• Happy Reading & Kiyowok! •
"Sarapan dulu, Jean!" Pinta seorang wanita paruh baya yang sibuk merapikan meja makan minimalis di ruang makan mereka.
Seorang anak laki-laki berusia 17 tahun itu berbalik sembari mengeringkan rambutnya menggunakan handuk. Keramas di pagi hari memang sangat menyegarkan, setelah melakukan banyak kegiatan tadi malam.
Disambarnya piring nasi goreng yang telah disiapkan oleh Ibunya itu.
"Makan disini aja, Jean, sekolah masih 1 jam lagi," kata Mama Jean. Cowok itu kembali berbalik dengan wajah lempeng dan dinginnya yang sudah menjadi ciri khasnya.
"Ada yang mau Mama bicarain?" Tanya Jean. Memang jarang sekali dirinya makan bersama Mamanya, mengingat dirinya adalah remaja laki-laki yang sangat menyukai kebebasan, lagipula Mama nya juga selalu bekerja seharian.
"Engga ada, Mama cuma mau bilang, kamu udah kelas 11 begini harusnya lebih ambisius dalam belajar, bukannya malah main sama geng-geng kayak begitu," ujar Mama Jean dengan tampang khawatir yang sangat ketara sekali.
Jean menghela nafas sejenak, membiarkan Sang Mama berjalan kearahnya kemudian menepuk kedua bahu tegapnya dengan begitu lembut.
"Kamu jangan neko neko, kalau itu emang bahaya, jangan nekat, Mama takut kamu kenapa-napa," pinta Mama Jean penuh perhatian. Membuat Jean tersenyum tipis, senyum yang tidak pernah ia tunjukkan kepada siapapun selain Mamanya.
"Ma, Jean jadi ketua geng bukan sekedar memimpin anak-anak, tapi ini adalah tantangan kalau suatu saat, Jean yang bakal pimpin Mama, ke jalan yang benar," balas Jean pada perkataan Mama nya, menimbulkan afeksi hangat dipagi hari yang dingin ini.
"Mama cuma mau kamu hati-hati, udah itu aja, kalian semua, anak-anak Mama, adalah satu-satunya yang Mama punya," ujar Mama Jean, membuat anak tengahnya itu menghela nafas, mengangguk, dan menggenggam erat tangan Mama nya.
"Jean sarapan dulu, mau cepet-cepet ke Basecamp, buat berangkat bareng anak-anak," izin Jean kepada Mamanya. Sang Mama hanya mengangguk, membiarkan anak tengahnya itu berjalan menaiki tangga menuju kamarnya.
Kebiasaan Jean adalah berangkat ke Basecamp Blaze di pagi-pagi hari, biasanya anggota lain juga akan begitu untuk berangkat bersama ke sekolah. Itu sudah menjadi rutinitas anggota Blaze, terutama para anggota inti.
Suasana Basecamp bahkan sudah ramai sebelum Jean terlihat memarkirkan motornya didepan basecamp. Basecamp itu hanyalah bangunan kecil seperti kontrakan dengan halaman yang luas, cukup untuk menampung sekutar 10 sampai 20 motor.
"Harus banget nih kita nongkrongnya disini? Dingin!" Pekik Ragas sembari mengeratkan jaket kulit dengan gambar khas milik Blaze.
"Belum mandi kali lu!" Balas Reza yang pagi-pagi sudah sarapan pop mie rasa baso. Ia membawanya dari rumah, kemudian ia seduh di Basecamp.
"Apaan sih, orang panas begini dibilang dingin," celetuk Giandra yang bahkan duduk diatas motornya tanpa mengenakan jaket kulitnya. Hanya mengenakan kaos hitam oblong yang nantinya ia tumpuk dengan seragam sekolahnya.
"Lu mah kena azab," sarkas Panji yang juga sama kedinginannya. Ia hanya duduk bersedekap dada memperhatikan teman-temannya.
"Heh?! Bener!" Balas Hayden tengil, dan berhasil mendapat jitakan maut dari Giandra.
"Mulut lu gue buang ye?!" Pekik Giandra penuh emosi. Pagi pagi sudah emosi karna dibully. Kasihan nya kau, wahai anak muda.
Tak lama kemudian motor Jean memasuki halaman Basecamp, terparkir disamping motor Giandra. Cowok itu sudah siap dengan seragam yang tertutupi oleh jaket kulitnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
LIMERENCE
Teen Fiction"Diluar bahaya. Pulang, atau lo mati." "Dengar baik-baik, siapa pun yang berani ganggu orang paling berharga dalam hidup gue, akan mati." Huang Jean memegang kendali Blaze dengan tangan besi. Dingin dan kejam, reputasinya membuat siapa pun gemetar k...