🌟🌟🌟🌟🌟
Pagi hari Solar sudah bersiap untuk menuju kesekolah. Ia sudah duduk sambil memakan sereal sebagai sarapannya. Karna solar terbiasa sarapan tanpa nasi maka kebiasaan Gempa untuk membuat nasi goreng diganti dengan menyediakan sereal.
"Gimama dengan sekolah barunya?" Tanya Taufan sambil memperbaiki dasinya. Solar mengangkat alis kearah kakak keduanya lalu terlintas diotaknya pertanyaan yang ia ingin utarakan.
"Bagus, tapi gue mo nanya ama lo. Prince Razenatara tu rata rata anak konglomerat atau anak beasiswa?" Tanya Solar seketika membuat hawa dingin menyapa ruangan makan. Solar mengerutkam dahi , apa dia mengatakan sesuatu yang salah?.
"Cukup lo cari bukti jangan urus mereka. Mereka urusan kak Taufan. "Ucapan Ice membuat Solar tambah bingung. Apa ada sesuatu yang terjadi dan disembhnyikan darinya.
"Simpan pertanyaan lo. Fokus sama tujuam lo!"
"Tapi tujuan gue ada kaitannya dengan mereka..."
"Sejauh apa yang lo tau?" Tanya ice dengan mengusap bibirnya. Sorot matanya terlihat tenang namun seperti silet,Tajam.
Solar terdiam ia merasa dengan saudaranya. Kenapa mereka? Apa emang ada sesuatu yang disembunyikan? Apa mereka tau sesuatu tentang Prince Razenatara?
"Gue nemuin nama frosh fire dibuku diary Duri. Apa sebelumnya ada kalian buka?" Jawab Solar setelah sunyi beberapa menit.
Hawa dingin mulai berganti. Auranya berubah rileks. Namun bukamnya merasa tenang solar malah merasa aneh.
"Lo semua nyembunyiin sesuatu?" Tanya Solar kembali. Kakak kakakmya menghela nafas.
"Kami sebenarnya tau siapa yang terlibat... tapi... akan lebih baik nggak usah diperpanjang!
Sahut Taufan saat sekilas melihat sorot mata Halilintar tajam kearahnya. Taufan merasakan nyawanya hampir hilang detik itu juga."Nggak usah diperpanjang cukup urus hama kecil itu saja." Ucap Ice
"Lo tolol ? Lo pikir mereka hama kecil?" Pertanyaan diiringi Umpatan Blaze membuat suasana kian mencekam aura dingin menguasai ruangan makan tersebut. Bahkan para pelayan dan bodyguar seolah hilang semenjak perang mulai.
Brak?!
"Maksud lo apa anjing!? " Seru Ice menggebrak meja. Netra birunya menyala seolah siap menghancurkan Blaze saat itu juga. melupakan fakta bahwa mereka saudara kembar.
"Sadar lo adik gue sopan lo begitu?"
"Lo sok sokan bahas attitude tapi dari awal lo kek orang nggak ada attitude"
"Lo butuh kaca anjing? Lo nggak sopan sama kakak lo"
"Nah mana attitude yang lo ajarin sama gue? Minus kek otak lo sama bang Taufan." Ucap Ice tanpa perasaan bersalah menuai emosi dari sulung kedua.
" lo ngapa bawa bawa gue bangsat? " tanya Taufan meremas tangannya. Ice tersenyum miring melihat itu semua. Kakaknya memang memiliki otak namun sayang otaknya kopong.
"Fakta nggak sih? Bener kan? Bang gem? Bang Hali?" Tanya Ice sambil melipat tangan diatas dada seraya menyandarkan punggung di kursi.
"Emang ,2 bocah nakal yang nggak berubah meski sudah sarjana." Sepertinya mulut Halilintar hanya digunakan untuk menghina adik adiknya.
"Lo kok sok suci? Lo juga sama lin. Lo jangan cuma taunya ngehina orang tanpa kaca." Sarkas Taufan merasa tidak terima disudutkan dari tadi. Gempa hanya memijat pelipisnya. Rasa pusing mulai menari nari dikepalanya.
