Chapter | 25 Blue Shine

15 2 0
                                    

    Semilir angin pagi ini berhasil membuat bulu kuduk Emma merinding

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

    Semilir angin pagi ini berhasil membuat bulu kuduk Emma merinding. Berulang kali ia sudah mengeratkan jubah kebesaran yang barusan Andrew berikan padanya. Itupun, Rinjani harus mengomel panjang lebar terlebih dahulu agar ia mau membagi jubahnya.

    “Apa kau yakin kunci gerbang itu ada di sekitar sini?”

    Emma menggosok hidungnya yang gatal karena rasa dingin. “Tentu saja. Berhentilah bertanya dan cari saja kunci itu sampai ketemu. Tidak mungkin aku berbohong padamu, kan?”

    Tangan Andrew masih begitu sibuk mencari kunci yang katanya ada di antara semak-semak. Ah, orang bodoh mana yang meletakkan kunci diantara semak-semak seperti ini. Terlalu menyusahkan.

    “Aku menemukannya.” Emma dengan segera membuka gerbang dengan kunci temuannya. Semakin cepat akan semakin baik. Pasalnya, jika ia lebih dahulu kepergok Nyonya Brenda, maka akan habis hidupnya kali ini.

    “Sekarang apa yang akan kau lakukan?” tanya Andrew heran saat Emma membuka jubah kebesaran milik Andrew.

    “Aku tidak ingin Beth berpikir yang tidak-tidak hanya karena jubah ini.” Emma memberikan jubah itu. Hembusan asap saat ia berbicara menandakan jika tubuhnya sedang kedinginan. “Terima kasih banyak telah membantuku, Your Highness.”

    “Kau tidak ingin pergi?” tanya Emma penasaran. Pasalnya, saat ini ia sedang ingin bergegas pergi ke kamarnya. “Bersiaplah untuk pergi ke rapat kerajaan pagi ini. Kau tidak ingin melewatkan rapat itu, kan?”

    Andrew mengenakan jubah miliknya kembali ke Emma. Tanda kemerahan pada hidung gadis itu cukup membuat Andrew kasihan. Pasti Emma sedang menahan rasa kedinginan pagi ini.

    “Segeralah kembali ke kamarmu. Udaranya akan semakin dingin jika kau berdiri di sini terlalu lama.” kaki Andrew melangkah lebih dahulu meninggalkan Emma.

    Apa kepala Andrew habis terbentur sesuatu? Ah, apa ia sedang mencoba menjadi pria gentle?

    Senyum Emma mengembang. Tapi detik selanjutnya bisa menggelengkan kepalanya cepat. Bodoh, sekali membayangkan pria seperti Andrew akan bisa menjadi pasangannya suatu saat nanti.

*****

    “Aku tidak habis pikir jika kau membawakan selai strawberry buatan Nenek padaku. Ah, sudah lama sekali aku menantikannya,” gumam Beth senang. Ia bahkan memeluk erat toples kaca berisikan selain itu.

    “Jadi, kau tidak merindukan dan hanya merindukan selai strawberry itu?” Emma mendengus dan berbalik menatap Beth dari arah meja rias. “Aku sungguh kecewa padamu, Beth.”

    “Aku hanya bercanda.” Beth meletakkan selain itu diatas meja. Kini, ia siap untuk mendengarkan seluruh rangkaian cerita Emma teni Lorwerth.

    “Aku dengar pembukaan musim panas tahun ini akan diadakan di Lorwerth. Akan ada acara Pasaraya yang biasanya diadakan setahun sekali di sana.” Emma menopang dagunya. “Bagaiman jika kita berkunjung ke Minggu depan?”

My Debutante Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang