Chapter | 24. This love

11 2 0
                                    

    Emma terlihat masih berbaring diatas kasur dengan begitu santainya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

    Emma terlihat masih berbaring diatas kasur dengan begitu santainya. Padahal, ia tau jika kasur itu milik Andrew. Iya, milik Andrew karena malam ini Emma memilih untuk menerobos masuk kamar pria itu untuk membicarakan perihal pernyataan Nyonya Rosemary mengenai kebenaran identitas Brenda yang nyatanya memang benar putri kandung Dorothea.

    “Aku sungguh tidak habis pikir jika Nyonya Rosemary bisa menyembunyikan hal besar seperti itu. Ah, aku merasa tidak enak saat secara terang-terangan memintanya menceritakan perihal Dorothea,” kata Emma sembari mengambil beberapa butir kacang berlapis coklat dan mengunyahnya dengan rapi. Ia hanya tidak ingin mengotori kasur.

    Sementara itu, Andrew masih begitu sibuk membaca sebuah buku di salah satu kursi santai yang berada di dekat jendela. Pria itu hanya diam seolah tengah mengabaikan Emma, tapi sebenarnya ia mendengarkan seluruh runtutan cerita gadis itu.

    “Menurutmu, ke mana pihak kerajaan akan memindahkan mereka? Apa kau sungguh tidak mengetahuinya?” tanya Emma penasaran.

    “Aku tidak ikut campur mengenai pemindahan para pengungsi itu,” jawab Andrew seadanya.

    Emma mengernyitkan keningnya. “Bukankah kau juga bagian dari kerajaan? Bohong sekali jika kau tidak mengetahuinya. Ah, kau ingin merahasiakannya dariku, kan?”

    “Aku tidak merahasiakan apapun.”

    “Begitukah? Bagaimana jika kau tanyakan hal itu pada Nyonya Brenda. Bukankah kalian telah lama saling kenal?”

    Andrew menutup buku yang ia baca. Matanya menatap Emma yang entah sejak kapan menjadi begitu cerewet.

“Mengapa tidak kau saja yang bertanya padanya.”

    “Aku rasa itu bukan ide yang bagus.” Emma kembali membaringkan tubuhnya sembari melihat ke arah langit-langit kamar. “Jika aku yang bertanya. Nyonya Brenda mungkin akan mencurigaiku.”

    “Baiklah, akan aku coba tanyakan hal itu padanya. Sekarang apa rencanamu saat akan menghadiri acara debutante nanti?” tanya Andrew lalu berdiri hendak menutup jendela kamarnya.

    “Kau tidak mungkin hanya berdiam diri seperti patung, kan? Terlebih lagi Kakekmu akan hadir di sana.”

    Sesekali pria itu memperhatikan langit malam yang nampak begitu cerah. Beberapa bintang terlihat bertaburan cukup banyak seolah menandakan jika esok hari akan cerah.

    “Ah, aku baru ingat jika aku juga mengenal seorang pria baik dari Cambridge bernama Laurent. Aku rasa dia akan cocok denganmu.”

    Aneh, tidak terdengar jawaban apapun dari Emma. Apa gadis itu kembali mengabaikan Andrew?

    Pria itu  menghela napasnya dan berbalik hanya sekedar memeriksa keadaan Emma yang entah mengapa sejak tadi tidak terdengar sahutan suaranya.

    Ia lalu melangkah mendekati kasurnya hanya untuk memastikan jika Emma tidak keracunan coklat kacang karena gadis itu telah menghabiskan satu mangkuk penuh coklat kacang buatan Lydia.

My Debutante Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang