7 : Supra X

6 2 0
                                    

"Seriusan lo nggak mau gue anterin pulang aja?"

Memutar bola mata, Asha mulai lelah berulang kali harus mendengar pertanyaan yang sama dari orang yang sama pula.

"Kan udah gue bilang nggak usah."

Arlo mengangkat tangan, mengecek jam. "Udah mau jam setengah sebelas malem loh ini." 

Keduanya kini berjalan beriringan keluar dari lobi rumah sakit.

Saking asyiknya berbincang-bincang bersama Mami Arlo. Asha sampai dibuat lupa waktu. Arlo percaya, jika tidak ada dirinya yang mengingatkan Asha untuk segera pulang, pembicaraan keduanya pasti akan terus berlanjut hingga tengah malam.

"Ya udah sih," tukas Asha tak mau ambil pusing. "Lagian gue yakin bisa pulang sendiri."

Masalahnya, Arlo lah yang tidak yakin.

"Tapi—"

Asha memelotot sinis. "Udah, lo masuk lagi aja sana! Kalau besok free, gue  mampir lagi kesini."

Memang dasarnya keras kepala, cowok itu tetap kekeuh pada tekadnya. Untuk kesekian kalinya kembali berkata,"Gue temenin aja deh, Sha."

"Astaga, Arlo!" Kesabaran Asha serasa diuji. Tanpa sadar nada bicaranya berubah jadi meninggi. "Lo dengerin gue nggak, sih?!"

"Udah malem, Sha. Lo nggak takut apa?"

"Sorry for to say ya, tapi gue emang nggak takut tuh?"

"Seriusan?"

"Dua rius malahan!"

Asha sudah teramat lelah memperdepatkan topik tidak penting  satu ini. Jadi bermodal sisa tenaga yang ia punya, didorongnya Arlo menjauh agar masuk dan tidak mengikutinya lagi. "Udahlah, sana lo masuk aja!"

Mengherankan, padahal Asha sudah mengerahkan seluruh tenaga yang ia punya, tapi cowok itu tetap berdiri tegap di tempat tak tergeser satu sentipun.

Arlo memandang Asha sembari berpikir. Teramat ragu kalau harus membiarkannya pulang sendirian. Sudah begitu malam. Terlebih Asha ini perempuan.

"Gue bisa pulang sendiri." Dia mencoba meyakinkan. "Kemarin aja gue pulang sendiri buktinya nggak kenapa-kenapa."

Setengah tak rela, cowok itu menganggukkan kepala.

"Ya udah. Hati-hati," tukasnya pasrah. Tak lagi membujuk lebih jauh karena tau ujung-ujungnya juga percuma.

Perlu dipahami kalau seorang Alaya Asha sudah berkata A, maka selamanya akan tetap A. Tidak pernah bisa diubah jadi B, C bahkan D. Komitmenya itu memang menakjubkan, tapi kadangkala bisa jadi sedikit menyebalkan seperti sekarang.

Apalah daya, ya sudah kalau Asha tetap tak mau menerima penawaran yang berulang kali Arlo berikan.

"Kabarin gue kalau udah sampai rumah nanti."

"Hm. Kalau nggak lupa." Asha menjawab asal.

"Nggak mau tau, kabarin pokoknya!"

Kelas Simulasi Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang