Chapter | 8. Confession

16 2 0
                                    

    Pagi ini Beth terlihat begitu terburu-buru mencari beberapa buku pelajaran tata krama di meja belajarnya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

    Pagi ini Beth terlihat begitu terburu-buru mencari beberapa buku pelajaran tata krama di meja belajarnya.

    “Jika kau tidak segera bergegas. Nyonya Brenda mungkin akan menyuruh kita untuk membersikan gedung belakang asrama.” Beth kini sudah siap dengan buku-buku di tangannya. Ia sangat yakin jika sebentar lagi Nyonya Brenda Akan memasuki kelas. “Oh, ayolah! Apa kau akan melamun di sana seharian?"

    Beth menarik pergelangan tangan Emma yang nampaknya tidak menunjukkan semangat sedikitpun.

    “Bukankah semalam kau berjanji akan membolos bersamaku?”

    “Kapan aku mengatakannya? Jika semalam aku mengatakan hal itu, percayalah aku tengah mengigau.“ Langkah Beth terlihat menuruni tangga sedikit terburu.

    Beberapa gadis-gadis sudah tidak terlihat batang hidungnya berkeliaran disekitar lorong. Sepertinya mereka benar-benar telat kali ini.

    Sementara gerombolan pria dengan pakaian khusus dari cabang olahraga anggar terlihat melintas di samping mereka.

    Tanpa sengaja sorot mata Emma bertemu dengan netra biru samudra milik Theo. Pria itu cukup menyita perhatian Emma karena ia tersenyum ke arah Emma barusan, padahal pria lainnya terlihat biasa saja.

    “Ke mana mereka akan pergi?”

    “Kelas anggar.” Beth menatap pintu dihadapannya dengan perasaan berdebar. Ia bisa dengan jelas mendengar Nyonya Brenda tengah mengajar kali ini.

    “Apa tidak bisa kita ikut ...”

    “Mereka para pria, Emma. Bermimpilah jika kau ingin bermain anggar seperti mereka.” Beth sedikit merapikan pakaiannya. “Sekarang persiapkan dirimu karena aku yakin Nyonya Brenda akan memberikan kotbah sebelum kita mendapatkan hukuman.”

    Beth mengetuk pintu cukup kuat hingga membuat Nyonya Brenda harus membuka pintu kelasnya.

    Wanita menatap heran Emma dan Beth berganti. “Kalian berdua terlambat? Apa semalam kalian bergadang?”

    “Ah, tentu tidak Nyonya Brenda. Kami hanya ...”

    “Ini salahku Nyonya Brenda.”  Emma menyela perkataan Beth. “Pagi tadi Beth membantuku mengemasi buku-buku yang harusnya aku bawa ke kelasmu. Buku itu sedikit terselip.”

    “Ah, begitukah?” tanya Nyonya Brenda penuh dengan rasa curiga. “Tapi peraturan tetaplah peraturan."

    Beth menghela napasnya. Ia tidak sepenuh menyalahkan Emma karena pagi tadi ia juga sedikit bangun kesiangan.

    Apapun hukumannya. Semoga saja bukan membersihkan gudang belakang asrama karena gudang itu banyak dihuni oleh tikus yang sudah lama bersarang di sana.

    “Kau boleh menghukumku, Nyonya Brenda. Bagaimanapun juga, Beth tidak bersalah kali ini,” pinta Emma dengan sedikit memelas. “Bahkan, jika harus membersihkan gudang asrama. Aku sama sekali tidak mempermasalahkannya.”

My Debutante Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang