11 - Friend or Foe?

69 27 123
                                    

• Happy Reading! •




Nazif memberikan aqua botol untuk seorang gadis yang menjadi pasangannya, selama karnival ini. Pramudya. Gadis itu hanya mengangguk sambil bergumam 'terimakasih' dengan pelan.

"Kalau mau pulang, kamu bisa langsung pulang saja," ujar Nazif kepada Pramudya, yang mana lagi-lagi gadis itu hanya mengangguk patah-patah. Gugup karena berhadapan dengan seseorang yang ia suka.

Nazif pun hanya bisa tersenyum tipis, sebelum akhirnya meninggalkan Pramudya. Di tengah keramaian yang begitu pengap ini, dirinya perlu tempat untuk mengistirahatkan tubuh dan pikirannya. Berjalan seharian untuk karnival, cukup membuat tubuhnya remuk.

Di sepanjang perjalanan menuju masjid di sebelah barat taman kota, Nazif harus melewati banyak manusia, namun matanya sudah sangat tajam untuk sekedar mengenal salah satu manusia disana.

Seorang pemuda terlihat tengah bertelepon dengan seseorang yang lain, ia mengenakan jaket hitam yang bukan berasal dari geng Blaze. Namun wajahnya sungguh tidak asing bagi Nazif.

"Arga?"

Nazif menajamkan penglihatannya, ia tanpa sengaja mengikuti sosok pemuda yang tak lain adalah Arga Jordan, Ketua Divisi 5 Blaze Gank. Arga terlihat berjalan menuju parkiran untuk mengambil motornya, kemudian punggungnya hilang ditelan kerumunan manusia. Nazif kehilangan batang hidungnya.

Nazif menyergit pelan, ia segera saja mengirimkan pesan untuk teman-temannya.

Anda:
Gue lihat Arga, tpi gk tau ini Arga atau gue salah lihat

Anda:
Dia pake jaket Deadbanger

Sementara itu, Hairyn dan Shavy yang kini tengah dikepung oleh anak-anak Deadbanger, langsung panik bukan main. Apalagi Shavy yang tahu seluk-beluk Deadbanger.

"Gimana nih, Ryn?" tanya Shavy panik bukan main. Ia berbisik agar tidak mengundang atensi dari para anggota Deadbanger. Namun apalah daya, mereka semua curi-curi pandang kearah Hairyn dan Shavy sambil membicarakan hal yang tidak mereka berdua mengerti.

Hairyn menghela nafas kasar, ia segera bangkit dari duduknya dan berjalan menuju tempat pembayaran di warung mie ayam tersebut.

"Pak, kita berdua bungkus aja, ya, mie ayamnya," ujar Hairyn kepada bapak penjual mie ayam tersebut. Bapak itu hanya mengangguk dan segera menyelesaikan pesanan Hairyn san Shavy. Sementara anggota Deadbanger kini menatap Hairyn yang berjalan kembali menuju bangkunya bersama Shavy.

Kini Hairyn dan Shavy hanya perlu menunggu pesanan mereka datang. Mereka menunggu dengan penuh ketegangan, tidak ada percakapan sekali diantara mereka, hanya keheningan yang termakan oleh kebisingan dari para anak Deadbanger.

"Woy!" seseorang menggebrak meja Shavy dan Hairyn, membuat dua gadis itu mendongak kaget. Seorang pemuda yang asing dimata mereka, tampak memperhatikan Hairyn dan melirik sinis kearah Shavy.

"Maksudnya apa ya?" tanya Hairyn lantang sambil berdiri menantang. Cowok itu terlihat terkekeh, menatap teman-temannya yang sibuk bersiul menggoda melihat keberanian Hairyn.

"Lu, adiknya Hayden, 'kan?" tanya cowok itu basa-basi. Hairyn terdiam sejenak, ia melirik bapak pedagang mie ayam yang berjalan mendekat kearah mereka sambil membawa kresek berisikan dua mie ayam ceker pesanan mereka.

"Terimakasih, Pak," ujar Hairyn kemudian tersenyum dan mengabaikan cowok-cowok yang menatapnya tidak terima. Mereka diabaikan oleh Hairyn, gadis itu memilih untuk menghindar dengan menarik Shavy untuk segera pergi dari warung mie ayam tersebut.

"Mas! Mas nya ini jadi beli atau tidak?" pekik pedagang mie ayam itu saat para anggota Deadbanger hendak mengikuti Hairyn san Shavy.

Hairyn menoleh sejenak, beruntungnya para cowok-cowok itu tidak bisa berkutik saat pedagang mie ayam itu sudah marah-marah karena cowok-cowok itu hanya duduk dan tidak membeli. Hairyn dan Shavy pun berhasil melarikan diri darisana.

LIMERENCETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang