• Happy Reading & Kiyowok! •
Hairyn turun dari tangga perlahan, aroma nasi goreng yang menggugah selera memenuhi hidungnya. Setibanya di dapur, ia mendapati bukan Bunda Senja yang sedang memasak, melainkan Ayah Khadafy. Senja sendiri sibuk menyiapkan wadah bekal dan minuman untuk Hairyn.
"Beneran masak nasi goreng?" tanya Hairyn sambil menarik bangku di meja makan dan duduk.
"Lelaki sejati tidak pernah ingkar janji," balas Khadafy, masih fokus pada nasi gorengnya tanpa menoleh. Senja tampak penasaran, bertanya-tanya apa yang membuat Khadafy rela bangun pagi hanya untuk memasak nasi goreng.
"Janji apa nih? Bunda nggak dikasih tahu," tanya Senja sambil mengisi Tupperware Hairyn dengan susu.
"Kemarin Ayah bilang Bunda suka nasi goreng buatan Ayah, jadi Eca minta Ayah masakin. Eca juga pengen nyicip," jelas Hairyn, membuat Khadafy terkekeh sambil memindahkan nasi goreng ke piring dan menghidangkannya.
"Ah, iya. Itu sudah lama banget. Pertama kali Bunda nyicip, nasi gorengnya memang top, bahkan nasi goreng restoran aja kalah," kata Senja dengan nada memuji, membuat Khadafy tersipu malu.
"Dulu, kalau Bunda kamu lagi sedih, Ayah bikinin nasi goreng, sedihnya langsung hilang," celetuk Khadafy, membuat Senja menatapnya dengan tatapan garang. Khadafy hanya tertawa manis, sementara Hairyn menggelengkan kepala.
Nasi goreng yang terhidang di depannya tampak menggugah selera dengan aroma yang menguar. Hairyn segera berdoa sebelum makan dan menyuap nasi goreng itu dengan penuh semangat.
"Wah! Enak banget, Ayah!" seru Hairyn dengan mata berbinar setelah hanya satu suap. Ia terus menikmati nasi goreng dengan lahap.
"Udah aku bilang, kamu lebih cocok buka usaha nasi goreng," ujar Senja kepada Khadafy.
"Nggak mau, nasi goreng buatan Khadafy ini khusus untuk kalian, spesial," jawab Khadafy, membuat Senja menggeleng perlahan. Ada ada saja memang.
"Ayah! Nanti Eca langsung berangkat ke karnival sama teman-teman, jadi Ayah nggak usah jemput," kata Hairyn sambil terus makan, sampai nasi dari mulutnya melayang ke udara saat berbicara.
Senja terkekeh dan menyeka ujung bibir anak bungsunya. "Iya, nanti Bunda juga mau nonton sama Ayah, mau lihat kakak kamu," balas Senja sambil tersenyum manis.
Hairyn tersenyum dan mengangguk pelan, lalu kembali menyantap nasi goreng khas buatan Khadafy yang spesial untuk keluarganya. Setelah selesai, Khadafy mengantar Hairyn ke sekolah seperti biasa.
***
"Assalamualaikum anak-anak, silahkan kemasi barang-barang kalian dan bersiap untuk mendukung SMANSA di karnival budaya, dan pastikan untuk tidak membuat kerusuhan pada saat karnival nanti, sekian silahkan berkemas dan meninggalkan area sekolah."
Hairyn tidak mengeluarkan buku sama sekali sedari tadi, karena memang banyak jam kosong.
"Ayo, Shavy," ajak Hairyn kepada Shavy.
Keduanya berjalan bersama untuk berganti atasan kasual di kamar mandi mushola. Mereka akan langsung berangkat ke lokasi karnival setelah itu. Mereka menggunakan ojol, karena keduanya sama-sama tidak membawa motor.
"Kata Ajeng, karnivalnya mulai satu jam setengah lagi, kita masih bisa makan dulu," ucap Shavy sambil merogoh tasnya untuk mengambil kemeja kasualnya.
"Boleh, sekalian sholat Dhuhur," balas Hairyn.
Suasana tempat wudhu wanita di mushola sangatlah sepi, hanya ada mereka berdua, karena siswa dan siswi sudah pulang untuk bersiap melihat karnival.
"Kakak yang gak sengaja aku cipratin cat itu juga ikut, ya?" tanya Hairyn, suaranya memecah keheningan saat mereka melangkah menuju toilet dan tempat wudhu wanita.
KAMU SEDANG MEMBACA
LIMERENCE
Teen Fiction"Diluar bahaya. Pulang, atau lo mati." "Dengar baik-baik, siapa pun yang berani ganggu orang paling berharga dalam hidup gue, akan mati." Huang Jean memegang kendali Blaze dengan tangan besi. Dingin dan kejam, reputasinya membuat siapa pun gemetar k...