"Tolol amat jadi manusia."
"Lo bisa jangan banyak cincong anjing!? Cewe lo?"
"Lo juga banyak oceh bangsat!?"
"Cih yang bahas attitude mana attitude lo?"
"Jaga bicara lo!? Lo----"
Prang!?
"Sudah bertengkarnya?" Si bungsu memecahkan piring menarik intens semua saudarnya termasuk Gempa yang ucapannya sempat terpotong. Solar menghela nafas karna hanya memdengar suara detik jam.
Solar menaruh kaki kanan diatas kaki kiri sambil memainkan ponselnya.
"Ini yang kalian ajarin sama kakak kembar gue? Sama Duri? Berteriak terhadap saudara sulung? Menghina yang bungsu? Wahh Brother Radenatara anda benar benar membuat saya terkesan." Nada dingin dan menusuk membuat 5 kakak kakaknya tertunduk diam bahkan tidak sanggup membantah.
Solah berdecak kesal mereka sama saja dimatanya tidak berubah. Ia berdiri mengambil kunci motor lalu berjalan menuju pintu utama lalu membantingnya keras. Membuat 5 kakakanya terlonjak.
"Sulit dipercaya kita kalah dengan adik bungsu kita" gumam Gempa membuat suasana diliputi rasa penyesalan.
"Bunda bakal ngomong apa kalau liat keadaan ini?" Sambung Hali
"Mungkin katana bunda sudah memenggal kepala kita." Jawab Blaze meringis membayangkan Katana yang super tajam bahkan mampu memotong tulang itu menebas leher mereka.
"Kalian tau itu tapi kenapa nggak bisa ngontrol diri? Bunda dan ayah Bakal kecewa sama kita." Ucap Gempa
"Bukannya Ayah udah kecewa?" Ucap Ice setelah sedari tadi diam.
Sekarang mereka sudah diam dan tidak menyahut ucapan Ice karna memang itulah Faktanya. Orang tua mereka sudah terlanjur kecewa atas keegoisan mereka."Bahkan kita tidak bisa menjaga satu amanat ayah dan beberapa keponakannya."
🌟🌟🌟🌟🌟
Solar sudah sampai diarea sekolah. Sepertinya teriakan memuja para kaum hawa akan menjadi makanan solar semasa disini. Tidak peduli nada centil mereka solar terus berjalan menyusuri jalan menuju kelas sehingga benturan mengenai hidung Solar. Pemuda itu mendengus saat sosok yang ditabraknya adalah--
"Hello pendek kita berjumpa lagi nggak kangen sama kakakmu?"
Bolehkah Solar mengumpati sosok didepannya. Rambut biru dengan iris biru menyala mampu menghipnotis orang dengan tatapannya. Bibir tipis yang suka menghina dan memiliki efek menyakitkan saat didengar."Gue baru beberapa hari dan udah lo susul?" Ucap Solar kepada Beliung alandra. Pemuda berusia setahun diatas Solar ini menyukai hal berbau skateboard.
"Ck! Makanya balik ke los angeles lo nggak kuliah disana?"
"Sabar yey bang gue ada hal yang harus diurus disini."
"Apaan?"
"Perihal saudara kembar gue."
Beliung terdiam, ia melirik Solar dengan sorot mata aneh. Bibirnya menampilkan senyuman sendu.
"Jadi... ayah punya anak selain lo?"
🌟🌟🌟🌟🌟
Mampus aku pusing mikirin alurnya. Bismillah nyampe end wehhhhhh. Mo nangissss 😭😭😭😭😭😭
KAMU SEDANG MEMBACA
Who?(On-going)
Humorsolar adalah seorang pemuda berusia 17 tahun yang ingin kembali kenegara asal untuk bertemu keluarga. apalagi untuk bertemu saudara kembar, solar benar benar tidak sabar. namun , bagaimana jika kepulangan Solar ternyata disambut dengan realita yang...