yang terisak sedikit.

"Kakak juga jangan cuek cuek sama orang, apalagi kak oniel sama kak Eli...  Kakak jaga kesehatan selalu sama bunda dan ayah" balas Marsha sambil menangis di bahu Gito.

Gito pun semakin memeluk erat Marsha, sambil ia mengelus lembut punggung Marsha.

Bohong jika Gito tidak sedih akan kepergian Marsha, meskipun suatu hari nanti mereka bisa saja bertemu, tapi bagaimanapun juga mereka seperti lem dan kertas.

Setelah sesi menangis dan penyampaian pesan yang haru, mereka pun menenangkan diri mereka masing masing.

Di rasa sudah tenang, mereka bangkit dari duduk nya dan melanjutkan berjalan pulang, karena sekarang hari sudah hampir sore.

Di sela sela perjalanan mereka, mereka sedikit berbincang tentang masa depan nya masing-masing.

"Bang Gito mau jadi apa?" Tanya Marsha sambil menggandeng erat Gito.

"Em.. jadi pemilik kedai atau toko" jawab Gito sambil menggandeng erat tangan Marsha.

"Kenapa? Kan masih banyak tuh pekerjaan yang lebih baik.. lagian bang Gito pinter" tanya Marsha heran.

"Aku gak mau kerja yang berat berat meng, nanti aku sibuk banget.. karena aku agak males sama pekerjaan berat jadi pilih seadanya ada" jawab Gito apa adanya.

"Kalo kamu.. mau jadi apa meng?" Lanjut tanya Gito.

"Menurut Abang.. aku cocok jadi apa?" Tanya balik Marsha, membuat Gito juga bingung.

"Emm... kamu cocok jadi apa aja kok meng, yang penting kamu suka dan senang dalam ngejalanin nya" jawab Gito apa adanya.

"Mikirin nanti aja bang, masih panjang juga perjalanan nya" ucap Marsha yang juga bingung, Gito yang mendengar nya hanya mengangguk.

























####





Gito saat ini berjalan sendirian menuju sekolah, karena tadi pagi Marsha sudah mau berangkat dan Gito juga sudah menyampaikan salam perpisahan.

Di sepanjang perjalanan wajah Gito terlihat murung, tapi beberapa orang melihat jika wajah Gito tetap datar.

Gito pun sampai di sekolah nya, segera ia masuk dan berjalan menuju kelasnya.

Srek!

Pintu kelas ia buka, dengan wajah datar dan seperti biasanya Gito berjalan menuju bangkunya dan duduk disana.

"Murung aja kelihatan nya git, kenapa?" Tanya Eli sambil menelisik wajah Gito.

"Di tolak?" Tanya oniel di samping Eli.

Mendengar pertanyaan dari teman nya, Gito hanya bisa menghela nafas panjang.

"Maeng pindah" ucap Gito lumayan lirih, tapi tetap di dengar oleh Eli dan oniel.

Brak!

Eli dan oniel menggebrak meja karena terkejut, karena bisa bisanya Marsha pidah tanpa memberitahu mereka berdua.

"Hah! Yang bener aja Lo git.." ucap oniel dengan nada tidak percaya.

"Pasti Lo mau ngeprank kita kan?" Tanya Eli dengan nada was was, kali aja kan mereka di prank Gito sama Marsha.

"Woy! Kalian berdua jangan berisik ye!" Tegur ketua kelas mereka yang tadi sedang fokus mengerjakan tugas, dan karena Eli dan oniel menggebrak meja fokus nya jadi terganggu.

"Maaf lah" ucap oniel dan Eli bersamaan sambil menatap ketua kelasnya dan menyatukan kedua tangan nya.

Setelahnya mereka kembali menatap Gito lagi, dan meminta penjelasan dari Gito.

"Kok bisa git?" Tanya Eli dan oniel pun mengangguk.

"Katanya papanya di pindah tugas di jakarta, terus.. mau gak mau di harus pindah ke sana" jawab Gito dengan nada sedih nya.

"Kapan mau berangkat?" Tanya oniel.

"Tadi pagi udah berangkat" jawab Gito, dan lagi lagi ia menghela nafas panjang.

Melihat temannya begitu, oniel dan Eli pun merasa kasihan karena Gito di tinggalkan oleh Buntut nya.

"Tenang aja git.. kuat masih bisa ketemu kok, lagian nih Lo masih punya kita sama kathrina sama ashel" ucap Eli sambil memukul pelan punggung Gito.

Mendengar ucapan Eli, lagi lagi Gito tidak semangat bukan karena Gito tidak mau sama mereka. Tapi mereka aja gak ngerti.

"Ashel sama kathrina juga ikut pindah Li" ucap Gito sedih.

"Huaa... Crush gue.." ucap oniel sambil mengeluarkan air bening di kedua matanya.

"Bocil gue" gumam Eli yang masih di dengar oleh Gito dan oniel.

Secara bersamaan dan kompak, mereka sama sama menghela nafas panjang nya, berbeda dengan oniel yang sudah menitikkan air matanya.










To be continued





Kangen gak? Kangen pastilah.

Btw.. ders..

Selamat hari kemerdekaan yang ke 79, meskipun telat bett.
























DaraganaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang