13 - Don't Deal

69 34 128
                                    

LOGO BLAZE!

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

LOGO BLAZE!



• Happy Reading! •

"Pak bos mana deh?" tanya Ragas yang baru saja sampai di gazebo setelah dihukum menghafalkan undang-undang karena tidak tertip mengikuti upacara hari kemerdekaan Indonesia.

"Di hukum apaan lu?" tanya Perwira yang duduk manis sambil memakan sarapannya, kebetulan kelasnya kalah lomba estafet tadi. Jadi sekarang Perwira sedang menganggur, bersama Panji tentu saja.

"Cuma hafalan undang-undang," balas Ragas tanpa rasa keberatan sama sekali.

"Emang lu hafal?" tanya Reza yang juga duduk manis bersama Panji dan Perwira, asik sekali mereka bermain kartu untuk mengobati kegabutan mereka atas kekalahan kelas mereka pada lomba Agustusan tahun ini. 

"Enggak, Giandra yang hafal, nah karena Pak Aben cuma merhatiin Giandra, jadi gue terselamatkan," balas Ragas sambil memperlihatkan senyuman kudanya.

"Pantes nggak ikutan kesini tuh  si Giandra," celetuk Reza. Memang benar, Giandra lebih memilih tidur dikelas karena kelelahan menghafalkan undang-undang kurang lebih 1 jam setengah.

"Makanya, udah dewasa tuh harus bisa bedain mana perilaku yang salah sama yang bener, kalau nggak bisa upacara mending nyerahin diri ke Belanda sama Jepang," celetuk Panji, seperti biasa, cowok itu akan sarkas, meski niatnya baik.

"Nyenyenye," balas Ragas dengan wajah mengesalkannya yang jengkel dengan kelakuan Panji.

"Kayaknya kelasnya Hayden sama Jean menang, makanya mereka belum kesini," ujar Perwira kepada pertanyaan Ragas tadi.

"Wah, ini kalau gue yang ikut, udah pasti kelas gue yang menang," balas Ragas sambil berkacak pinggang. Reza hanya berdecak pelan sambil memutar bolamatanya malas.

"Tadi, gue sempet lihat adeknya Hayden jatuh, sampe kerudungnya lepas," celetuk Reza merubah topik mereka. Kartu ditangannya sudah habis duluan, menandakan bahwa dirinya menang. 

Giandra berdecak, sudah pasti dirinya akan kalah, lagi.

"Oh iya, tadi gue juga lihat, kasihan malah diketawain, tapi kelas mereka lanjut ke babak selanjutnya sih," lanjut Perwira yang juga menjadi saksi atas kejadian tersebut.

"Hah! Dedek Riryn?" tanya Ragas memastikan, Reza dan Perwira sama-sama mengangguk.

"Aduh, kasihan banget dedek, kalau gue disana auto jadi pahlawan kesiangan sih gue," ujar Ragas, sedikit menyesalkan dirinya yang tidak berada di lokasi lomba karena dihukum oleh kepsek. Kini ia membayangkan bagaimana nasib gadis kecil itu.

Tak lama kemudian, Hayden datang dengan riang, ia melompat kecil disetiap langkahnya, sesekali menyapa beberapa siswa yang ia lewati. Benar-benar berbeda wakil ketua geng yang satu ini, ceria dan bahagia sekali kelihatannya.

LIMERENCETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang