18 - Bloody Drizzle

46 18 2
                                    

• Happy Reading! •

Jean tidak pernah sejinak ini pada perempuan, nyatanya melihat Hairyn menangis di pelukan nya membuat dirinya tidak tega. Gadis berkerudung lepek itu terus memanggil nama kakaknya, Hayden, ia khawatir dan Jean paham. Namun ia tidak mungkin meninggalkan gadis itu sendirian dan ikut berperang bersama yang lain, ia kini berteduh dibawah pohon besar disamping trotoar.

"Mau sampai kapan lu nangis?" tanya Jean dingin.

"Aku khawatir sama kakak!" balas Hairyn sambil menatap Jean yang lebih tinggi darinya.

Posisi mereka tidak berubah, Hairyn yang duduk didepan Jean, diatas tangki motor. Posisi mereka berhadapan dan Hairyn terduduk miring, dengan Jean yang berdiri menahan motornya dengan kedua kakinya.

Jean menghela nafas, "Lu gak lihat kakak lu lagi berjuang tadi? Kalau lu kesana, lu cuma jadi beban buat dia," ucap Jean yang lelah juga mendengar isakan Hairyn. Dirinya tidak tahu cara mengatasi seorang gadis ketika menangis.

Hairyn terdiam, dia memang tidak bisa apa-apa disaat seperti ini, kakaknya perlu pertolongan, tapi ia tidak bisa menolong apapun.

"Aku nggak bisa apa-apa," cicit Hairyn sambil menunduk, tidak bisa menatap netra gelap Jean yang sangat tajam.

"Memang."

Hairyn semakin menunduk, Jean menghela napas, dengan cepat ia turun dari motor, kemudian mengangkat tubuh Hairyn dengan sangat ringan dan cepat, memindahkan gadis yang terlihat tidak berdaya itu agar duduk di jok belakangnya. Jean kemudian kembali naik keatas motornya.

"Kita kesana, tapi lu harus diem, jangan kemanapun dan waspada!" pinta Jean sambil  mengarahkan spionnya ke gadis dibelakangnya, bisa Jean lihat bahwa Hairyn mengangguk patuh, seperti anak kecil.

Bangsat!

Tanpa pikir panjang, cowok itu melajukan motornya menuju lokasi tadi. Sepanjang perjalanan, Jean harus ekstra fokus kepada ponselnya yang bergetar karena panggilan seseorang dan juga jalanan yang sedikit sepi dipenuhi genangan air ringan.

"Hayden kena tusuk sama Ojan, sekarang kita lagi otw kerumah sakit. Polisi lagi di lokasi, jangan kesana." Ini suara Nazif, Jean memutar arah motornya saat melihat banyak polisi tak jauh dari lokasi kejadian perang.

"Rumah sakit mana?" tanya Jean kepada Nazif.

"RSUD Bhayangkara Satya."

Motor Jean dengan cepat melaju, ponselnya kembali ia masukan kedalam saku celana. Dirinya sekarang menggunakan kaos putih tipis yang sudah setengah basah karena terkena hujan. Tadi dirinya hanya diam dirumah tanpa berniat keluar kemanapun, mendengar kabar dari Hairyn membuatnya langsung tancap gas.

Menyadari gadis dibelakangnya tidak bergerak sama sekali, Jean melihat kearah spion, gadis itu sepertinya menunduk, takut dengan kecepatan motor Jean.

Tanpa pikir panjang, dirinya menarik tangan kecil gadis dibelakangnya untuk bertengger di perutnya. Kemudian ia kembali melajukan motornya dengan kecepatan yang sangat tinggi.

Motor Jean akhirnya berhenti di pekarangan RSUD. Hairyn terdiam, perasaannya terasa tidak enak, sepertinya ada sesuatu yang terjadi dengan kakaknya. Jean turun duluan dari motor, meninggalkan Hairyn yang kesusahan turun karena motor sport itu tinggi.

"Kak!" panggil Hairyn sembari berlari kecil menuju Jean yang berjalan dengan langkah lebarnya.

"Kak, siapa yang masuk rumah sakit?" tanya Hairyn penasaran, dengan raut khawatir dan panik tentu saja.

"Hayden." balas Jean dengan dingin, tanpa menghentikan langkah lebar dan tegasnya. Penjuru rumah sakit yang sunyi menambah kesan mengkhawatirkan.

Hairyn berhenti, sudah ia duga bahwa kakaknya yang mendapatkan luka hingga masuk kerumah sakit. Dengan tangan yang bergetar, Hairyn mengambil ponselnya, berusaha menghubungi Khadafy, ayahnya harus tahu ini.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: 2 days ago ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

LIMERENCETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang