• Happy Reading & Kiyowok! •
📍Kediaman Keluarga Khadafy, 05.47 WIB.
Sarapan bersama keluarga itu mengasyikkan, terlebih keluarga cemara seperti keluarga Khadafy. Anak bungsunya yang begitu santai itu menuruni tangga dengan langkah lambat, mengintip dari tangga, menu apa yang Bunda Senja masak hari ini.
'bugh!
"Aduh! Kak Asyaaa!" Pekik Hairyn yang hampir jatuh terjengkang kedepan karena Hayden menuruni tangga dengan begitu cepat dan sengaja menabrak bahunya.
"Salah siapa lelet, wlee," ejek Hayden pada Hairyn. Untung kakaknya, jika tidak sudah Hairyn lempar sepatunya kewajah kakaknya itu.
"Loh? Ngga ke basecamp?" Tanya Senja pada Hayden yang menarik bangku meja makan untuk sarapan bersama keluarganya.
"Huft, Baginda Raja Bapak Khadafy menyita motor Asya selama seminggu kedepan," balas Hayden sembari memasang wajah memelas yang dibuat-buat. Senja hanya menggeleng melihatnya.
"Syukur deh," balasnya telak.
"Lah?! Jahat banget Bunda~" rengek Hayden sembari memanyunkan bibirnya dan tantrum tidak tahu aturan.
"Salah sendiri pulang malem," ejek Hairyn, kini gadis itu duduk disamping Hayden yang sibuk meratapi nasibnya.
"Kemarin ada apa sih, sampe pulang malem begitu? Ayah kamu itu orangnya gampang khawatir," tanya Senja lembut sembari menutup wadah bekal untuk anak-anaknya yang sudah ia siapkan.
Mimik wajah Hayden yang tadinya memelas pun berganti dengan cepat, menjadi lebih serius. Senja yang mengambil susu dari kulkas cuma bisa harap-harap cemas, tidak terjadi sesuatu kepada anaknya.
"Temen Asya, Bun, kemarin dikeroyok sama geng sebelah, sampe masuk rumah sakit, parahnya, pacar dia juga kena," jelas Hayden pelan, takut jika Baginda Khadafy mendengar dan semakin khawatir dengan Hayden.
"Astaghfirullah, terus gimana itu?" Tanya Senja yang kemudian duduk untuk mendengarkan penjelasan anaknya lebih detail. Hairyn pun sampai terdiam membisu mendengar penjelasan kakaknya.
"Ya, kita bawa ke rumah sakit, sekalian sama pacarnya, terus kemarin kita dimarahin habis-habisan sama orangtua dari pacarnya temen Asya, itu yang bikin Asya pulang lama," lanjut Hayden pelan, Senja menatapnya penuh kelembutan dan kekhawatiran. Sementara Hairyn penuh penyesalan karena mengira kakaknya sedang bergaul tidak jelas diluar sana.
"Nanti niatnya kita mau diskusi, buat menindaklanjuti masalah ini, Bun," ujar Hayden pada Senja. Harap-harap Senja bisa membantunya untuk mengambil kembali motornya yang disita.
Senja berdiri dan mulai menuangkan susu kedalam Tupperware milik Hairyn dan Hayden.
"Asya, Bunda itu tahu kamu wakil ketua geng, dan tentunya memiliki peran penting. Kalau sudah ada kerusuhan begini, sudah pasti kalian akan membalas dengan kerusuhan juga. Saran Bunda, kamu main dengan kepala dingin, Bunda cuma ngga mau kamu kenapa-napa," jelas Senja dengan suara lembut penuh pengertian.
Namun Hayden terlihat tidak setuju, mau bagaimanapun api harus dibalas dengan api yang lebih besar, ia tidak bisa diam saja saat temannya mendapat perilaku sedemikian rupa, entah itu berbahaya atau tidak, Blaze adalah keluarga, satu tumbang yang lain menyerang.
"Rapat apanih, kok Ayah ngga diajak," Khadafy pun muncul sembari memainkan kunci mobil ditangannya, mengundang atensi Hairyn dan Hayden untuk menoleh.
"Rapat cara dapetin motor Asya balik," jawab Hayden blak-blakan.
KAMU SEDANG MEMBACA
LIMERENCE
Teen Fiction"Diluar bahaya. Pulang, atau lo mati." "Dengar baik-baik, siapa pun yang berani ganggu orang paling berharga dalam hidup gue, akan mati." Huang Jean memegang kendali Blaze dengan tangan besi. Dingin dan kejam, reputasinya membuat siapa pun gemetar k...