6

34 8 0
                                    


✨✨✨✨✨


"Bunda ini kami,berenam. Sibungsu balik ke indo Bun."

6 bersaudara menjumpai gundukan tanah yang bersih. Papan nisan dengan nama wanita yang amat mereka cintai.

  Nadira Farhana
Bin Syakir Farhana
Lahir: 2 Maret ****
Wafat :13 Maret ****

Mereka membersihkan makam tersebut  dengan penuh ketelitian.

"Bunda tau? Adik bungsu berhasil lulus dalam kurun waktu 1,5 tahun. Bisa bunda bayangin seberapa pintar dia." Jelas Gempa dihadiahi deheman Solar. Adik bungsunya malu ternyata.

"Dan kak Hali menjadi CEO diperusahaan kita. Sulit dipercaya kak hali bahkan tidak berhasil menemukan jodohnya."

"Gempa jail juga ternyata."

Tawa mereka menguar. Suasana hangat menyelimuti mereka. Tidak ada aura saling mengintimidasi, seolah ingin meyakinkan kepada Nadira mereka benar-benar bahagia disini.

"Bunda tau? Kami sangat sayang sama Bunda."

Meski mereka tau Nadira sudah melihatnya diatas.

"Bunda tenang aja. Kami bakal akur."

Mereka tetap bertingkah baik baik saja.

"Bunda awasi kami diatas ya. Lindungi kami diatas."

Karna kalau tidak dengan begini. Gempa tidak bisa membuat Solar merasakan hawa akur saudaranya.

Munafik namun tak apa setidaknya Gempa bisa membuat Solar merasakan hawa hangat keluarga bukan dari orang luar yang entah siapa dirinya.

✨✨✨✨✨

Kembali kerumah mereka saling diam-diaman. Di jajaran sofa mewah dan meja yang menampilkan beberapa gelas minuman favorit mereka, Jus alpukat.

"Sampai kapan?" Pertanyaan Solar menimbulkan banyak tebakan di otak saudaranya.

"Sampai kapan kalian begini? Berpura-pura akur didepan makam bunda. Kenapa nggak beneran akur aja? Apa sesulit itu?"

Diam,tidak ada sahutan. Solar sudah menduga hanya bisa menghela nafas.

"Masalah kalian tu apa sih? Sampe hal yang sepela aja bisa jadi besar?" Lanjut Solar namun masih dibalas helaan nafas dan jarum jam.

"Gue mungkin bisa cari tau masalah Duri tapi kalau masalah kalian.. gue nggak bisa, kalian terlalu rapi nyembunyiinnya."

"Seperti yang dialami Alana sky Delyon."

Deg!

"Kalian tau? Dia siswi yang dibully gila-gilaan oleh Robert. Namun sayangnya dia gak ada yang nolong. Bahkan ngaduin ke guru aja gak punya bukti. Kenapa? Karna pembully bisa nyembunyiinnya Serapi kalian nyembunyiin masalah kalian dari gue." Nafas Solar mulai tersendat. Air matanya turun perlahan.

"Kalian nggak pernah cerita ke gue apa apa."

Meluncur dipipi putihnya.

"4 tahun lebih gue di los angeles... Dan kalian bahkan nggak pernah ngabarin gue. Kalian ganti nomor aja gue nggak tau. Gue rasa kalian tau nomor gue gak bakal diubah. Tapi kalian bahkan nggak chat."

Solar mengusap air matanya.

"Dan bodohnya gue berpikir positif kalian sibuk. Tapi apa kesibukannya juga pas hari libur?"

Nafas Solar kembali tersendat. Berat rasanya berbicara saat sudah menangis hebat seperti ini. 5 tahun ia menanti ucapan ulang tahun. 5 tahun ia menunggu kiriman hadiah walau berupa buket bunga. Tak apa karna apa pun dari saudara itu berharga.

"Gue adik kalian bukan?"

Pertanyaan itu meremas jantung saudaranya. Pertanyaan sederhana namun memberi efek menyakitkan untuk mereka bersaudara.

"Sorry Aska. Kakak nggak ada maksud ngasingin kamu Dek. Kakak minta maaf yah." Pelukan menyapa tubuh Solar. Panggilan saat masih kecil pun terdengar menuai isakan tangis dari bibir Solar. Dibalasnya dekapan hangat sang sulung. Sosok panutan yang menjadikan Solar prioritas utama. Bahkan rela mengubah kosa katanya demi adik.

"Kami selalu sayang pada adek. Maaf kami cuma mau adek fokus belajar. Bukan diganggu sama kami. Maaf 4 tahun penantian adek tidak dihadiahkan dengan baik. Adek harus dengar kelalaian kami menjaga saudara kembarmu."

Taufan sadar seharusnya mereka menghadiahkan kepulangan bungsu dengan layak. Bukan dengan kabar tentang Duri koma. Dengan tangan gemetar ,ia mengusap rambut Solar setelah 4 tahun tidak pernah ia elus.

"Kami tau kamu kecewa perihal rekaman suara itu. Namun kami berpikir lebih baik kamu tidak usah cari pelaku. Mencari pelaku hanya akan menghancurkan dirimu."

Gempa menasehati sambil mengusap tangan Solar. Dan baru mereka sadar Tubuh Solar lebih kurus dari mereka. Yah sepertinya anak ini lebih menginginkan otak yang full ilmu dari pada badan yang sehat.

2 temperatur hanya menatap sendu satu sama lain.
"Sorry kadang pertengkaran ini gue yang mulai" ucap Blaze

"Sorry juga gue kurang atitude."

2 temperatur kembali akur. Setelah sering adu cekcok. Solar didalam dekapan Hali tersenyum samar. Biarlah seperti ini, walau dia tidak mendapatkan rekaman suaranya. Setidaknya suasana yang ia rindukan kembali.

Tapi ia tidak akan menuruti apa kata Gempa. Yah biarlah dia berusaha sendiri. Ia tidak akan merepotkan saudaranya yang lain. Cukup mereka kembali seperti semula cukup.

Namun sepertinya Solar lupa. Apa alasan mereka selama ini bertengkar?

✨✨✨✨✨

Segini duluu yeyyy. Nahh kan bisa baikan...... atau cuma pura pura

Who?(On-going)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang