7

31 11 0
                                    

"Solar? Sol? Bangun udah nyampe " perlahan mata silver mulai menampakkan sinarnya. Tepukan lembut mulai berhenti menyapa. Sejenak Solar tertegun melihat dimana ia berada.

"Lo beneran tidur ternyata"ucap seseorang yang berbagi mobil dengannya. Gempa mengernyit melihat si bungsu tidak menjawab ucapannya. Ia mundur memperhatikan Solar.

"Lo kena-"

"Kita kenapa di mobil?" Gempa menampilkan wajah bingung. Ia memperhatikan Solar lagi.

"Loh? Kita kan baru pulang dari makam. Ah iyah motor lo dibawa sama ice katanya biar lo bisa tidur. Eh emang tidur beneran."

Solar menarik pasokan oksigen dengan tersendat. Jadi semuanya tadi hanya mimpi? Pelukan? Usapan yang ia rasakan juga hanya mimpi.

Tanpa merespon apa apa Solar langsung meninggalkan Gempa yang memasang wajah bingung. Ia memilih masuk kedalam rumah. Beberapa bodyguard membungkuk hormat dan menyapa tidak ia pedulikan. Langkahnya hanya mengarah kekamar.

Satu bantingan pintu diiringi suara pintu terkunci. Solar melempar tubuhnya ke ranjang. Helaan nafas berat keluar dari bibir solar.

Kasus Duri, kakak yang tidak akur, masalah Ayahnya yang tidak bisa dihubungi semenjak ia kabur diacara kelulusannya, Belum lagi sosok Alana yang membuat Solar penasaran. Tidak ini bukan cinta pandangan pertama lebih mirip kenapa Sosok Alana tidak pindah sekolah? Biaya? Solar rasa Marga Delyon bukan sembarang marga. Walau ia lupa siapa sebenarnya Delyon ini.

"Bangsat gue capek banget." Solar kembali teringat misinya yang batal karna frosh fire menjadi pertukaran pelajar mendadak dan Siswa yang menjadi perwakilan dari sekolah adalah Beliung. Anak angkat Ayahnya, entah apa inisiatif  mengadopsi Beliung dan Gama lalu memperkenalkannya kepada Solar.

Solar membanting kepalanya kebantal saat teringat mimpimya. Ia menggigit bibir hingga berdarah. Menahan isakan tangis , air matanya membasah bantal. Bohong ia tidak merindukan hal hal berbau kasih sayang saudara. Persetan dengan umur bertahun tahun ia tidak dimanja. Naluri bungsunya masih melekat erat.

Bisakah ia kembali merasaka kasih sayang itu? Bukan berupa tipuan, bukan dari mimpi tapi memang dari kenyataan. Solar rela menukarnya dengan apa pun. Bahkan kalau harus sakit Solar rela. Ia hanya butuh pelukan kakak kakaknya.

Namun entah kenapa saat ia ingin mengatakannya lidahnya kelu? Kenapa hal itu tidak terucap? Apa tubuh solar sudah tidak menginginkannya? Tapi dihati solar masih sangat ingin hal itu terjadi.

Solar melirik jendela pintu kamarnya lalu terpikir ide gila dibenakknya.

🌟🌟🌟🌟🌟

Pukul 00.30

Seorang lelaki tubuh kurus pendek tanpa mengendap endap menghindari bertemu dengan saudaranya.

Perlahan solar melirik ke bawah, beberapa meter dengan hamparan rumput yang tidak terlihat. Yah setidaknya tubuh sakit sakit akan menjadi balasan untuk tindakan kabur solar kali ini.

Helaan nafas berat diiringi dengan kaki yang bergerak naik kepembatas. Solar memejamkan mata lalu melompat

Bruak!?

Solar menggigit bibir menahan nyilu di persendiannya. Ditambah terasa ada sesuatu yang mengalir dipelipisnya. Salahkan posisinya yang tengkurap jadi pelipisnya lah yang menjadi korban. Dengan gerakan patah patah Solar mengubah posisi menjadi berdiri.

Sakit, dengan jalan tertatih Solar mengarah kegerbang berkarat yang syukurnya tidak terkunci. Ia membuka gerbang belakang lalu menutupnya dengan perlahan.

Berjalan perlahan ia mulai mengetik pesan untuk seseorang. Lalu  disimpannya ponsel kembali Solar mulai berjalan santai menjauhi rumahnya.

🌟🌟🌟🌟🌟

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: 6 days ago ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Who?(On-going)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang