14. disaster

273 50 4
                                    

Di suatu ruangan berwarna putih, dengan suara sebuah mesin berdenging di telinga. Terdapat seorang pria yang tengah berbaring dan ingus yang terpasang di punggung tangan nya.

Ada juga gadis, yang tertidur sambil ia memegang telapak tangan pria itu. Karena efek menjaga pria itu dari malam.

"Eugh...." Lenguhan panjang dari gadis itu, dan perlahan ia mengerjapkan matanya.

Saat gadis itu bangun, badan nya terasa sakit semua. Bahkan gadis itu sempat meringis.

"Aduh.. belum bangun lagi" keluh gadis itu lelah dan bersalah.

Setelahnya, ia berdiri dari tempatnya dan berjalan menuju kamar mandi. Di kamar mandi, gadis itu membasuh muka dan mengkumur mulutnya.

Dirasa selesai, gadis itu berjalan keluar ruangan untuk mencari makan. Setidaknya ia butuh tenaga untuk merawat pria yang sedang koma bukan.

Beberapa saat kemudian, Marsha kembali dari kantin dan duduk di sebelah bankar dimana pria itu berbaring.

"Tolong.. bangunlah.." ucap Marsha penuh harap sambil ia memegang tangan pria itu dan memejamkan matanya.

"Ugh....." Tiba tiba lenguhan panjang keluar dari pria itu, membuat Marsha yang semula terpejam langsung membuka matanya.

Marsha langsung melepaskan genggaman nya dan menekan tombol di sebelah bankar nya.

Setelah di tekan, dokter dan perawat pun langsung datang dan memeriksa kondisi sang pasien. Marsha yang disana langsung bernafas lega.

"Gimana dok keadaan nya?" Tanya Marsha khawatir. Tentu saat dokternya selesai akan pemeriksaan nya.

"Pasien kehilangan ingatan nya, dan itu butuh waktu yang.. tidak tau kapan ingatan nya kembali" jawab dokter prihatin.

Mendengar jawaban sang dokter, membuat Marsha yang tadinya sedikit lega. Merasa khawatir kembali.

"Kalau begitu saya permisi" pamit dokter dengan perawat di belakangnya.

Setelah dokter itu pergi, Marsha perlahan melangkah mendekat ke ranjang pria itu.

Terlihat, pria itu sedang berbaring, sambil ia melihat ke arah jendela. Dimana saat itu cuaca dalam keadaan buruk, hujan.

"Bagaimana kondisi mu?" Tanya Marsha pelan ke pria itu.

Mendengar pertanyaan Marsha, membuat pria itu mengalihkan atensi nya ke jendela dan menatap Marsha dengan wajah bingung.

"Apakah.. kamu yang menolong ku?" Tanya pria itu, dan Marsha pun mengangguk.

"Aku juga yang menabrak mu, maaf" ucap Marsha sambil menundukkan kepalanya.

"Ya.. aku baik baik saja, dan kau juga sudah bertanggung jawab. Jadi.. persoalan ini selesai" ucap lembut pria itu ke Marsha.

"Sekali lagi aku benar benar minta maaf" ucap Marsha dengan nada penuh penyesalan, dan menunduk sekilas di hadapan pria itu.

"Tidak apa apa, em.. apakah kamu bisa menemaniku berbincang sebentar?" Ucap pria itu, membuat Marsha mengangguk ragu.

Marsha pun melangkah lebih dekat, dan berdiri tepat di samping bankar pria itu. Setelah nya ia duduk.

"Aku tidak ingat apa apa.. jadi.. jika mungkin kamu tau keluarga ku tolong hubungi mereka" ucap pria itu ke Marsha yang duduk di samping nya.

Marsha yang mendengar ucapan pria itu hanya bisa menghela nafas saja, sungguh Marsha tidak tau keluarga nya.

"Aku tidak tau tentang keluarga mu, atau dirimu. Tapi kata dokter ingatanmu akan segera pulih, jadi mohon tunggulah saat itu tiba. Tenang saja aku akan merawat mu, karena ini sebagai bentuk pertanggungjawaban ku atas kejadian yang menimpamu" jelas Marsha panjang lebar, membuat pria itu mengangguk.

"Kalau boleh tau.. apakah aku boleh tau nama mu?" Tanya pria itu.

"Marsha" jawab Marsha apa adanya.

"Hanya Marsha?" Tanya sekali lagi pria itu dengan nada tidak percaya.

"I..ya" jawab Marsha ragu.

"Em.. aku tidak bisa memperkenalkan diriku, karena ingatan ku. Jadi Marsha.. salam kenal" ucap lembut pria itu.

"Iya tentu, salam kenal juga.. em.. pinkoo" balas Marsha dengan senyuman.

"Pinko?" Beo pria itu bingung.

"Aku akan mulai memanggilmu pinko, karena.. kamu cukup mirip dengan nya" jawab Marsha dengan senyuman yang lebar.

"Pinko itu apa?" Tanya pria itu masih tidak mengerti.

"Dalam bahasa Yunani, pinguin itu adalah pinkouínos. Dan kamu sangat mirip dengan pinguin" jelas Marsha akan nama yang di berikan kepada pria itu.

"Wah.. kau cukup hebat dalam memberi nama, dan tentunya indah. Aku dengan senang hati akan memakai namanya" kagum pinko sambil tersenyum lebar.

"Sama sama" jawab Marsha dengan senyuman lebar.

Tringggg!

Tiba tiba ponsel Marsha berbunyi, mau tak mau Marsha mengangkat nya. Ia juga izin pergi keluar sebentar ke pinko, pinko pun hanya mengangguk saja.




"Halo pa.. ada apa?"

"Kamu dimana?"

"Em.. dirumah temen, kenapa?"

"Oh.. oh iya! Papa hampir lupa, orang tua jodoh kamu mau mempercepat pertemuan nya. Cepet gitu cari pacar"

"Hah!? Kok gitu sih pa!?"

"Ya gak tau.. maka nya kamu cari pacar kek"

"Nyindir banget keliatannya pa"

"Yang penting kamu gak dijodohin sama anak nya. Papa gak sejutu sebenarnya sha.. tapi sungkan nolak nya gimana"

"Yaudah deh pa.. Marsha usahain"

"Sip, kalo gitu papa mau lanjut kerja"

"Iya pa.."






Marsha pun mematikan telepon nya sepihak, setelah nya ia duduk di kursi tunggu pasien. Di luar ruangan pasien.

"Gimana dapet pacar coba? Mana di majuin lagi.." keluh Marsha stress.

"Em.. apa.. aku sama pinko aja ya? Tapi kan.. kak Gito.." lanjut nya bingung.

Beberapa menit kemudian, Marsha yang berpikir keras akhirnya memutuskan sesuatu.

Ia pun segera bangkit dan masuk ke dalam kamar pinko, terlihat pinko sedang anteng menonton televisi di bankarnya.

"Pin.." panggil Marsha, membuat pinko menoleh ke arah Marsha sambil mengernyitkan keningnya.











To be continued




Syoryy gaje cerita nya...







DaraganaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang